BerandaBerandaDibayangi Ancaman Banjir, Warga Bantaran Sungai di Mataram Cemas Setiap Musim Hujan

Dibayangi Ancaman Banjir, Warga Bantaran Sungai di Mataram Cemas Setiap Musim Hujan

SETIAP kali musim hujan tiba, kecemasan selalu menghantui warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai di Kota Mataram. Banjir bukan lagi hal baru bagi mereka, melainkan seperti “tamu tahunan” yang selalu datang tanpa diundang. Rasa khawatir dan waswas kini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

Di tepi Sungai Ancar, Kelurahan Kekalik Jaya, Kecamatan Sekarbela, Muhammad berdiri memandangi aliran air yang berwarna keruh pada Rabu (13/11/2025). Di samping trotoar tempatnya berdiri, sisa potongan kayu dan ranting tampak berserakan jejak banjir yang melanda sehari sebelumnya.

Beberapa meter dari sana, warga lain tampak sibuk menyiapkan bahan tahu dan tempe, rutinitas pagi yang sudah biasa dilakukan di kawasan tersebut. Muhammad, yang telah menekuni usaha tempe selama puluhan tahun, tetap berusaha melanjutkan aktivitasnya meski rasa cemas terus membayangi.

“Kami selalu khawatir setiap tahun, apalagi saat musim hujan datang. Banjir bisa datang kapan saja,” ujarnya pelan.

Ia masih mengingat jelas banjir besar pada awal Juli 2025 lalu membuatnya merugi jutaan rupiah. Ratusan kilogram kedelai, bahan utama untuk membuat tempe, hanyut terseret arus deras Sungai Ancar.

Menurut Muhammad, kondisi sungai kini semakin mengkhawatirkan. Dulu, debit air yang tinggi tidak pernah menyebabkan luapan besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, air kerap melimpah hingga ke permukiman. Ia menilai penyebab utamanya adalah pendangkalan sungai yang tak kunjung dinormalisasi.

“Dulu airnya tinggi tapi tidak sampai meluap seperti sekarang. Sekarang dangkal karena tidak pernah dikeruk,” katanya.

Ia menambahkan, warga sudah sering mendengar janji normalisasi, bahkan pernah dijanjikan saat masa kampanye oleh calon legislatif. Namun hingga akhir 2025, rencana tersebut tak pernah terealisasi.

“Sudah sering kami dengar rencana pengerukan, tapi sampai sekarang tidak ada. Cuma janji-janji saja,” ujarnya sambil menggelengkan kepala.

Kekhawatiran Banjir Dirasakan Warga di Sekitar Sungai Unus

Kekhawatiran datangnya banjir juga dirasakan warga di kawasan lain. Supardi, warga Lingkungan Karang Bata, Kelurahan Abian Tubuh, Kecamatan Sandubaya, tinggal tidak jauh dari Sungai Unus, yang setiap tahun meluap saat curah hujan tinggi.

Sambil duduk di pinggir sungai, Supardi menceritakan bahwa pendangkalan menjadi penyebab utama meluapnya air ke pemukiman. Ia mengaku, kali terakhir sungai tersebut dikeruk sekitar sepuluh tahun lalu.

“Terakhir dikeruk sudah lama sekali, mungkin sekitar sepuluh tahun lalu. Sekarang dasar sungai sudah naik, airnya tidak tertampung lagi,” jelasnya.

Menurutnya, bukan hanya pendangkalan yang memperburuk kondisi sungai, tetapi juga tanggul yang sudah rendah dan mulai rapuh. Ia khawatir jika tidak segera diperbaiki, luapan air bisa lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya.

Muhammad maupun Supardi berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah nyata dan cepat dalam menanggulangi ancaman banjir yang terus menghantui warga bantaran sungai di Kota Mataram. “Ingin hidup tenang tanpa takut air naik setiap kali hujan deras,” tutur Muhammad.

Warga kini hanya bisa berharap agar janji normalisasi sungai yang sudah lama disampaikan benar-benar diwujudkan, bukan sekadar rencana tanpa kepastian. (pan)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -


16,985FansSuka
1,170PengikutMengikuti
2,018PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
3,005PelangganBerlangganan
BERDASARKAN TAG
BERDASARKAN KATEGORI