Mataram (Global FM Lombok)-Pendapatan yang dihasilkan oleh petani perikanan budidaya dan perekbunan berada di level terendah dari seluruh Nilai Tukar Petani (NTP) yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Artinya pelakunya yang bergerak di dua sub sector itu masih disimpulkan tetap merugi.
BPS Provinsi NTB, Kamis (1/12) siang secara resmi merilis bahwa pada bulan November 2016 tercatat Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) sebesar 108,12. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 96,37, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95,39, Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 119,99 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 101,54.
Selanjutnya Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 109,03 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 89,47. Meski demikian, secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 107,32yang berarti NTP bulan November 2016 mengalami peningkatan 0,06 persenbila dibandingkan dengan bulan Oktober 2016 dengan Nilai Tukar Petani sebesar 107,25.
Kepala BPS Provinsi NTB, Endang Triwahyuningsih mengatakan, nilai tukar dibawah 100 artinya, biaya yang dikeluarkan petani lebih besar dari pendapatan yang dihasilkan. Jika NTPnya 100, berarti biaya yang dikeluarkan petani sebanding dengan penghasilannya.
Untuk petani perikanan, persoalan tingginya harga pakan bisa saja menjadi penyebabnya. Sementara untuk petani perkebunan, bisa juga karena hasil penjualan yang tidak sebanding dengan biaya produksi. Tembakau virginia Lombok misalnya. Jika melihat catatan yang dirilis BPS, Endang Tri Wahyuningsih menegaskan petani hitungannya merugi.
Masih dari hasil tinjauan lapangan, rendahanya kualitas hasil pengopenan tembakau petani lebih dikarenakan kondisi cuaca yang tidak menentu. Saat musim panas bagus, hujan tibda-tiba datang dan susah di prediksi. (ris)
No Comments