Mataram (globalfmlombok.com) –Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Mataram, Lalu Alwan Basri menegaskan pentingnya pembentukan satuan tugas (satgas) pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di setiap satuan pendidikan. Langkah ini dinilai mendesak menyusul temuan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram terkait dugaan percobaan pelecehan seksual sesama jenis di kalangan pelajar sekolah dasar.
“Kalau sudah arah ke sini (adanya indikasi pelecehan seksual sesama jenis maupun lawan jenis), kalau sudah mengarah asusila sekali. Kekhawatiran saya, secara pribadi kepada anak-anak yang lain, jadi ini sangat urgent sekali, sangat penting untuk kita lakukan (adanya satgas di setiap satuan pendidikan),” tuturnya saat dikonfirmasi, Rabu, 13 Agustus 2025.
“Jangan sampai kita lengah. Anak-anak harus kita lindungi dari segala bentuk kekerasan, apalagi yang berbau asusila,” tegasnya.
Nyayu mengingatkan, anak yang pernah menjadi korban berpotensi menjadi pelaku jika luka psikologisnya tidak tertangani. Menurutnya, kondisi ini bisa memicu mereka mencari korban baru sebagai pelampiasan. Karena itu, ia menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi tumbuh kembang anak.
Banyak orang tua, lanjutnya, masih lengah atau membiarkan anak mengakses konten yang tidak sesuai usia. Fenomena ini membuat pengawasan terhadap anak menjadi semakin krusial. Ia juga meminta Dinas Pendidikan Kota Mataram untuk tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi turut memperkuat pembinaan karakter dan kesehatan mental siswa.
Kasus ini menambah urgensi rencana pembentukan satgas khusus di sekolah-sekolah yang sudah digagas Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram sejak beberapa waktu lalu. Satgas tersebut nantinya akan menangani berbagai bentuk kekerasan, termasuk pelecehan seksual, perundungan (bullying), serta kekerasan verbal dan nonverbal. Langkah ini menjadi bagian dari strategi mewujudkan layanan pendidikan yang inklusif dan ramah anak.
Belum Terbentuk
Kepala Disdik Kota Mataram, Yusuf, mengakui bahwa satgas tersebut belum terbentuk. “Belum ya, tapi itu yang akan kita buat. Saya sekarang lagi diklat kepemimpinan, dan salah satu rancangan proyek saya salah satunya adalah ke arah sana. Judulnya kepemimpinan strategis dalam transformasi layanan pendidikan inklusif dan ramah anak,” ujarnya pada Juni 2025 lalu.
“Ini adalah hal yang penting. Sedang kita rancang dan diusahakan tahun ini,” ucapnya.
Sebagai langkah awal, pembentukan satgas akan dilakukan di beberapa sekolah sebagai proyek percontohan. Setelahnya, cakupan akan diperluas ke seluruh jenjang pendidikan, mulai dari TK, SD, hingga SMP, dengan fokus menangani kekerasan fisik, verbal, perundungan, dan kekerasan berbasis gender, termasuk pelecehan seksual. (hir)