“Mini Feedmill” Mulai Dioperasikan, Dukung Swasembada Ayam dan Telur di NTB

Global FM
19 Mar 2022 07:19
2 minutes reading
Ternak ayam (Foto ilustrasi)

Mataram (Suara NTB)- Salah satu yang sering menjadi keluhan peternak ayam di Provinsi NTB adalah tingginya harga pakan. Biaya pakan menjadi komponen yang paling tinggi harganya, sehingga margin keuntungan peternak menjadi minim. Terlebih jika hasil produksi peternak seperti daging dan telur sedang rendah di pasar, maka aktivitas bisnis yang mereka jalankan justru tak membuahkan hasil.

Provinsi NTB kini sudah memiliki “mini feedmill” atau pabrik pakan bersekala kecil. Pabrik pakan tersebut sudah mulai beroperasi setelah dibangun oleh Global Wakaf Corporation atau GW Corp. Lokasinya di kawasan Kantor Badan Riset dan Inovasi (BRIDA) NTB Desa Lelede, Kabupaten Lombok Barat (Lobar).

Presiden Direktur Global Wakaf Corporation Cecep Muhammad Wahyudin mengatakan, mulai tanggal 18 Maret ini, pihaknya sudah mengoperasikan pabrik pakan ayam mini yang lengkap dengan fasilitas pendukung lainnya, seperti mesin pengering jagung.

“GW Corp akan membantu Pemprov NTB untuk mewujudkan swasembada daging ayam dan telur. Insya Allah mulai hari ini (kemarin-red) pabrik pakan yang sudah kami bangun, sudah mulai operate untuk menghasilan produk pakan jadi dan konsentrate yang berkualitas,” kata Cecep Cecep Muhammad Wahyudin dalam acara pembukaan NTB Inovtex Expo 2022 di BRIDA NTB, Jumat (18/3) kemarin.

Ia mengatakan, pihaknya memiliki mimpi untuk mewujudkan satu bisnis yang terintegrasi secara horizontal. Dengan mengintegrasikan atau mengkolaborasikan satu rantai bisnis dengan bisnis lainnya, maka tujuan akhirnya adalah terwujudnya efisiensi dan efektifits bisnis.

Cepep menilai, hadirnya pabrik pakan ayam menjadi sebuah jawaban bagi peternak ayam dan petani jagung yang ada di wilayah NTB. Dua pihak ini akan saling membutuhkan dalam skema rantai usaha. Sehingga tidak mustahil, mulai dari NTB, peternak ayam mandiri akan kembali bangkit.

“Di saat sekarang para peternak ayam sudah dalam kondisi terhimpit dan terjerat dalam sebuah persaingan usaha industri ayam yang sudah tak sehat. Harga pakan yang terus tinggi namun tak dibarengi dengan kenaikan produk ayam itu sendiri.Sehingga kedepannya, peternak ayam dan petelur tidak perlu lagi membeli pakan dari Jawa,” tutupnya.(ris)

No Comments

Leave a Reply

Live Streaming