Mataram (Global FM Lombok) – Program NTB Zero Waste sudah berjalan selama setahun. Sesuai roadmap NTB Zero Waste 2019 – 2023, ditargetkan pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen.
Namun, setahun program unggulan itu berjalan, volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Kebon Kongok justru semakin meningkat. Pada 2018, volume sampah dari Kota Mataram dan Lombok Barat yang diangkut ke TPA Regional Kebon Kongok sebanyak 333 ton. Pada 2019, volume sampah yang diangkut ke sana mencapai 340 ton lebih.
Kepala UPTD TPA Regional Kebon Kongok, H. Didik Mahmud Gunawan Hadi yang dikonfirmasi Suara NTB, Senin, 23 Desember 2019 siang mengatakan, meskipun volume sampah semakin bertambah. Tetapi sampah yang diangkut ke TPA Regional Kebon Kongok sudah mulai ada yang dipilah-pilah.
‘’Ada perubahan dari tahun kemarin, masih campur sampahnya. Sekarang sudah dipilah yang masuk ke TPA. Kalau tahun kemarin rata-rata 333 ton. Sekarang sudah 340 ton lebih,’’ sebutnya.
Semakin meningkatnya volume sampah yang dibuang ke TPA Kebon Kongok, jelas Didik akibat beberapa persoalan. Pertama, jumlah masyarakat semakin bertambah. Di Kota Mataram, hampir 100 persen kawasannya diambil sampahnya. Sementara, Lombok Barat baru 30 persen sampah yang dibawa ke TPA.
‘’Cuma sekarang, sudah ada yang memilah. Sampah plastik agak berkurang. Dulu nggak ada, sekarang ada pemilahan. Ini mempermudah pengolahan di TPA,’’ ucapnya.
Dengan adanya pemilahan sampah sebelum diangkut ke TPA Kebon Kongok, lanjut Didik, mempermudah petugas yang ada di sana. Sampah organik akan langsung dibawa ke tempat pengolahan yang berada di Lingsar, Lombok Barat.
Apabila pemilahan dari rumah tangga semakin masif dilakukan, maka jelas akan semakin berkurang volume sampah yang diangkut ke TPA Kebon Kongok. Sehingga, tinggal sampah residu yang masuk ke TPA. Pihaknya juga menyiapkan mesin pengolahan sampah berlokasi di TPA Rincung. Sampah akan diolah menjadi pelet untuk bahan bakar PLTU. Didik menambahkan, Kota Mataram masih penyumbang sampah terbesar di TPA Regional Kebon Kongok. Karena luas areal jangkauan sampah yang ditangani sudah hampir di seluruh kawasan.
‘’Kalau Lombok Barat baru 30 persen luas cakupan pengambilan sampah ke TPA. Kalau Kota Mataram hampir 100 persen, semua kawasan sudah diambil sampahnya,’’ terangnya.
Untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA, pihaknya sudah meminta kedua Pemda menggalakkan gerakan pilah sampah dari rumah. Tahun depan, Kota Mataram dan Lombok Barat akan diminta membuat jadwal untuk pengangkutan sampah organik dan anorganik.
‘’Jadi, yang masuk ke sini itu semuanya sudah terpilah. Hari Senin – Selasa mungkin sampah organik. Rabu – Kamis baru sampah anorganik diangkut. Kayak kota-kota besar di negara lain begitu dia,’’ tuturnya.
Berdasarkan data Dinas LHK NTB pada 2018, sekitar 80 persen sampah masih dibuang sembarangan. Sampah yang dibuang sembarangan jumlahnya 2.695,63 ton tiap hari di seluruh NTB.
Dari 2.695,63 ton sampah yang dibuang sembarangan terdapat di Lombok Barat 409 ton, Lombok Utara sebesar 128,15 ton, Lombok Tengah 627,67 ton, Lombok Timur 786,26 ton, Sumbawa 189,64 ton, Dompu dan Bima masing-masing 124,67 ton dan 286,38 ton. Kemudian Kota Mataram hanya 15,59 ton, Sumbawa Barat 60,44 ton dan Kota Bima 67,83 ton.
Produksi sampah masing-masing kabupaten/kota setiap hari di NTB cukup tinggi. Kota Mataram produksi sampahnya sebesar 314,3 ton, Lombok Barat 469,56 ton, Lombok Utara 149,15 ton. Kemudian Lombok Tengah 645,73 ton, Lombok Timur 801,74 ton, Sumbawa Barat 92,39 ton, Sumbawa 311,85 ton, Dompu 164,27 ton, Bima 325,94 ton dan Kota Bima 113,83 ton.
Dari produksi sampah sebesar itu, sampah yang diangkut ke TPA di Kota Mataram sebanyak 283 ton tiap hari. Kemudian Lombok Barat 60 ton, Lombok Utara 21 ton, Lombok Tengah 12,25 ton, Lombok Timur 15,4 ton, Sumbawa Barat 28,7 ton, Sumbawa 115,97 ton, Dompu 39,6 ton, Bima 20 ton dan Kota Bima 46 ton.
Progres pembentukan bank sampah percontohan yang dibangun atau difasilitasi Pemprov NTB melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) sebanyak 124 bank sampah. Sebanyak 124 bank sampah itu dibangun selama dua tahun, yaitu 2018 dan 2019.
Pada 2018, Pemprov membangun 50 bank sampah percontohan di kabupaten/kota di Pulau Lombok. Kemudian pada 2019, Pemprov membangun 74 bank sampah di seluruh kabupaten/kota di NTB.
Sebanyak 50 bank sampah yang dibangun pada 2018 tersebar di lima kabupaten/kota. Yakni, Lombok Utara 16 bank sampah, Kota Mataram 3 bank sampah, Lombok Barat 14 bank sampah, Lombok Tengah 12 bank sampah dan Lombok Timur 15 bank sampah.
Kemudian 74 bank sampah percontohan yang dibangun 2019 tersebar di 10 kabupaten/kota. Antara lain, Lombok Utara 3 bank sampah, Kota Mataram 12 bank sampah, Lombok Barat 12 bank sampah, Lombok Tengah 12 bank sampah dan Lombok Timur 12 bank sampah. Selanjutnya, Sumbawa Barat 12 bank sampah, Sumbawa 12 bank sampah, Dompu 3 bank sampah, Kota Bima 3 bank sampah dan Kabupaten Bima 3 bank sampah.
Pada 2018, nilai transaksi dari 3 bank sampah yang ada di Kota Mataram mebcapai Rp63 juta lebih berat sampah sebesar 22.823 ton. Kemudian nilai transaksi dari 15 bank sampah yang ada di Lombok Timur mencapai Rp84 juta lebih.
Selanjutnya, nilai transaksi dari 12 bank sampah di Lombok Tengah mencapai Rp107,8 juta dari sampah sebanyak 37.194 ton. Nilai transaksi dari 6 bank sampah di Lombok Utara mencapai Rp36,9 juta lebih. Selain itu, nilai transaksi dari 14 bank sampah yang ada di Lombok Barat mencapai Rp95,6 juta dari total sampah yang dibeli sebanyak 44.196 ton.
Pada 2020 mendatang, Pemprov NTB menaikkan anggaran program unggulan zero waste menjadi dua kali lipat. Tahun depan, Pemprov mengalokasikan anggaran sebesar Rp31,40 miliar untuk program zero waste. Secara garis besar alokasi anggaran zero waste sebesar Rp31,40 miliar tersebut. Dimana, akan dipergunakan untuk kegiatan pengembangan kinerja pengelolaan persampahan, pengembangan permukiman.
Kemudian peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, peningkatan kerjasama pemerintahan. Serta peningkatan partisipasi masyarakat.
Tahun 2019, Pemprov NTB mengalokasikan anggaran sekitar Rp15 miliar untuk program NTB zero waste. Anggaran sebesar itu dipergunakan untuk kegiatan kampanye, penguatan regulasi, Satgas Penanganan Sampah, bantuan ke bank sampah dan operasional Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Kebon Kongok. (nas)
4 year ago
[…] Baca Juga : Setahun Program ‘’Zero Waste’’, Volume Sampah di TPA Regional Kebon Kongok Meningkat […]
4 year ago
[…] Baca Juga : Setahun Program ‘’Zero Waste’’, Volume Sampah di TPA Regional Kebon Kongok Meningkat […]
4 year ago
[…] Baca Juga : Setahun Program ‘’Zero Waste’’, Volume Sampah di TPA Regional Kebon Kongok Meningkat […]