STIKES Mataram Tingkatkan Mutu Kualitas Pendidikan dan Mutu Lulusan

Global FM
31 Mar 2016 18:19
2 minutes reading
Suasana Workshop Ners di STIKES Mataram

Suasana Workshop Ners di STIKES Mataram

Mataram (Global FM Lombok)- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKES) Mataram berupaya terus meningkatkan mutu kualitas pendidikan serta mutu lulusannya. Untuk itu STIKES Mataram menggelar workshop Rancangan Pembelajaran Semester Kurikulum Pendidikan Ners yang digear dari tanggal 30 -31 Maret 2016. Pembicara dalam workshop ini adalah ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI) Dr. Muhammad Hadi, M Kep

Muhammad Hadi kepada Global FM Lombok Kamis (31/3) mengatakan, dua tuntutan profesi ners tersebut menjadi sangat penting untuk dijaga, terlebih jika berbicara persaingan tingkat ASEAN. Untuk menyelenggarakan proses pendidikan yang bermutu bisa dilakukan jika institusinya mendapat proses akreditasi yang baik minimal akreditasi B. Akreditasi kampus yang baik menciptakan lulusan yang lebih baik pula.

“Terkait mutu lulusan akan bagus jika aspek hasil uji kompetnsi nasionalnya, tingkat lulusan pertama mencapai diatas 70 persen. Itulah yang kita lakukan hari ini untuk itu. Dari sisi mutu tingkat insitusinya dan dari sisi mutu lulusan kita tingkatkan. Kegiatan workshop hari ini untuk menjawab dua hal itu” kata Muhammad Hadi.

Dia mengatakan, perawat harus menyiapkan diri terutama pada penyelarasan kompetensi di tingkat ASEAN. Karena itu workshop peningkatan mutu pendidikan dan lulusan menjadi sangat strategis. Terlebih profesi nursing menjadi salah satu unggulan Indonesia selain profesi pariwisata dan akuntasi .

Dalam jajaran negara-negara ASEAn kata Hadi, posisi perawat Indonesia masih sama. Jika perawat dari dalam negeri mau bekerja di luar negeri harus lulus uji kompetensi secara yang dilakukan di Indonesia juga uji kompetensi di Negara tujuan. “ Sama saja nursing dari Malaysia, Thailand atau Philipina yang ke Indonesia harus lulus uji kompetensi di negaranya dan luus juga disini” katanya.

Namun demikian setidaknya ada dua tantangan yang dihadapi perawat di Indonesia dalam aspek persaingan antar Negara yaitu kelemahan dalam penguasaan bahasa asing serta keterbatasan teknologi. Menurutnya, teknologi kesehtan baik di pendidikan dan fasilitas pelayanan di Indonesia masih ketinggalan.

“Mahasiswa kita tidak mendapatkan pembelajaran yang mutakhir di kampus karena peralatannya mahal. Misalnya boneka untuk penanganan medis harganya Rp 24 miliar. Karena itu saran saya kepada pemerintah agar pemerintah menyediakan media pembelajaran yang mutakhir, karena itu mahal. Karena institusi pendidikan tidak sanggup” ujarnya.

Dia memuji STIKES Mataram yang terus berupaya mengikuti perkembangan yang ada serta komitmen STIKES Mataram yang meningkatkan mutu pendidikannya.(ris)-

No Comments

Leave a Reply