Mataram (Global FM Lombok)-
Calon Wali Kota Mataram nomor 1 H Lalu Aria Dharma BS, SH berulang kali menekankan rencananya untuk membangun Kota Mataram mulai dari Kampung. Gagasan ini, mendapat respons antusias masyarakat terutama di kawasan pinggiran yang berharap dilibatkan lebih banyak dalam pembangunan ibu kota.
Jurnalis telah melakukan wawancara khusus terkait konsep ini.
Seperti apa konsep Membangun Kota Mataram Mulai dari Kampung yang dicanangkan AQUR?
Lalu Aria mengungkapkan bahwa perlu sebuah tempat kegiatan masyarakat yang dapat dijadikan sebagai pusat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat.
“Perlu ada wadah yang mana, wadah itu dapat menjadi tempat bagi masyarakat untuk mengembangkan ekonomi dan sosialnya,” katanya, Rabu (30/10).
Wadah itu, haruslah dekat dengan masyarakat sehingga mereka dapat bersama-sama menata kehidupan ekonomi dan sosialnya di lokasi tersebut.
Aria mengatakan, wadah yang dimaksud sebenarnya sudah ada dan pemkot tidak perlu mengeluarkan anggaran besar membangun fasilitasnya.
“Kita tidak harus membuang-buang waktu dan anggaran untuk membangun infrastrukturnya, karena sudah ada di tengah-tengah masyarakat. Saya yakinkan, penataan kota mulai dari kampung dapat berjalan dengan maksimal melalui fasilitas tersebut,” ucapnya.
Lantas fasilitas apa yang dimaksud?
Aria secara terbuka menyampaikan gagasannya menjadikan tempat ibadah seperti masjid, selain sebagai tempat ibadah juga lokasi pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat.
“Kalau di tengah masyarakat, kita mengenal istilah ‘memakmurkan masjid’, memakmurkan itu saya kira bukan dalam makna sempit hanya untuk diramaikan, tetapi punya makna yang luas dan mendalam sebagai center of activity masyarakat,” paparnya.
Program penataan kota mulai dari kampung ini, diyakini akan sangat nendang bila dipusatkan pada masjid-masjid atau rumah ibadah yang lain.
Hal ini karena, masyarakat memiliki kedekatan secara emosional dan spiritual dengan rumah ibadahnya.
“Daripada kita habiskan anggaran untuk bangun infrastruktur baru sebagai pusat ekonomi dan sosial di kampung-kampung yang belum tentu masyarakat merasa dekat dan mau beraktivitas di sana, lebih baik kita support kegiatan ekonomi dan sosial di masjid-masjid, kemudian kita beri pendampingan agar program-programnya berjalan dengan baik,” paparnya.
Aria melihat, keberadaan masjid dan rumah ibadah pada umumnya belum termanfaatkan dengan optimal.
Utamanya untuk membangun perekonomian dan sosial masyarakat.
Padahal, masjid dan rumah ibadah adalah fasilitas yang paling sentral, dihormati, dan disucikan.
Masyarakat sangat menghargai rumah ibadahnya dengan menjadikannya untuk kegiatan spiritual dan membicarakan kemaslahatan umat.
“Masjid sebagai pusat aktivitas yang positif ini, manfaatnya harus diperluas dengan kita ajak masyarakat membicarakan juga tentang pengembangan ekonomi dan sosial di sana,” ucapnya.
Sebagai contoh, banyak warga kota saat ini disebut terbelit utang pada rentenir.
Dalam hematnya, masjid yang memiliki unit ekonomi dapat mengembangkan koperasi syariah masjid untuk membantu masyarakat terhindar dari jerat rentenir.
“Basic-nya tetap rumah ibadah. Tapi kita dorong dan support serta dampingi agar remaja masjid atau pengelola masjid mengembangkan unit usaha syariah seperti koperasi,” ucapnya.
Program ini akan sangat efektif digerakkan karena berangkat dari tempat yang disucikan.
Menurutnya, dalam membangun sistem ekonomi yang diperlukan adalah kepercayaan dan tanggung jawab dan ini relevan dengan keberadaan masjid selama ini di tengah masyarakat.
“Kita bisa menggerakkan masyarakat untuk membangun kota bersama-sama melalui masjid,” pungkasnya.(*)
No Comments