Tanaman Buah Naga Potensial Di Bayan, Butuh Bantuan Pemasaran

Global FM
31 Jan 2017 13:21
5 minutes reading

Mangku Nyoman bersama M Hadi Sulthon menunjukkan buah naga yang siap panen.

Banyak yang tidak mengetahui bahwa di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara (KLU) sudah terdapat sentra penanaman buah naga. Di desa Sukadana, Kecamatan Bayan terdapat lahan sekitar dua hektar tanaman buah naga yang dikelola oleh Mangku Nyoman Sudiasa. Buah naga mulai dikembangkan sejak tahun 2010 lalu dan mulai panen pada tahun 2011. Namun sayangnya petani setempat justru kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah.

Mangku Nyoman Sudiasa bertutur, dirinya mulai menanam buah naga dengan pengetahuan seadanya tanpa bimbingan dari penyuluh. Namun hasilnya cukup bagus. Buah naga biasa berbuah dari bulan Oktober sampai bulan April. Dalam rentang waktu tujuh bulan itu, buah naga bisa dipanen sampai tiga kali.

Modal awal menanam buah naga di lahan hampir dua hektar ini sekitar Rp 800 juta dengan biaya sendiri  atau tanpa pinjaman modal dari perbankan. Hasil sekali panen yaitu antara Rp 3,5 juta sampai Rp 5 juta. Biasanya pengepul datang ke kebunnya untuk membeli buah naga yang sudah siap panen dengan harga yang bervariasi antara Rp 6 sampai 11 ribu perkilo, tergantung dari besar kecil dan kualitas buah naga.

“ Yang kami minta bagaimana pemerintah membantu pengembangan buah naga ini, karena belum begitu diperhatikan. Saat ini yang kami butuhkan yaitu alat pemangkas rumput, karena ini yang mengurangi kesuburuan. Selain itu pemasaran juga kami butuhkan agar hasil yang kami peroleh bisa lebih sesuai” ujar Mangku.

Selain buah naga, lahan setempat juga dimanfaatkan dengan pola tumpang sari, karena terdapat pohon buah-buahan yang lain seperti kelengkeng, mangga, jeruk, anggur, kelor dan cabai.

Sementara itu Kadus Batu Tepak, Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Niranom mengatakan, dimulainya budidaya buah naga memberi inspirasi baru bagi warga lainnya. Karena saat ini sudah mulai penanaman buah naga di beberapa kawasan yang dulunya hanya kebun biasa. Untuk lebih menghemat biaya, tiang penopang pohon naga menggunakan pohon banten. Karena selama ini, tiang penopang pohon naga dari beton yang biaya pembuatannya cukup mahal. “ Manfaat menggunakan pohon banten selain untuk penghematan yaitu sebagai sumber pakan ternak sapi,” ujarnya.

Niranom mengatakan, wilayah Sukadana dan sekitarnya termasuk kawasan yang kritis. Sejumlah komoditas pertanian musiman seperti jagung dan kacang tanah sering gagal panen karena pengaruh cuaca. Artinya biaya produksi petani lebih besar dari hasil yang diperolehnya. Karena itu, setelah dilakukan pengamatan cukup lama, pohon buah naga sangat cocok di kawasan ini karena hasil panennya cukup bagus.”Satu-satunya daerah ini yang cocok yaitu  penanaman buah naga. Tanaman ini bisa mendongkrak perekonimain warga,” tambahnya.

Namun demikian menurut Niranom, dinas terkait belum ada yang memperhatikan masalah ini,” Bahkan penyuluhnya tidak pernah tahu ada kelompok , apalagi mau melakukan pembinaan. Padahal tanaman buah naga ini cukup sederhana karena satu kali penanaman, bisa dinikmati dalam jangka waktu yang lama” ujarnya.

Dia juga berharap agar pemerintah daerah memberikan bantuan sapi kepada kelompok tani, mengingat para petani di daerah ini juga sebagai peternak sapi. Ternak sapi di daerah Sukadana cukup bagus prospeknya, mengingat pakan berupa daun banten yang digunakan sebagai penyangga buah naga cukup melimpah.

“ Selain itu, kelompok tani disini membutukan sumur bor. Pak Mangku misalnya membuat sumur bor sendiri untuk menyirami tanaman kebunnya,” tutup Niranom.

Berkaitan dengan hal tersebut, anggota DPRD NTB daerah pemilihan Lombok Barat – Kabupaten Lombok Utara, M Hadi Sulthon mengatakan, potensi pertanian di kecamatan Bayan sudah tidak diragukan lagi. Tidak hanya pertanian, namun juga pariwisata. Minimnya perhatian untuk petani kebun di wilayah Sukadana seperti Mangku ini harus menjadi masukan pemerintah daerah.” Masih lemahnya perhatian pemerintah, saya tidak mengetahui apakah unsur pemerintahan di KLU mengetahui atau tidak bahwa ada perkebunan buah naga yang potensial disini,” kata Sulthon.

Bentuk perhatian yang seharusnya diberikan pemerintah kepada para petani kebun misalnya dengan pemberian pupuk dengan harga yang terjangkau, membantu pengembangan dengan menerjunkan tenaga penyuluh yang betul-betul memahami kebutuhan petani itu sendiri. Selain itu pemasaran buah naga juga diharapkan ada intervensi dari pemerintah agar petani dapat untung.

“Kita harapkan ini disupport, kita punya program pertanian di KLU, namun jika hanya dalam program semata atau sebatas omongan agak susah, namun harus ada aplikasinya. Misalnya petani buah naga membutuhkan pemotong rumput. Jika areal penanaman pohon naga luas, maka akan kesulitan bagi petani untuk membeli sendiri, karena itu mereka membutuhkan bantuan.” Ujarnya.

Politisi PAN ini melihat potensi agro dan pariwisata bisa dikembangkan secara bersamaan sehingga memiliki daya tarik yang lebih bagus. Misalnya dengan membuka kawasan perkebunan yang bisa dijadikan areal rekreasi bagi masyarakat.

Sulthon menilai, keuntungan petani yang hanya sebesar Rp 3,5 juta sekali panen dengan luas areal mencapai hampir dua hektar belum menguntungkan bagi petani. Karena mestinya keuntungan yang bisa diperoleh bisa lebih besar dari itu. Ia berpendapat bahwa, para pengempul atau pemilik modal bisa lebih untung dari petani karena nilai belinya di petani masih rendah.

“ Kalau hanya Rp 3,5 juta per sekali panen, apa yang mereka dapat? hanya tanam saja. Petani ini hanya menguntungkan pemodal, yang kaya yang ambil, mereka ambil lalu jual, petani ya tetap miskin. Bagiamana bisa kaya kalau tidak dibantu. Kita harapkan ada langkah kongkrit biar ini bisa sukses,”harapnya.(ris)

No Comments

Leave a Reply