Tanjung (Global FM Lombok)–Kabar atlet nasional, Lalu Muhammad Zohri meraih medali emas di kejuaraan dunia di Finlandia kembali menggemparkan publik. Tidak hanya di Lombok Utara, tetapi juga masyarakat Indonesia. Prestasi dari anak bungsu berstatus yatim piatu itu, lantas membuat sang kakak sulung, Baiq Fazilah, bangga, haru dan menangis.
Baiq Fazilah, adalah suadara tertua dari 3 kakak beradik, Lalu Ma’rif, dan Lalu Muhammad Zohri. Sebagai anak perempuan sulung, Baiq Fazilah ikut berjasa merawat Zohri yang kini menjelma mengkuir sejarah Indonesia di dunia atletik.
Betapa tidak, Zohri sebagai anak bungsu cukup kesulitan menghadapi perjalanan masa kanak-kanaknya. Masih duduk di bangku SDN 2 Pemenang Barat, Zohri sudah ditinggal oleh ibunya, Inaq Saerah. Menyusul ia ditinggal oleh ayahnya, L. Ahmad, sekitar Agustus 2017 lalu. Ayahnya meninggal ketika ia sudah berada di bawah kendali PPLP sebagai wakil atlet dari NTB. Sejak dijemput oleh PPLP NTB ketika Zohri baru menamatkan SMP, tercatat sekali ia diperbolehkan pulang, yakni pada saat pemakaman sang ayah.
Banyak kisah yang menghiasi keseharian Zohri sebelum menjadi atlet berprestasi. Menurut Amaq Fatoni, Zohri terlihat potensi besarnya sebagai pelari sudah terlihat oleh guru olahraga SMPN 1 Pemenang – tempatnya sekolah. Larinya kencangnya saat bermain sepak bola, dilihat sebagai potensi besar. Saat itulah, Zohri, kemudian dibujuk oleh guru olahraga, Ibu Rosida, untuk beralih dari sepakbola ke ateltik.
Seiring berjalan waktu, beragam prestasi telah disumbangkan untuk KLU, untuk NTB dan untuk Indonesia. Sebelum meraih medali emas di Kejuaraan dunia di Finlandia, kemarin, Zohri sebelumnya telah menyumbang medali emas di kejuaraan dunia di Kejuaraan dunia di Gifu, Jepang.
Namun kali ini terasa berbeda. Baiq Fazilah merasakan rasa bangga yang luar biasa atas prestasi adiknya di Finlandia. Meski sebelum awak media kembali mendatangi kediaman keluarga atlet di Karang Pansor, Fazilah sudah mengetahui lebih dulu adiknya telah menggondol emas di negeri Beruang Merah.
“Kami bangga dengan prestasinya. Dia sendiri yang telpon saya, mengabari dia mau latihan, berangkat kemana-mana cerita dulu ke saya,” katanya.
Saat akan berlomba di Finlandia, Zohri kembali menghubungi sang kakak. Saat menghubungi, waktu di Finlandia sekitar pukul 3 sore, sedangkan waktu Indonesia tengah (Wita) di Pemenang, pukul 9 malam. Setelah berlomba, Zohri kembali mengabarkan keluarga melalui pesan Video Whatsapp. Sebuah pesan audio visual untuk Fazilah yang memperlihatkan adiknya telah mencatatkan sejarah untuk Indonesia.
“Akhirnya tadi jam 4 subuh dia kirim video lewat Whats App. Langsung videonya saya dikirimkan, makanya saya bangga sekali, sampai sujud nangis,” sambungnya.
Fazilah sempat curhat perihal adiknya sebelum menjadi atlet. Cikal bakal menjadi pelari muncul dari kebiasaan Zohri semasih SD – SMP. Suka lari, gesit saat bermain bola, kadang-kadang hobi larinya ia asah di pantai pelabuhan Bangsal, Pemenang. “Dia juga sering keliling kampung dan tidak pernah pakai alas kaki (sandal),” imbuhnya.
Sementara itu, saudara laki-laki Zohri, Lalu Ma’rif, mengaku turut haru atas pencapaian adiknya. Ma’rif nyaris tak bisa menggambarkan betapa kebahagiaan keluarga atas prestasi adiknya itu.
“Kami keluarganya hanya bisa mendoakan. Alhamdulillah, mendapat medali emas. Di kejuaraan sebelumnya hanya mendapat medali Perak, kalah dari pelari Bangladesh,” ujarnya.
Sebagai keluarga yang bertanggung jawab terhadap masa depan Zohri, dirinya selalu mendukung upaya adiknya. Meski usaha yang bisa dilakukannya sebatas berdoa. Dalam beberapa percakapan via telpon dengan Zohri, atlet nasional itu senantiasa diingatkan. Terus berprestasi, tetap rendah hati tanpa mengabaikan latar belakang keluarga.
“Harapan kami, prestasi seperti sekarang ini dipertahankan. Dan kepada pemerintah kami sekeluarga berharap agar Zohri diberikan perhatian untuk masa depannnya. Sebisa mungkin, dia tidak kami izinkan menikah sebelum selesai kuliah dan mendapat pekerjaan,” pungkasnya. (ari)
No Comments