Warga Dayan Gunung Menjaga Hutan dengan Porang (Bagian I)

Global FM
9 Feb 2022 22:51
4 minutes reading
Muhlis, Ketua Kelompok Petani Porang Dusun Besari, Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara mengecek tanaman porangnya ( Galobal FM Lombok/ris)

“Kalau untuk kita di sini itu memang asli porang, harapan satu-satunya itu memang porang saja, itu sejak lima tahun terakhir,”

Itu adalah potongan cerita dari Muhlis, Ketua Kelompok Petani Porang Dusun Besari, Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Saya sengaja mengunjungi lahan perkebunan dan kawasan Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Dusun Besari yang selama ini menjadi salah satu kawasan penanaman porang di wilayah Dayan Gunung – sebutan untuk Kabupaten Lombok Utara – pada pertengahan Desember 2021 kemarin.

Sejak 2016 lalu masyarakat di dusun setempat mulai beralih ke tanaman porang dari sebelumnya hanya mengandalkan hidup dari hasil hutan bukan kayu semisal kakao, kopi, jambu mete, kelapa dan lain-lainnya. Alasannya sederhana, tanaman porang menghasilkan banyak uang serta melestarikan lingkungan hutan. 

Mukhlis mengajak saya naik perbukitan di dekat dusun tersebut dengan ketinggian sekitar 700 Mdpl dengan sepeda motor untuk melihat tanaman porang yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Jalan setapak sengaja dibuat oleh masyarakat untuk memudahkan para petani melakukan aktivitas pertanian di dalam hutan.

Warga membuat jalan setapak untuk memudahkan membawa hasil hutan, termasuk porang (global fm lombok/ris)

Petani menanam porang di lahan kebun dan Hkm di sela-sela pepohonan karena habitat tanaman ini memang lebih cocok berada di bawah naungan pohon. Setiap warga memiliki hak pengelolaan Hkm sekitar 80 are dan sebagian besar kini sudah ditanami porang.

“Kalau dulu petani tanam kopi sama coklat, namun karena kopi sama coklat ini tidak aman, dalam artian dulu memang banyak ditanam, cuma kan di sana banyak monyet. Monyet yang habiskan, bekas tanam coklat akhirnya semua tanam ke porang,” tutur Muhlis.

Hutan di kawasan Besari masih asri. Bahkan ada mata air yang menjadi sumber kehidupan masyarakat di Lombok Utara. Bagi penduduk setempat, menjaga hutan adalah kewajiban untuk mempertahankan hidup.

“Kalau kita lihat dari desa atau kecamatan-kecamatan lain, termasuk kita di Dusun Besari Desa Gondang ini paling utuh hutan lindungnya. Sampai kita kan ada mata air di atasnya. Kalau kita tidak jaga mata air itu mungkin sudah habis,” lanjutnya.

Kepala Dusun Besari, Sahadun (Global FM Lombok/ris)

Kepala Dusun Besari, Sahadun mengatakan, ekonomi masyarakat di dusunnya tergolong sejahtera berkat porang. Setiap petani bisa panen hingga satu ton, sementara harga porang sebesar Rp 7.500 perkilo, sehingga kesejahteraan masyarakat terangkat.

Saat masyarakat mulai menjaga hutan dengan porang, masyarakat setempat kini meminta pemerintah agar ikut menjaga hutan melalui pengawasannya. Sebab hutan yang bagus akan berdampak pada  produk porang yang bagus pula.

“Kita lihat dari segi ekonomi, masyarakat kita alhamdulillah tidak terlalu bawah lah di Dusun Besari ini, dibanding dengan dusun-dusun yang lain di Desa Gondang. Yang kami harapkan memang dari pemerintahan, ini supaya hutan di sekitar kita tetap dijaga,” ujarnya.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB menilai demam porang di sebagian petani akan berdampak positif terhadap kesejahteraan dan kebaikan lingkungan sekitar. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB Madani Mukarom mengatakan, keberadaan porang dan hutan saling membutuhkan satu sama lain, sehingga konsep simbiosis mutualisme ini tidak hanya terlihat di lingkar kawasan Rinjani, namun juga di pulau Sumbawa yang sebagian besar masih bergelut di tanaman semusim, seperti jagung.

 “Mudah-mudahan ini menjadi animo masyarakat dan berkurangnya keinginan menanam jagung dan tanaman semusim lainnya yang memang dengan lingkungan dan kehutanan itu kontraproduktif. Dia tak bisa hidup di bawah tegakan pohon, sebaliknya porang ini harus hidup dibawah tegakan. Kalau tegakan tidak ada dia bisa mati, ini adalah simbiosis mutualisme,” kata Madani.

Madani Mukaram

Di tahun 2011 – 2012 lalu, ada program dari KPH Rinjani Barat yaitu bagi-bagi bibit porang sebanyak 100 bibit per satu hektar lahan, baik di lahan perkebunan maupun di Hkm di wilayah Lombok Utara dan Lombok Barat. Saat itu, bibit porang disebar di sekitar lima ribu hektar lahan dengan tujuan agar masyarakat bisa meningkatkan perekonomian melalui hutan. Saat itu, belum terlihat masyarakat yang demam porang seperti sekarang. Namun bagi petani yang memelihara bibit tersebut, tentu mereka telah menikmati hasilnya.

Secara umum, dari total 1,07 juta hektar luas tutupan lahan yang tercatat di NTB, sekitar 34 persen atau 340 ribu hektar di antaranya masih dalam kondisi rusak dan gundul. Kerusakan kawasan tutupan lahan didominasi kawasan hutan di Pulau Sumbawa. Di mana dari mulai perbatasan Sumbawa hingga Dompu dan Bima, sebagian besar kawasan hutanya sudah rusak. Penyebab kerusakan kawasan hutan di NTB cukup bervariasi. Tapi kalau dikalkulasikan secara umum, alih fungsi lahan kawasan hutan menjadi lahan pertanian jadi pemicu paling utama. Sehingga tanaman porang, menjadi salah stau tanaman yang mampu menjaga hutan.(Bersambung)

No Comments

Leave a Reply

Live Streaming