Tak Miliki Dana Besar untuk “Recovery” Setelah Bencana

Global FM
4 Dec 2017 11:06
3 minutes reading

Mori Hanafi

Mataram (Global FM Lombok) – Dunia pariwisata sepertinya yang paling terdampak dari bencana meletusnya Gunung Agung yang selanjutnya diikuti oleh tidak beroperasinya Lombok International Airport (LIA) secara normal. Belum diketahui secara pasti berapa kerugian sektor pariwisata akibat bencana itu, namun dampaknya memang sangat dirasakan.

Wakil Ketua DPRD NTB Mori Hanafi SE, M.Comm kepada Global FM Lombok mengatakan, bisnis perusahaan penerbangan, PT Angkasa Pura, hotel dan restoran adalah beberapa dari entitas usaha yang terdampak cukup besar dari bencana erupsi Gunung Agung. Sudah sepekan lebih, LIA menerapkan buka tutup dalam pelayanannya karena debu vulkanik Gunung Agung terkadang mengarah ke timur atau ke langit NTB.

Dari laporan yang diterimanya, lebih dari 3000 kamar dibatalkan oleh tamu yang datang ke Lombok hanya dalam beberapa hari saja. Kerugian tidak hanya dari kamar yang dibatalkan, namun dari makanan yang sudah disiapkan oleh hotel dan restoran tersebut. Dampak lebih lanjut dari kondisi ini adalah belum yakinnya wisatawan terhadap pariwisata Lombok-Sumbawa pascabencana, karena mereka masih khawatir erupsi sewaktu-waktu akan terjadi lagi.

“  Seminggu kedepan orang yang mau datang ke Lombok sudah was-was. Ancaman pembatalan terhadap kamar-kamar ini sudah besar,” kata Mori Hanafi.

Meski kerugian yang dialami oleh entistas usaha pariwisata di NTB sudah tinggi, namun pemerintah daerah tidak memiliki anggaran yang besar untuk melakukan recovery terhadap kondisi ini. Terlebih anggaran di 2018 memang tidak besar. “ Kita tidak memiliki anggaran yang besar untuk membatasi hal seperti ini. Kita prihatin. Sangat berharap bencana ini segera berlalu,” kata politisi Partai Gerindra ini.

Saat bandara sedang memberlakukan kebijakan buka tutup akibat terdampak abu vulkanik Gunung Agung, para penumpang diarahkan untuk menggunakan penyeberangan laut. Dari hasil pemantauannya, kesiapan pelabuhan untuk mengantisipasi kondisi darurat transportasi udara sudah cukup bagus. Selain kapal fery yang melayani penyeberangan Lombok-Bali-Jawa, terdapat pula kapal cepat yang melayani wisatawan untuk rute Lombok-Bali PP.

“ Saya lihat Angkasa Pura juga sudah siap dengan kondisi ini. Saat bandara ditutup, penumpang diarahkan menggunakan penyeberangan laut dengan dilayani kendaraan bus dari bandara ke pelabuhan Lembar secara gratis,” katanya.

Sementara itu Ketua Komisi III DPRD NTB H Johan Rosihan mengatakan, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengatasi atau merecovery pasca terjadinya bencana ini. Bencana gunung meletus bagian dari cara alam melakukan keseimbangan, karena itu manusia yang hidup berdampingan dengan alam haruslah sabar.

“ Bencana alam adalah cara alam menuju keseimbangan. Terhadap kejadian ini, kita mau bilang apa? Ini sudah kejadiannya. Mumpung Maulid Nabi. Ajaibnya orang – orang yang beriman saat dapat musibah sabar, dapat nikmat syukur. Dua-duanya bagus. Sekarang bagaimana kita menyikapi ini dengan sabar saja, introspeksi diri tidak boleh kita jumawa. Tak ada lain yang bisa kita kalkulasi kejadian alam seperti ini,” ujar politisi PKS ini.

Bagaimana dengan konsep recovery pascabencana dari pemerintah daerah? Menurut Johan, pemerintah daerah perlu berpikir pentingnya anggaran tahun jamak untuk menanggulangi masyarakat setelah bencana terjadi. Sama halnya dengan perbaikan infrastruktur jalan dengan menggunakan pola tahun jamak, perbaikan setelah bencana juga bisa dilakukan dengan tahun jamak, misalnya bencana banjir yang sering terjadi di NTB.

“ Pola tahun jamak untuk bencana penting. Contohnya bendungan yang jebol di Bima, sampai sekarang juga belum diperbaiki. Penanganan bencana perlu dipikirkan oleh teman- teman teknis atau komisi terkait di DPRD agar kita perlu memikirkan penanganan bencana tahun jamak. Ini dilakukan agar ada jaminan pemerintah daerah untuk recovery,” terangnya.(ris)

No Comments

Leave a Reply