Selong (globalfmlombok.com) – Bupati Lombok Timur (Lotim) H. Haerul Warisin mengakui mengambil sikap tegas terhadap masalah yang terjadi di kawasan Surfing Ekas, Desa Ekas Buana Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur (Lotim). Tindakannya mengusir boatmen asal Lombok Tengah karena ingin menyelesaikan konflik berkepanjangan di kawasan Surfing Ekas dan mencoba mewujudkan keamanan investasi bagi para pelaku bisnis wisata di Lotim.
Kepada wartawan, Rabu (18/6) kemarin, Bupati Lotim menanggapi kekisruhan yang terjadi di media sosial. Dia mengaku telah melihatnya langsung dari berbagai jejaring media sosial. Menurutnya, tanggapan warga terhadap apa yang telah dilakukan pasti ada plus minusnya. “Itu merupakan hal biasa,” ucapnya.
Tindakan pengusiran yang dilakukan bersama aparat Pol PP Selasa lalu itu bukan tanpa alasan jelas. Sebelum dia melakukan tindakan tegas pada boatmen, diawali dengan pertemuan dengan pelaku wisata dan pemilik hotel yang ada di wilayah Lotim selatan tersebut.
Konflik di spot surfing seperti di Pantai Surga Desa Ekas Buana dan kawasan surfing lainnya sudah lama terjadi. Konflik yang berkepanjangan tersebut berdampak negatif terhadap tingkat okupansi hotel di wilayah selatan. Para pelaku wisata, utama pengelola hotel yang ditarik pajaknya oleh pemerintah daerah Kabupaten Lotim ini mengeluh.
“Saya sudah bertemu dengan pelaku wisata dan diketahui masalah tersebut sudah cukup lama dan belum ada solusinya,” jelasnya. Tamu yang menginap biasanya seminggu, berkurang jadi dua hari saja. Wisatawan asing banyak yang kabur karena tidak nyaman.
Wisatawan sebenarnya memilih berlibur ke Lotim Selatan karena ingin surfing. Lantaran tidak menemukan apa yang dicari karena dominasi tamu asal Loteng membuat wisatawan kabur. Kondisi itu jelas membuat sumber PAD bagi Lotim dari pajak hotel dan restoran dari selatan ikut hilang.
Selaku kepala daerah yang bertanggung memberikan jaminan keamanan di wilayahnya, Bupati mengambil sikap tegas. Disadari, investor bidang wisata ini membangun penginapan dengan modal besar. Butuh waktu lama untuk bisa balik modal.
Dikhawatirkan, investor justru tidak mau lagi menanamkan modal karena pemerintah tak memberikan jaminan keamanan. “Semua investor tidak akan percaya ke Kabupaten Lombok Timur lagi, kalau ini yang terjadi. Tentu kemajuan dari sektor pariwisata yang telah kita dengung-dengungkan ini tidak pernah terwujud,’’ ucapnya.
Maka pihaknya berkewajiban untuk menyelesaikan persoalan-persoalan itu. Karena menurut Iron sapaan akrab Bupati Lotim, tidak merugikan siapa pun. “Jadi, kita tidak ada melarang, tapi hanya ingin adanya ketertiban.’’
Bupati mengaku tidak ingin melakukan pembiaran atas konflik antar pemain bisnis wisata yang cenderung merugikan Lotim. Pemerintah katanya sudah capek-capek datangkan investor agar mau berinvestasi. Tugas pemerintah kemudian tetap harus jaga iklim investasi.
Dirinya berharap pengusaha pariwisata Lotim, menjaga wilayahnya masing-masing. Para tamu agar dilayani dengan baik. Buat para tamu nyaman. “Jika mereka sudah nyaman mereka akan meyakini Lotim tempat yang baik untuk berwisata. Baik olah raga, surfing dan lainnya, sehingga mereka akan betah di sini,” ujarnya.
Para pelaku wisata di Ekas, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur (Lotim), menyambut positif langkah tegas Bupati H. Haerul Warisin yang turun langsung meninjau lokasi surfing atau dikenal Ombak Teluk Ekas.
Turunnya orang nomor satu di Gumi Patuh Karya ini setelah menerima keluhan panjang dari pelaku wisata di Ekas, soal dominasi pemandu wisata (surf guide) dari Loteng.
Sebelum mendatangi Teluk Ekas menggunakan perahu, Bupati Lotim terlebih dahulu melakukan rapat koordinasi dengan pelaku wisata Blue Tourism Zone Lotim yang dihadiri semua pelaku wisata di Ekas, unsur kepolisian, Polairud dan sejumlah tamu mancanegara.
Jaya Kusuma, salah satu pelaku usaha pariwisata di Ekas, mengapresiasi respons cepat Bupati Haerul Warisin yang turun langsung ke Teluk Ekas Lotim dan menegur surf guide Loteng yang membawa tamu ke lokasi.
“Alhamdulillah, Bupati Lotim datang ke spot konflik dan memberi peringatan keras. Jika tidak ditangani dengan cepat, ini bisa merusak kenyamanan wisatawan mancanegara,” tambah Jaya.
Kebijakan ini diambil setelah mendengar keluhan surf guide dan tamu yang menginap di Lotim tidak dapat berselancar karena lokasi didominasi tamu dari Loteng. “Tamu kita sendiri tidak kebagian ombak, hanya jadi penonton. Malah dikuasai orang luar. Ini tentu tidak adil,” tegas Warisin.
Kebijakan ini diharapkan mengembalikan hak pelaku usaha lokal sekaligus meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. “Ekas harus memberi manfaat bagi masyarakat Lotim,” pungkas Warisin.
Dengan langkah tegas ini, Pemkab Lotim berkomitmen menciptakan iklim wisata yang adil dan nyaman, khususnya di destinasi unggulan seperti Ekas.
Staf Khusus Bidang Pariwisata, Akhmad Roji menambahkan, konflik di spot surfing sudah lama terjadi. Konflik terjadi antara para boatmen dari Loteng dengan pelaku wisata di wilayah selatan Lotim. Bupati hadir untuk menyelesaikan konflik tersebut setelah menerima pengaduan dari para pelaku wisata.
Boatmen dari wilayah Loteng ini membawa tamu ratusan orang. Hal ini membuat tidak ada tempat bagi tamu tamu asal Lotim yang ingin melakukan surfing. Disinyalir, para pemain dari Loteng ini pasang tarif cukup mahal dengan kisaran Rp 500-1 juta per orang. Sementara dari Lotim hanya menjual Rp 100 ribu.
Bupati tidak bermaksud melarang wisatawan dari daerah manapun melakukan surfing. Hanya saja, diminta jangan sampai mendominasi yang menimbulkan konflik antar pelaku usaha pariwisata. Bahkan beberapa kali pelaku wisata asal selatan ini dipukul orang dari Loteng hingga berujung proses hukum. (rus)