Mataram (Global FM Lombok)- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, bahwa produksi bawang merah di Provinsi NTB bisa diekspor. Namun yang menjadi kendala saat ini yaitu jumlah produksi yang belum stabil sepanjang tahun.
Enggartiasto saat berada di Lombok Barat, Senin (22/10) mengatakan, terkait dengan anjloknya harga bawang merah di NTB sudah didiskusikan dengan Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah. Produksi bawang di Bima sudah sangat bagus. Namun terkendala oleh produksi yang belum stabil. Artinya, hasil produksi bawang merah di NTB akan melimpah pada musim panen saja. Sementara pada bulan lainnya masih sering terjadi keterbatasaan stok.
Diterangkan Enggar, untuk menstabilkan harga bawang merah harus ada tempat penyimpanan khusus. Sehingga pada saat panen, produski yang dihasilkan bisa disimpan untuk kebutuhan yang akan datang. Untuk jangka pendek, dia akan melakukan koordinasi dengan industri pengolahan makanan agar mereka langsung bisa menyerap hasil produksi bawang merah asal NTB yang saat ini sedang melimpah.
“Tadi sudah bicara dengan pak Gubernur dan Kepala Dinas, kita sedang mencari soluisnya. Karena kita harus lihat seberapa besar produksinya dan bawangnya Bima itu bagus sekali.Sebenarnya potensi dalam negeri ini besar, namun kan fluktuasi. Pada saat panen berlebih, tidak ada bicara penyimpanan, pascapanen yang menjadi soal.Namun giliran tidak ada panen, harganya naik. Jadi begitu saja tiap tahun, nah bagaimana kita membuat stabil,” kata Enggartiasto Lukita, Senin (22/10)
Berdasarkan ketentuan yang berlaku, Perum Bulog sebagai BUMN juga diminta untuk menyerap hasil produksi petani. Penyerapan ini harus dilakukan jika harga bawang merah di pasar berada dibawah Rp 15 ribu per kg.
Seperti diketahui, pada tahun ini produksi bawang merah di Provinsi NTB mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun 2017 lalu, jumlah produksi bawang merah di Provinsi NTB hanya 160 ribu ton dan tahun ini meningkat menjadi 260 ribu ton. Namun saat ini harga bawang merah masih anjlok di kisaran harga Rp 500 ribu per kuintal dari harga normalnya diatas Rp 1 juta per kuintal.(azm)-
No Comments