Mataram (Global FM Lombok) – Universitas Mataram (Unram) menggandeng Nagoya University, Jepang untuk mengembangkan vaksin Covid-19 yang spesifik dan aman. Unram mengembangkan vaksin Covid-19 atas permintaan dari Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah.
‘’Kami berencana membuat vaksin yang lebih aman, berbasis protein sub unit yang kita pakai. Beda dengan vaksin Sinovac,’’ kata Ketua Tim Peneliti Vaksin Covid-19 Unram, Muhamad Ali Ph.D., dikonfirmasi Kamis, 24 Juni 2021
Unram diminta oleh Gubernur untuk merintis pembuatan vaksin Covid-19, karena belum ada yang mengetahui, kapan penyakit ini akan berakhir.
Untuk kebutuhan vaksin, Indonesia masih bergantung produk vaksin dari luar negeri. Produksinya juga terbatas. ‘’Sehingga kita juga diminta memulai, merintis pembuatan vaksin,’’ terangnya.
Ali menjelaskan, beda kandidat vaksin yang dikembangkan dengan vaksin Sinovac. Jika vaksin Sinovac, dibuat dari virus asli yang dinonaktifkan. Artinya, aneka multivalensi antigen ada di sana, sehingga spesifikasinya belum optimal. Aneka jenis protein dan virus ikut mendorong terbentuknya imun tubuh.
‘’Kalau vaksin yang kami kembangkan ini, langsung melihat antigen yang berperan menjadi konektor virus itu dengan tubuh kita. Itu protein spike, yang mengenal banyak reseptor di sepanjang persaluran pernapasan sampai usus dan ginjal. Di sanalah, protein spike itu yang kami buat rekombinan,’’ jelasnya.
Kandidat vaksin dikembangkan diambil dari gen pengkode kemudian dikloning. Selanjutnya dibuat di bakteri dan coba buat di sel mamalia. ‘’Ini vaksin yang spesifik kita buat, belum beredar di pasar. Kita kerja sama merancang dengan Nagoya University Jepang. Ada kolaborasi di awal dan terus kita kembangkan kerja samanya,’’ katanya.
Ali menambahkan, tim peneliti sudah melalui tahap pertama dalam pengembangan vaksin ini. Yakni, meng-copy RNA dari virus Covid-19 yang membuat spike. ‘’Itu sudah kita copy dan masukkan diplasmid. Dan sekarang kita masukkan gen itu di bakteri. Bakteri inilah yang digunakan sebagai mesin untuk membuat protein, antigen atau vaksin itu,’’ jelasnya.
Ali menambahkan untuk menghasilkan protein di dalam sel hidup memang tidak mudah. Jika produksi protein ini cepat, maka proses selanjutnya juga akan bisa lebih cepat.
‘’Ini kuncinya. Kalau sudah ada protein ini, maka akan cepat dibuat vaksinnya. Vaksin yang akan dihasilkan jauh lebih aman. Karena tak ada materi genetik virusnya. Kalau Sinovac, gennya masuk ke tubuh kita,” tandasnya.
Apakah vaksin yang dibuat akan manjur mengatasi varian baru Covid-19? Ali mengatakan tim peneliti sedang mempelajari apakah varian baru itu akan mempengaruhi struktur proteinnya. “Kalau tidak mempengaruhi struktur proteinnya, maka bisa,” terangnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, dr. H. Lalu Hamzi Fikri, mengatakan Tim Peneliti dari Universitas Mataram dan Laboratorium Hepatika NTB mulai meneliti pengembangan vaksin untuk mengatasi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Pengembangan vaksin yang dilakukan berbasis protein rekombinan spike virus SARS CoV-2 sebagai kandidat vaksin Covid-19.
Tim peneliti dari Universitas Mataram yang mengembangkan vaksin Covid-19 ini, antara lain Muhammad Ali, Mohammad Rizki, Dewi Suryani, Made Sriasih, Bayu Tirta Dirja, Sulaiman N. Depamede dan Mulyanto. Penelitian ini, kata Fikri, merupakan langkah awal untuk menginisiasi produk vaksin SARS CoV-2 buatan dalam negeri.
Ia menambahkan, Unram akan melakukan penelitian invivo maupun invitro, sehingga diperlukan dukungan dan upaya kolaboratif antara Unram, RS Universitas Mataram, Hepatika dan pemda untuk bersama merealisasikan rintisan pembuatan vaksin ini.
Ditambahkan, untuk tahun pertama akan masuk tahapan penelitian preklinis. Terdapat serangkaian tahapan yang dilakukan pada uji preklinis tahap I untuk mendapatkan protein subunit sebagai kandidat vaksin Covid-19. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan produksi sel kompeten, transformasi/transfeksi plasmid rekombinan.
Kemudian, analisis ekspresi protein S rekombinan pada e-coli dan sel mamalia. Selanjutnya, optimalisasi ekspresi antigen virus SARS CoV-2, purifikasi antigen virus SARS CoV-2 serta analisis kuantitas dan kualitas antigen rekombinan.
Gambaran umum timeline penelitian pengembangan vaksin Covid-19 ini, mulai dari tahun pertama sampai tahun kelima. Untuk tahun pertama, penelitian yang dilakukan yakni eksplorasi kandidat vaksin. Kemudian tahun kedua, uji preklinis, yaitu uji coba pada hewan.
Pada antara tahun kedua dan ketiga, uji klinis fase I. Yaitu uji coba keamanan vaksin dengan jumlah subjek penelitian yang kecil. Selanjutnya, tahun ketiga masuk uji klinis fase II. Yaitu, uji coba keamanan dan immunogenitas vaksin dengan jumlah subjek di atas 100 orang.
Pada tahun keempat, uji coba fase III. Yaitu, uji coba keamanan, efikasi dan izin edar vaksin dengan jumlah subjek penelitian di atas 1.000 orang. Terakhir, tahun kelima, uji klinis fase IV. Yakni, memonitor efek jangka pendek dan jangka panjang serta produksi vaksin. Pada tahun ke empat dan kelima ini, masuk dalam tahap produksi dan distribusi vaksin. (nas/ris)
No Comments