Tahun 2017, Ditemukan Delapan Kasus Suspect Difteri di NTB

Global FM
4 Jan 2018 09:50
2 minutes reading

Mataram (Global FM Lombok)- Hingga akhir tahun 2017, jumlah suspect difteri di Provinsi NTB sebanyak delapan kasus. Kasus paling banyak ditemukan di Bima sebanyak lima kasus. Sementara tiga kasus ditemukan di pulau Lombok. Sebagian suspect difteri saat ini masih  dirawat di RSUP NTB.

Hal itu dikatakan Pelaksana Tugas atau Plt Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Marjito kepada Global FM Lombok Rabu (3/1) di Mataram. Ia menyebutkan, tiga kasus suspect difteri di Pulau Lombok tersebut ditemukan di Kecamatan Pujut Lombok Tengah berusia 11 tahun bernama Ibnu Kholil, di Kecamatan Labuapi Lombok Barat bernama Humaira, dan Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara bernama Mulianin berusia 28 tahun.

“Kemarin itu yang suspect itu totalnya delapan. Lima di Bima. Dan di Provinsi (RSUP NTB, red) ada tiga. Yang di Bima itu yang sudah dikirim , sudah dinyatakan negatif oleh laboraturium di Surabaya. Jadi itu baru suspect, secara klinis hasil pemeriksaan di rumah sakit dan mudah-mudahan hasilnya negative. Yang di RSUP ini swapnya sudah dikirim ke Surabaya dan kita menunggu lima sampai tujuh hari baru kelihatan hasilnya,”kata Marjito

Ditambahkan Marjito, lima orang yang sempat dinyatakan suspect wabah difteri di Bima dinyatakan negatif berdasarkan hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan di laboraturium Surabaya. Untuk tiga kasus suspect difteri di Pulau Lombok, hasil pemeriksaan sementara di laboraturium RSUP NTB dinyatakan negatif. Dia memastikan, Provinsi NTB aman dari wabah difteri. Hal ini berdasarkan dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap delapan penderita dan dinyatakan negatif.

Sementara itu direktur RSUP NTB, dr H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan, tiga orang penderita yang suspect difteri saat ini masih berada di ruang isolasi. Dimana, jalur pelayanan yang diberikan berbeda. Hal ini dilakukan agar tidak menular ke pasien lainnya. Karena wabah difteri ini sangat berbahaya dan cepat menular. Penularan yang dilakukan bisa melalui air liur, pegangan, dan sebagainya.

“Kiriman dari kabupaten kota kta perlakukan khusus, kita menggunakan jalur yang berbeda. Tidak menggunakan jalur yang selama ini pintu masuk rawat jalan dan IGD. Kita buat jalur sesingkat mugkin yang tidak berinteraksi dengan pasien lain.(azm)-

No Comments

Leave a Reply