Wisata Halal, Stop Debat Mari Berbuat

Global FM
28 Jun 2016 15:28
8 minutes reading

Penulis : Zainudin Syafari

Islamic Center NTB dari atas Minaret

Islamic Center NTB dari atas Minaret

Hampir tiga dekade sejak Gubernur NTB, Warsito tahun 1988 silam mulai gencar mempromosikan daerah NTB sebagai tujuan berwisata, provinsi NTB kini berkembang menjadi salah satu destinasi unggulan nasional. Terlebih saat ruang The Emirates Palace Ballroom, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab bergemuruh pada Selasa malam tanggal 20 Oktober 2015 lalu karena Lombok berhasil menggondol dua penghargaan di ajang World Halal Travel Summit 2015, pawisata NTB berada di atas angin.

Lombok diganjar dua penghargaan sekaligus ; destinasi halal terbaik wisata bulan madu  dan destinasi wisata halal terbaik. Lombok telah mengubur mimpi para kompetitor yang tersohor seperti Abu Dhabi, Amman-Jordan, Antalya-Turki, Istanbul-Turki, Kuala Lumpur-Malaysia, Marrakech-Moroko, Teheran-Iran, Kairo-Mesir dan Doha-Qatar.

Kini, pemerintah Indonesia dan pemerintah daerah NTB terus untuk menyambut gelombang Muslim traveler yang datang dari berbagai negara. Tanpa meninggalkan wisata konvensional yang lebih dahulu berjaya di NTB, pasar baru bernama wisata halal semakin difokuskan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lalu Muhammad Fauzal menargetkan, jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke NTB sebanyak 3 juta orang baik domestik maupun mancanegara. Khusus wisatawan mancanegara, sebanyak 20 persennya berasal dari Muslim traveler dari berbagai Negara di dunia.

Dia mengatakan, pasar wisatawan Muslim tidak hanya berasal dari Timur Tengah, namun wisatawan juga berasal dari Eropa, Australia dan Negara-negara Asia Tenggara lainnya. “Pasar Muslim traveler itu bukan hanya Middle East ( Timur Tengah- red), tetapi pasar Muslim traveler jauh lebih dahsyat. Orang Muslim kaya di Eropa, orang Muslim kaya di Australia itu mencari tempat ketika dunia Arab itu tidak ada yang cukup aman kecuali Arab Saudi, Uni Emirate Arab. “ ujarnya.

Hafizudin Ahmad selaku anggota Pokja Halal Tourism dan Dewan Pengawas Syariah MUI Pusat mengharapkan agar pemerintah daerah memperhatian dengan cukup detail kebutuhan-kebutuhan wisatawan di tempat wisata. Hal-hal yang menjadi perhatian antara lain ketersediaan fasilitas solat di tempat wisata termasuk toilet dan perlengkapan solat seperti sajadah, mukena, sandal dan sarung.

Berdasarkan pantauannya, masih banyak tempat wisata di Lombok yang tidak memiliki mushola yang bersih. Begitu juga peralatan solat banyak yang tidak bersih. Dengan demikian, sebelum datangnya wisatawan muslim dari berbagai Negara ke Lombok, beberapa aspek ini harus menjadi perhatian pemda dan masyarakat.

“ Ini pembenahan ini perlu segera. Di pantai Mawun (Lombok Tengah) agak lebih, sudah permanen ( tempat solatnya) tapi kebersihannya, sajadahnya sudah bulukan. Berapa banyak pemda, kabupaten kota disini, belikan saja peralatan solat di tiap-tiap objek” kata Hafizudin Ahmad saat seminar di Mataram belum lama ini.

Toilet Jorok Bisa Jadi Citra Buruk

Keberadaan toilet di destinasi wisata menjadi kebutuhan dasar para wisatawan. Tidak hanya toilet di daerah wisata, keberadaan toilet di tempat-tempat umum menjadi penunjang wisata halal di NTB. Namun faktanya, banyak lokasi wisata yang belum memiliki toilet yang layak. Selain itu, toilet yang tersedia lebih banyak yang jorok.

Kritikan ini sempat mengemuka dalam sebuah seminar Wisata Halal Dunia yang dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya di Mataram belum lama ini. Menteri Pariwisata Arief Yahya berencana membantu pemerintah daerah untuk membangun toilet yang layak di tempat pariwisata. Paling tidak Kemenpar akan membangun toilet percontohan.

“Seandainya toilet-toilet bersih bisa diberikan kepada UKM dan dikelola secara binis itu akan lebih bagus. Kalau setuju boleh kita bangunkan beberapa contoh. Kemenpar akan membangunnya” kata Menpar.

Namun usulan Menpar tersebut tidak disetujui oleh gubernur. Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi mengaku cukup malu jika Menpar harus turun tangan membangun toilet bersih untuk menunjang wisata halal. Gubernur justru mendorong agar bupati dan walikota yang secara aktif menyediakan fasilitas umum di tempat-tempat wisata, terlebih semua PAD sektor pariwisata masuk ke APBD kabupaten kota.“Apa kita tidak malu, masak pak Menteri mau buatin kita toilet. Yang benar saja” kata Gubernur.

Memang sangat disayangkan jika suatu destinasi wisata telah memiliki nama di kancah internasional, namun sarana dan prasarana yang tersedia justru tidak memenuhi standar. Hal ini dinilai justru akan memberikan citra buruk bagi destinasi wisata tersebut

CEO PT Putri Cahaya Kharisma, Rifda Ammarina mengatakan, aspek kebersihan toilet di tempat makan, tempat istirahat dan lain-lainnya harus menjadi perhatian pemda. Selain itu kebersihan tempat ibadah serta peralatan sholat harus dijaga agar wisatawan mendapat layanan wisata halal di NTB.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB Lalu Mohammad Fauzal tidak memungkiri jika di sejumlah destinasi wisata masih minim toilet yang layak. Namun, dirinya menegaskan di tahun ini pihaknya telah mengalokasikan 18 paket pengerjaan revitalisasi kawasan wisata, termasuk di tiga Gili Trawangan, Air dan Meno di Kabupaten Lombok Utara.

Selain itu, beberapa destinasi lain seperti di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, pantai Kuta dan pantai Aan di kabupaten Lombok Tengah yang merupakan bagian dari destinasi wisata terpadu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Selanjutnya pantai Ampenan di Kota Mataram, Senggigi Lombok Barat, Aik Nyet di Kecamatan narmada kabupaten Lombok Barat sedang dilakukan revitalisasi.

Menurut ketua umum PHRI Hariyadi Sukamdani, secara ringkas ketentuan wisata syariah mencakup beberapa aspek seperti tersedia makanan dan minuman yang terjamin kehalalannya, tersedia fasilitas yang layak dan nyaman untuk bersuci dengan air, tersedia fasilitas yang memudahkan untuk beribadah serta produk dan jasa pelayanan pada usaha-usaha serta objek – objek wisata Syariah, aman terhadap nilai-nilai Islam.

Menurutnya, Indonesia harus merebut pasar wisata halal karena masih tertinggal dari Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2013 misalnya, Malaysia sudah mendapatkan 6,3 juta wisman Muslim atau sebesar 25 persen dari total wisman tahun itu sebanyak 25 juta orang. Singapura juga demikian. Singapura kedatangan wisatawan Muslim tahun 2013 sebanyak 3,9 juta orang atau 25 persen dari total wisman yang datang ke Negara itu. Sementara Indonesia di tahun yang sama baru kedatangan 1,7 juta wisatawan Muslim atau 20 persen dari total wisman sebanyak 8,8 juta orang.

Di Negara minoritas Muslim seperti Thailand, konsep wisata Halal sangat diperhatikan. Bahkan Negara itu kedatangan 4,4 juta wisatawan Muslim tahun 2013. Disana terdapat banyak hotel dan restoran yang bersertifikat halal, memiliki halal science center dan bandaranya paling muslim friendly di Negara non Muslim.

Andil Wisata Dalam Pertumbuhan Ekonomi

Dilihat dari segi pertumbuhan ekonomi, Kontribusi sektor pariwisata cukup besar. Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah NTB Prijono mengatakan, andil pariwisata NTB memang menunjukkan tren peningkatan. Jika target wisatawan tahun 2016 ini tercapai 3 juta orang, sumbangan pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi diprediksi lebih dari 1,4 persen.

Menurutnya, prospek pariwisata NTB sangat menjanjikan, terlebih dengan promosi wisata halal yang semakin kencang. Pada tahun ini juga terdapat 26 event nasional dan regional yang digelar di NTB sehingga bisa meningkatkan angka kunjungan wisata ke daerah ini. Dampak multi efek wisata dirasakan juga oleh UKM, pengusaha transportasi, aneka jasa dan sector lainnya. “ Saya tetap optimis kontribusi pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi NTB semakin tinggi” ujarnya.

Berdasarkan hasil survey Bank Indonesia wilayah NTB tahun 2014 lalu menunjukkan bahwa Keindahan alam dan budaya menjadi daya tarik utama pariwisata Lombok. Namun kebersihan, fasilitas dan infrastrtuktur menjadi hal yang perlu menjadi fokus perbaikan.

Sebanyak 64 persen responden dari 250 responden yang ditanya mengaku tertarik dengan Lombok karena keindahan alamnya disusul oleh faktor budaya dan keramahan penduduknya dengan persentase 22 persen. Sementara hal yang perlu diperbaiki menurut responden yaitu fasilitas dan kebersihan dengan persentase 33 dan 32 persen. “ Namun 98 dari wisatawan menyatakan akan merekomendasikan Lombok sebagai tempat wisata unggulan ke teman-temannya dan sebanyak 78 persen tingkat kepuasan wisatawan yang berkunjung di Lombok.” Kata Prijono.

Berdasarkan data dari Sofyan Hospitality’s Analisys tahun 2015, tren industry halal di Indonesia semakin meningkat mulai dari jumlah sertifikat halal LP POM, jumlah produk serta jumlah produsen. Artinya tidak hanya bidang wisata saja yang berpotensi bertumbuh, namun di sector-sektor lainnya juga demikian. Populasi kelas menengah Muslim sekitar 112 Juta orang di Indonesia, dengan nilai pasar Rp 112 triliun per bulan menjadi gambaran betapa potensialnya industri halal ini.

Riyanto Sofyan, Chairman PT Sofyan Hotels mengatakan, inisiasi wisata halal di Indonesia baru dimulai tahun 2012 lalu, kemudian puncaknya saat Lombok dan Sofyan Hotel menang di ajang World Halal Travel Summit 2015. Menciptakan magnet untuk wisatan Muslim akan dilakukan oleh Indonesia terlebih oleh provinsi NTB karena sumbernya sangat besar yaitu sekitar 142 miliar dolar yang dibelanjakan wisatawan Muslim dalam setahun.

Jumlah penduduk di NTB tahun 2015 sebanyak 4,7 juta jiwa dengan 96 persennya adalah Muslim. Realitas ini menjadi pendukung wisata halal di NTB. Ada banyak destinasi wisata unggulan baik di Lombok dan Sumbawa yang bisa dijelajahi oleh para wisatawan seperti Senggigi, wisata tiga Gili, Taman Nasional Gunung Rinjani, pantai Kuta, pantai Aan, Air terjun Sekeper, desa tradisional Sade, pulau Moyo, Gunung Tambora, pantai Lakey dan ratusan destinasi lainnya.

Data yang disajikan Disbudpar NTB terlihat jumlah hotel baik hotel bintang maupun hotel melati sudah cukup untuk menampung serbuan wisatawan yang datang ke daerah ini. Jumlah hotel berbintang sebanyak 50 hotel dengan tiga ribuan kamar serta hotel melati sebanyak 891 hotel dengan sembilan ribuan kamar. Saat ini total halal restaurant di NTB sudah mencapai 1.379 dan terus akan bertambah pada tahun-tahun mendatang.

Pengurus Persatuan Hotel da Restoran Indonesia (PHRI) NTB Lalu Abdul Hadi Faisal sangat optimis pasar wisata halal mendapat tempatnya di Lombok. Namun tidak semua orang senang dengan konsep ini. Bahkan salah seorang kepala daerah di Lombok ogah merespon konsep wisata halal yang menjadi jualan baru provinsi NTB. Karena itu Abdul Hadi meminta agar setiap orang mulai berbuat untuk kemajuan wisata ini” Stop perdebatan, mari kita mulai berbuat” katanya dalam sebuah seminar wisata di Mataram.

No Comments

Leave a Reply