Antisipasi Klaster Covid-19 di Sekolah, Prokes Saat PTM Jangan Kendor

Global FM
30 Sep 2021 18:14
3 minutes reading
Asisten III Setda NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi/Global FM Lombok-Ist

Mataram ( Global FM Lombok)- Seiring dengan turunnya level PPKM di semua kabupaten/kota di Provinsi NTB menjadi level II, sejumlah aktivitas  sosial, aktivitas bisnis dan aktivitas pendidikan menjadi lebih longgar jika dibandingkan dengan PPKM dengan level yang lebih tinggi. Namun demikian, patut diwaspadai penularan Covid-19 dalam setiap aktivitas masyarakat yang dilonggarkan, termasuk di bidang pendidikan.

Asisten III Setda NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi Rabu (29/09) mengatakan, saat ini ada pergeseran peningkatan kasus Covid-19 pada anak. Anak usia 6 – 12 tahun yang semula menempati rangking ketiga terbanyak yang terkena Covid-19, sekarang bergeser ke rangking pertama.

Menyikapi ada pergeseran peningkatan kasus Covid-19 pada anak usia 6 – 12 tahun tersebut, Satgas Covid-19 Provinsi NTB telah menyurati Satgas Covid-19 Kabupaten/Kota. Satgas Covid-19 Kabupaten/Kota diminta menyurati seluruh sekolah agar melaporkan anak-anak yang terpapar Covid-19 agar segera dilakukan langkah antisipasi untuk mencegah adanya klaster sekolah akibat pembukaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

‘’Kami bersurat kepada semua Satgas kabupaten/kota untuk bersurat lagi ke semua sekolah meminta melaporkan kalau ada kasus anak yang kena Covid lewat Google Form. Sehingga kita cepat tahu dan cepat melakukan tracing kontak,’’ ujar Eka.

Ia mengatakan, Pemda memang harus hati-hati dengan pembukaan PTM. Pembukaan PTM harus disertai dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat agar lingkungan sekolah tak menjadi klaster penyebaran Covid-19.

Secara umum, kata Eka, kasus Covid-19 di NTB sudah melandai sejak empat minggu terakhir. Namun, khusus untuk kasus Covid-19 pada anak-anak, ada yang mengalami pergeseran. Awal Covid-19 melanda NTB, anak usia 0 – 5 tahun mendominasi kasus anak terpapar Covid-19. Kemudian anak usia 13 – 16 tahun dan ketiga anak usia 6 – 12 tahun.

Empat minggu terakhir, sejak pembukaan PTM, anak usia 13 – 18 paling banyak terpapar Covid-19 disusul anak usia 6 – 12 tahun. Sedangkan posisi ketiga, anak usia 0 – 5 tahun.

“Jadi kelihatan bahwa PTM itu membawa dampak. Namun belum ada klaster untuk anak sekolah. Tetapi ini sudah warning. Bahwa ada pergeseran kelompok umur pada anak-anak yang terpapar Covid dalam empat minggu terahir,” ujarnya.

Sementara itu, Pemkot Mataram mengklaim bahwa kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) masih tetap berlangsung dengan penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Namun demikian dari pengawasan yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Mataram, ada saja sekolah yang sudah mulai lalai menerapkan protokol kesehatan di lingkungan sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Mataram, H. Lalu Fatwir Uzali mengatakan, pihaknya mewajibkan semua siswa dan guru menggunakan masker saat PTM. Fasilitas tempat cuci tangan atau ketersediaan handsanitizer di sekolah juga harus ada. Ia pun telah memberikan teguran kepada kepala sekolah yang terlihat mengabaikan prokes dalam PTM tersebut.  

 “Anak-anak dipastikan harus pakai masker. Saya ‘memarahi’ beberapa kepala sekolah, karena lalai dalam menerapkan protokol kesehatan. Misalnya banyak anak yang tidak memakai masker. Yang kedua saya cek air untuk untuk cuci tangan sudah tidak mengalir lagi. Selain itu, handsanitaizer sudah tidak disiapkan lagi untuk anak-anak. Itu ada dua atau tiga sekolah yang ditegur karena lalai prokes itu. Karena kita masih mempergunakan regulasi seperti PPKM level 3 atau 4 itu,” kata Fatwir.  

Ditegaskan Fatwir, meski saat ini Kota Mataram sudah masuk level II, namun kapasitas siswa pada saat PTM masih tetap dibatasi sebanyak 50 persen agar tidak terjadi kerumunan di kelas. Namun, permasalahan yang muncul saat ini yaitu adanya kerumunan para siswa di depan gerbang sekolah untuk berbelanja .

“Kondisi ini sangat dilematis bagi pihak sekolah untuk melarang siswa. Meksipun diakuinya, para siswa tetap menggunakan masker,” katanya.

Karena itulah ia berharap agar persoalan ini bisa diselesaikan dengan dialog yang baik antara pihak sekolah dengan para pedagang yang biasa menawarkan aneka jualannya di sekitar sekolah. Jangan sampai aktivitas ini bisa berpotensi pada penyebaran Covid-19.(ris)

No Comments

Leave a Reply

Live Streaming