Petani Tembakau Enggan Beralih ke Tanaman Lain

Global FM
8 Jul 2018 20:41
3 minutes reading

tanaman tembakau di Lotim

Mataram  (Suara NTB) -Petani tembakau virginia Lombok enggan beralih ke tanaman lain karena dinilai tak menjanjikan. Mereka akan tetap menanam tembakau meskipun pemerintah pusat sudah meminta Pemda untuk mencarikan petani tanaman lain sebagai pengganti tembakau.

Petani Tembakau asal Desa Banyuurip Kecamatan Praya Barat  Lombok Tengah, Amaq Eli mengatakan petani tidak bisa begitu saja diminta untuk beralih menanam komoditas lain. Kalaupun ada tanaman pengganti maka nilai ekonomisnya minimal sama dengan tembakau.

“Karena tembakau sudah menjadi primadona di masyarakat. Di samping kawasan selatan yang merupakan daerah tadah hujan, tembakau ini tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Sehingga paling cocok ditanam,” ujarnya kepada Suara NTB,  ketika diminta tanggapannya, Minggu (8/7) siang.

Petani yang sedang menanam tembakau virginia pada lahan seluas 10 are ini mengatakan selama ini mereka cukup berhasil menanam tembakau dibandingkan tanaman lain. Ia juga mengatakan sejauh ini belum ada tanaman lain yang nilai ekonominya sama dengan tembakau.

“Kalau pemerintah mau ganti, tanaman apa. Sementara pasokan air embung-embung pada musim kemarau ndak ada. Sehingga tanaman selain tembakau ndak ada bertahan di lahan tadah hujan,” katanya.

Menyinggung rencana Pemda yang akan menyiapkan tanaman hortikultura seperti melon dan semangka sebagai tanaman pengganti tembakau. Ia  mengatakan bisa saja petani diarahkan menanam komoditas tersebut. Tetapi Pemda harus menjamin pasarnya.

Jangan sampai ketika petani menanam melon atau semangka namun begitu panen harganya murah. “Ketika petani menanam seringkali merugi. Pasarnya belum ada. Harus ada jaminan pasarnya jika petani diminta beralih menanam komoditas lain,” ujarnya.

Sejauh ini, Amaq Eli mengatakan tanaman  tembakau yang masih menguntungkan. Dalam satu hektare untungnya bisa puluhan juta. Setiap musim tanam, keluhan petani cuma kaitan dengan pasokan air. Karena banyak embung-embung yang kering. Apalagi jika diganti dengan komoditas lain maka butuh air yang mencukupi.

Dari menanam tembakau, banyak petani di daerah tersebut yang naik haji, bangun rumah, beli mobil bahkan menyekolehkan anak sampai perguruan tinggi. Apalagi tahun ini, ia memprediksi akan menguntungkan menanam temrbakau.

Petani lainnya dari Sakra Timur Lombok Timur, Supardi menyatakan hal yang sama. Ia mengatakan petani akan sulit untuk beralih menanam komoditas yang lain. “Karena hasil dari tembakau ini banyak,” ujarnya.

Ia mengatakan ketika musim tembakau tiba, masyarakat menyebutnya musim duit. Pasalnya, semua masyarakat bekerja ketika musim tembakau. Mulai dari anak SD hingga orang tua akan sibuk.”Tembakau ini ada pekerjaan berat sampai ringan. Kalau musim tembakau tak ada yang menganggur. Itu sekitar tiga bulanan,” ucapnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden RI, H. M. Jusuf Kalla meminta pemerintah daerah mencari tanaman pengganti tembakau. Hal tersebut disampaikan kepada Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi pada saat melakukan peninjauan lapangan penanganan stunting di Desa Dakung Kecamatan Praya Tengah, Kamis pekan lalu.

Sementara itu, Peemprov NTB menyatakan memberikan alternatif kepada petani untuk menanam hortikultura seperti jagung, cabai dan melon. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Ir. Husnul Fauzi, M. Si mengatakan tanaman aternatif ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi selama cuaca mendukung dan tidak terjadi panen serempak. Untuk itulah pihaknya mengerahkan para penyuluh untuk mendampingi petani dan kelompok tani.

“Tetapi tetap diingat, kita tidak dalam konteks memaksa petani mengganti tanaman tembakau,” kata Husnul.

Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, luas areal tanam budidaya tembakau di NTB terus mengalami penyusutan. Tahun 2011 luas areal tanam tembakau di daerah ini sebanyak 29.433,38 hektare. Kemudian meningkat menjadi 37.055,40 hektare pada 2012. Pada tahun 2013 turun menjadi 28.353,97 hektare. Luas areal tanam terus menyusut pada 2014 dan 2015. Masing-masing 24.609,42 hektare dan 23.752,87 hektare. (nas)

 

No Comments

Leave a Reply