Ternyata Sesaot Narmada Jadi Jalur Pendakian ke Rinjani Zaman Dulu, Begini Ceritanya

Global FM
5 Jan 2020 20:16
4 minutes reading

T

Jalur Sesaot menuju Gunung Rinjani ( Global FM Lombok/ist)

Mataram (Global FM Lombok)- Selama ini masyarakat mengenal empat pintu masuk atau jalur menuju Gunung Rinjani. Empat jalur yang resmi itu adalah jalur Sembalun di Lombok Timur, jalur Senaru di Lombok Utara, jalur Timbanuh di Lombok Timur serta jalur Air Berik di Lombok Tengah. Namun ada jalur lain yang selama ini tak dikenal oleh masyarakat yaitu jalur Sesoat, Narmada Lombok Barat (Lobar).

Jalur pendakian di daerah ini sebenarnya bisa menjadi alternatif untuk pendakian ke Rinjani ke depannya. Jalur pendakian melalui Sesaot ini sangat menjanjikan, sebab daerah ini memiliki jalur alternatif yang sebenarnya sudah dikenal lama dan ditempuh oleh orang-orang zaman dulu.

Uniknya, konon jalur ini merupakan jalur pendakian zaman dulu oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah dan para betapa menuju Gunung Rinjani yang masuk dalam cerita Babad Lombok. Jalur pendakian ini dipercaya sebagai jalur suci yang digunakan pertama kali oleh Raja Anak Agung pada saat memerintah Lombok dulu. Keberadaan jalur pendakian ini pun dibahas dalam diskusi Track Rinjani  yang dilaksanakan di Pusat Rekreasi Masyarakat (Purekmas) Desa Sesaot, Sabtu 4 Januari 2020.

Azudin Nur, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sesaot menyebut secara rinci jalur ini. Cerita Jabot, sapaan akrab Azudin Nur, jalur Sesaot merupakan jalur suci yang digunakan pertama kali oleh Raja Anak Agung. Sehingga, jalur ini, merupakan jalur pendakian kuno. Jalur pendakian kuno ini memili hubungan dengan pembangunan Taman Narmada yang dijadikan sebagai replika Gunung Rinjani oleh Raja Anak Agung.” Di mana Sesaot merupakan satu wilayah yang ada di Kecamatan Narmada,” tuturnya.

Disebutkan Jabot, Jalur Sesaot ini akan melalui sejumlah titik yaitu Bunut Ngengkang, Buak Odak, Jurang Peken pada kilometer ke-20, Lingkok Dangko’, Senaos, Senitik, Gunung Anak Dare (di sini terdapat pohon kayu besar Urat Sase), dan Gunung Sangkareang (masuk wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani/TNGR).

Setelah itu sekitar 2 km kemudian akan masuk ke Pelawangan, pintu masuk ke kawah Gunung Rinjani. Menurut Jabot, jarak tempuh jalur ini sekitar sekitar 25 km yang oleh masyarakat lokal yang biasa mendaki bisa menempuh sekitar satu hari pulang pergi.  Kelebihan jalur ini karena jalurnya relatif lurus, tidak berpasir dan tidak licin, dengan jalan yang cukup lebar yang kalau direvitalisasi bisa menggunakan segala jenis kendaran baik roda dua maupun roda empat.

Kelebihan lainnya yaitu air melimpah di lima titik yaitu di Buak Odak, Lingkok Dangkok, Senaos, Senitik, dan di dekat Pondok Selau. Selain itu, jalur yang ditempuh cukup landai sekitar 0-15 derajat, teduh, dengan melewati tebing jurang yang tidak panjang hanya sekitar 500 meter.

“Tidak ada istilah tersesat, satu ruas, “ujar Jabot sambil menyebut sudah berharap lama jalur yang bisa melibatkan lima desa ini (Suranadi, Sesaot, Buwun Sejati, Pakuan dan Lebah Sempage) ini dibuka. Kelima desa ini, lanjut Jabot, bisa menjadi alternatif untuk menginap bagi pendaki.

Kelebihan menarik lainnya disebutkan oleh pengaman hutan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Rinjani Barat, Sektori Wirawan. Menurutnya, jalur ini memungkinkan untuk menemukan hewan endemik yang oleh masyarakat Lombok disebut ujat jeleng atau paradoksaurus Rinjanikus, juga tumbuhan unik yang disebut mayang mekar (Cemara Bedok). Jalur ini juga, sambung Sektori, menyediakan sumber makanan berupa buah-buahan sehingga pendaki bisa terhindar dari kelaparan. Beberapa di antaranya buah mundah, buah badung, dan kepundung.

Acara diskusi ini dihadiri di antaranya oleh Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lobar H. Rusditah, Camat Narmada Dra. Baiq Yeni Ekawati, Kepala Desa Sesaot,Yuni Hari Seni, Kapolsek Narmada Kompol I Kadek Suparta.

Kepala Bappeda Lobar Rusditah dalam diskusi tersebut berharap bantuan dari pihak-pihak terkait seperti KPH Rinjani Barat Resort Sesaot, pihak kecamatan, dan desa. Tujuannya untuk membuat pemetaan (mapping) kondisi lokasi, perjalanan, habitat yang ada, infrastruktur yang diperlukan, dan lain-lain.

Kades Sesaot, Yuni Hari Seni sangat optimis pembukaan jalur Sesaot ini akan mampu membangkitkan perekonomian masyarakat sekitar, baik yang ada di Desa Sesaot maupun empat desa tetangga lainnya. “Saya sangat optimis akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat,” ujar Yuni yakin.(her)

1 Comment

Leave a Reply