BerandaPemerintahanLombok UtaraBelum Sepakat Harga dengan BRIN, Bioetanol Batang Sorgum KLU Tunda Produksi

Belum Sepakat Harga dengan BRIN, Bioetanol Batang Sorgum KLU Tunda Produksi

Tanjung (globalfmlombok.com) – Usai diuji coba BUMN Pertamina, Bioetanol dari limbah batang sorgum Kabupaten Lombok Utara (KLU) kini dilirik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Namun suplai untuk BRIN  belum diproduksi lantaran pihak Universitas Mataram (Unram) dan petani Sorgum  KLU belum sepakat terkait harga beli.

Pembina Petani Sorgum KLU, sekaligus Guru Besar Ilmu Tanah Fakultas Pertanian – Unram Prof. Ir. H. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D., kepada koran ini Rabu (18/6), membenarkan jika bioetanol batang sorgum hasil budidaya petani mulai dilirik lembaga-lembaganya pusat.

Tahun 2024 lalu, bioetanol sorgum dibeli oleh PT. Pertamina (Persero). Sedangkan tahun ini, BRIN pusat melirik potensi bioetanol sorgum sebagai alternatif bahan bakar untuk mengoperasikan mesin pertanian hasil inovasi BRIN.

“Tahun lalu Pertamina membeli bioetanol hasil kerjasama Petani di KLU dan Unram. Dengan BRIN sendiri, kita belum berproduksi karena masih belum sepakat terkait harga,” ungkap Suwardji, kemarin.

Ia menjelaskan, PT. Pertamina membeli bioetanol sorgum seharga Rp 60 ribu per liter. Sedangkan BRIN menawar lebih rendah dengan harga beli sebesar Rp 50 ribu per liter. Menurut Suwardji, harga beli BRIN tersebut belum berpihak kepada Petani, sehingga pihaknya masih menunda pemenuhan permintaan tersebut.

Suwardji menyatakan, bioetanol sorgum dari Lombok Utara memiliki tingkat kemurnian bahan bakar mencapai 95 persen. Sehingga oleh Pertamina, BBM sorgum tersebut digunakan untuk mencampur Pertalite dengan komposisi 5 persen bioetanol. Namun hasil dari pencampuran ini, disebutkan menghasilkan kualitas BBM setara Pertamax.

Oleh BRIN sendiri, terang Pakar Ilmu Tanah ini, bioetanol sorgum akan diujicoba untuk digunakan pada mesin-mesin pertanian buatan BRIN. Dari komunikasi awal, permintaan akan bioetanol sorgum sebesar 100 liter.

Kendati demikian, Suwardji selaku pembina petani sorgum menekankan, akan tetap mengawal budidaya sorgum petani dengan pola tumpang sari pada areal lahan kering. Pihaknya berencana akan menambah area tanam menjadi 5 hektare.

Alasan budidaya dilanjutkan karena biji sorgum merupakan komodoitas pangan alternatif beras. Bahkan kandungan biji sorgum, lebih menyehatkan bagi penderita diabetes karena memiliki Indeks Glikemik (IG) yang rendah. IG rendah berarti sorgum tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat, sehingga membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.

“Kita juga sedang uji coba budidaya di lahan kering di Lombok Barat dengan salah satu pengusaha. Komoditas ini memiliki prospek bagus untuk kesehatan, lebih bagus dari beras konsumsi beras dan roti, jadi cocok dikonsumsi oleh lansia,” paparnya.

Selain budidaya melibatkan petani secara swadaya, Suwardji mengaku pihaknya sedang mengusulkan kepada Kementerian Pertanian di Jakarta agar komoditas ini mendapat dukungan anggaran budidaya massif di masyarakat. Hanya saja, usulan ini belum masuk ke dalam Program Nasional. Namun demikian, sebagai langkah awal, pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan salah satu perusahaan swasta penyedia bibit Sorgum. Diharapkan, petani KLU nantinya dapat menanam sorgum dengan 4 varietas dari India.

“Varietas India ini memiliki keunggulan, biji sorgum tidak dimakan oleh burung.  Secara ekonomis tentu saja menguntungkan petani. Per hektar menghasilkan biji pangan 5 ton per hektar, batangnya bisa menghasilkan bioetanol, dan limbah perasan batang sorgum bisa dijadikan pakan,” tandasnya. (ari)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -
16,985FansSuka
1,170PengikutMengikuti
2,018PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
3,005PelangganBerlangganan
BERDASARKAN TAG
BERDASARKAN KATEGORI