Virus Corona Masih Jadi Momok, Flu Burung Muncul Lagi

Global FM
4 Feb 2020 08:10
3 minutes reading
Ilustrasi Flu Burung (Global FM Lombok/ist)

Mataram (Global FM Lombok) – Di saat masyarakat dunia masih dihantui oleh potensi penyebaran virus corona yang telah merenggut ratusan jiwa di Kota Wuhan China, kasus flu burung justru muncul kembali. Lokasi penyebarannya juga di China. Provinsi NTB pun akan tetap mengantisipasi penyebaran virus tersebut agar Tak masuk ke daerah ini. Terlebih NTB pernah dijangkiti virus ini di bawah tahun 2005 silam.

Karena itu, untuk mencegah kasus virus flu burung kembali muncul di NTB, pengamanan sentra sentra unggas diperketat. “Sebenarnya bukan antisipasi dadakan. Saya sudah minta Kepala Bidang dan rumah sakit hewan untuk memperketat pengamanan di sentra-sentra unggas,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB, Ir. Hj. Budi Septiani.

Pengetatan pengamanan dimaksud dengan biosecurity di masing-masing wilayah pengembangan unggas. Menurut WHO, biosekuriti terdiri dari dua elemen penting yaitu bio-ekslusi dan bio-kontaimen. Pada mulanya, program biosekuritas dilakukan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific patogen free) untuk keperluan penelitian secara eksperimental. Mengapa biosekuriti banyak digunakan untuk peternakan unggas atau ayam? Hal ini karena peternakan ayam merupakan jenis peternakan yang rawan terhadap virus yang menyebabkan ayam mati mendadak.

Baca Juga : Antisipasi Virus Corona, Danrem Bersama Pemda Pantau Pos Kesehatan Bandara

Tujuan penerapan biosekuriti pada seluruh sektor peternakan, baik di industri perunggasan atau peternakan lainnya adalah mencegah semua kemungkinan penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit. Mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme penyebab penyakit yang mengancam sektor peternakan.

Sistem pengamanan dengan biosekuriti menurut kepala dinas, diantaranya dengan rumah (perkampungan), kandang unggas, dan kandang hewan lain berada pada lokasi terpisah. Pembatasan secara ketat keluar masuk pekerja orang/ tamu/ dari atau ke lokasi peternakan. Pembatasan secara ketat terhadap keluar masuk material (hewan/unggas, produk unggas, pakan, kotoran unggas, alas kandang, litter, rak telur) yang dapat membawa agen penyakit.

Setiap orang yang masuk atau keluar peternakan harus mencuci tangan dengan sabun. Unggas yang mati harus dibakar atau dikubur. Tidak membawa unggas sakit atau bangkai unggas keluar dari area peternakan.
Air kotor hasil sisa pencucian langsung dialirkan keluar kandang secara terpisah melalui saluran limbah ke tempat penampungan limbah (septik tank) sehingga tidak tergenang di sekitar kandang atau jalan masuk kandang.

Baca Juga : Pemprov NTB Siapkan Corona Crisis Center

“Untuk pengusaha-pengusaha unggas besar. Biosekuriti ini sudah diterapkan. Mereka sudah punya pengamanan,” jelas kepala dinas.

Kesiapan lain untuk mengantisipasi virus unggas adalah SDM dan sarana prasarana keseatan yang memadai. Budi mengatakan NTB memiliki dokter-dokter hewan dan petugas kesehatan hewan yang tersebar.
“Kita juga sistem pelaporan dimana daerah-daerah yang rentan dengan penyakit. Kita punya paramedis, dokter hewan, dan UPT yang ada di kabupaten/kota. Di Sumbawa masih aktif Poskeswannya,” tutupnya.(bul)

2 Comments

Leave a Reply