Saat “Trekking” Rinjani Tanpa Harus Khawatir Raibnya Jaringan Seluler

Global FM
31 Aug 2017 17:50
6 minutes reading

Seorang pendaki sedang berpose dengan latar belakang danau Segara Anak. (foto:suarantb)

Mataram (globalfmlombok.com)-Sejak beberapa tahun terakhir, para pendaki Gunung Rinjani sudah tak lagi puasa berkomunikasi melalui smartphone. Jaringan seluler di destinasi wisata Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) kini sudah tak lagi sulit. Puluhan ribu pendaki  Rinjani setiap tahun sudah bebas melakukan aktifitas berwisata tanpa harus terkendala oleh sulitnya berkomunikasi dan berkreatifitas melalui aneka gawai.

Afifudin (29) warga Kediri, Lombok Barat mengaku sangat menikmati kegiatan trekking  atau pendakian ke Rinjani. Terakhir, dia naik gunung yang memiliki ketinggian 3,726 meter itu tahun lalu bersama kawan-kawan yang sehobi. Naik ke puncak gunung melalui pintu Plawangan di Desa Sembalun memberi kesan tersendiri. Pendaki bisa menikmati padang sabana dan aneka bentuk punggung gunung dengan jurang  di sisi kiri kanan.

Saat beristirahat di beberapa pos pendakian, para pendaki bisa melepas lelah sambil beraktifitas dengan smartphone-nya. “ Asal batre HP kuat, sekarang di Rinjani sinyalnya kencang sekali. Tapi biasanya saya bawa powerbank dengan kapasitas yang besar, sehingga bisa bertahan sampai lima hari, asal tidak dipakai sama kawan yang lain,” selorohnya.

Kegiatan hunting foto keindahan Rinjani dengan objek padang sabana, punggung bukit yang berpendar saat pagi hari hingga bunga edelweiss bisa langsung diunggah di media sosial tanpa hambatan. Hadirnya jaringan seluler yang memadai di destinasi itu semakin mempercepat foto-foto Rinjani menyebar di jagat maya.

Agus, seorang karyawan pemerintahan di Kota Mataram mengaku sangat senang mendaki puncak Rinjani, terlebih di musim-musim pendakian seperti bulan Juli – September. Kini pendaki bisa langsung mengunduh file foto aktifitas di Rinjani melalui media sosial, sesuatu yang tidak bisa dilakukan di tahun-tahun sebelumnya.

“Saya pakai WA, BBM dan upload  foto di instagram menjadi sangat gampang,” ujarnya.

Ia bertutur biasanya naik ke puncak Rinjani melalui jalur Plawangan karena panorama yang dilalui sangat bagus. Jaringan seluler yang baik menjadi teman yang sangat penting saat berwisata. Hanya saja yang sering menjadi kendala saat mendari Rinjani dalah baterai smartphone  cepat habis karena cuaca yang dingin. “ Karena itu kalau saya ke Rinjani, saya pakai powerbank tenaga surya,” tuturnya.

Ia mengatakan, sinyal milik Telkomsel cukup bagus sampai menjelang puncak Rinjani, terlebih di danau Segara Anak yang sangat ramai dikunjungi oleh para pendaki. Selain Danau Segara Anak, spot lain yang sering dikunjungi oleh pendaki saat ini adalah bukit Nanggi dan Pergangsingan. “ Dari Plawangan ke Pergangsingan butuh waktu sekitar 40 menit, sementara kalau menunu Nanggi bisa memakan waktu 4 jam dari Sembalun. Sinyal Telkomsel disana kencang,” katanya.

Minardi, salah seorang pengusaha bawang merah di Kecamatan Sembalun menuturkan, jaringan seluler di daerahnya sudah tidak ada masalah lagi.  Bahkan kini jaringan 4G sudah bisa dinikmati oleh masyarakat setempat. Hanya saja di wilayah Pusuk – jalur menanjak menuju Sembalun – masih terdapat titik yang jaringannya tidak optimal.

“ Sekarang Sembalun sudah merata jaringan selulernya, terkecuali wilayah hutan, tentu belum terlayani dengan baik. Kalau di sini ya Alhamdulillah terjangkau semua,” katanya.

Minardi mengaku jaringan 4G milik Telkomsel sudah dua tahun terakhir melayani masyarakat Sembalun. Jaringannya sudah ada meskipun belum begitu merata. Sebagai pengusaha, tentu dia sangat terbantu dengan hadirnya jaringan seluler yang nyaris tanpa batas di wilayah yang masuk kaki Gunung Rinjani ini. Berbagai transaksi bisnis tak terlepas dari komunikasi, setidaknya melalui layanan pesan suara. Bahkan kini warga sekitar sudah mulai berusaha dengan memanfaatkan sistem digital.

Meski jaringan seluler telah hadir sampai ke pelosok, data Dinas Komunikasi, Informatika dan Balmon NTB menunjukkan bahwa dari 995 desa di Provinsi NTB, sebanyak 32 desa diantaranya masih dalam kondisi blank spot atau belum memiliki jaringan selular. Padahal jaringan selular untuk komunikasi sudah menjadi kebutuhan mendasar masyarakat, terlebih di kawasan pariwisata andalan.

Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi NTB Tri Budi Prayitno menduga, jumlah desa yang belum memiliki akses jaringan seluler lebih banyak lagi.“ Kebanyakan blank spot itu di daerah kabupaten, dari delapan kabupaten itu kan semuanya masuk dalam kategori daerah tertinggal yang diatur melalui Perpres. Kita ada ruang untuk meminta kepada Kominfo untuk dilakukan pemasangan BTS-BTS” kata  Tri Budi Prayitno.

Kementerian Komunikasi sudah mulai memasang sejumlah Base Transceiver Station (BTS) untuk melayani jaringan komunikasi warga di wilayah blank spot. Ditargetkan pada tahun 2019 mendatang, sudah tidak ada lagi desa yang tidak memiliki sinyal seluler.

Menurut Tri Budi, tidak hanya desa terpencil saja yang masih blank spot, namun desa yang masuk dalam kawasan wisata seperti Pujut di Lombok Tengah serta di Desa Lingsar, Lombok Barat juga masih ada beberapa titik yang belum terlayani jaringan seluler. Selain ditangani oleh Kominfo, dia mengharapkan agar perusahaan provider atau seluler bisa masuk di wilayah yang masih blank spot tersebut untuk melayani masyarakat.

Sementara itu, General Manager ITC Telkomsel Bali Nusra, Danny A Triawan mengatakan, pihaknya tetap berkomitmen untuk melakukan ekspansi jaringan ke daerah-daerah yang masih blank spot. Beberapa upaya yang sudah dilakukan antara lain dengan menambah BTS di wilayah terpencil. Di semester II tahun ini, sebanyak 30 lokasi di NTB yang menjadi perhatian Telkomsel.

“Di Semester ini sebanyak 30 site kita perhatikan. Kita juga melakukan relokasi. Artinya BTS 2G yang sudah tak terpakai di satu daerah akan dipindah ke daerah lainnya yang membutuhkan,” kata Danny.

Danny mengatakan, selama ini hambatan terbesar untuk mengatasi blank spot ini adalah tidak adanya jaringan listrik di beberapa wilayah. Selain itu ada sejumlah daerah yang memiliki medan yang sulit sehingga cukup menghambat pihak Telkomsel memasang BTS. Namun tidak adanya jaringan listrik bisa dengan melakukan langkah alternatif yaitu dengan menggunakan tenaga matahari atau genset.

“Kalau penduduknya padat, kemudian akses listrik sulit, kita akan menggunakan solar cell atau genset. Begitu juga jika penduduknya padat kemudian terhalang oleh bukit, kita upayakan menggunakan satelit,” tambah Danny.

Ia mengatakan, selama ini pihaknya terus meminta masukan dari masyarakat terkait dengan daerah mana saja yang membutuhkan jaringan seluler. Namun salah satu prioritasnya adalah daerah pariwisata dan daerah yang memiliki potensi ekonomi lainnya seperti halnya wilayah di kaki Gunung Rinjani yang meliputi Sembalun, Bayan dan sekitarnya.

“Kita pasti layani tahun depan jika belum terlayani tahun ini. Hanya saja destinasi wisata di NTB terus berkembang sehingga butuh pendataan lagi,” ujarnya.

Telkomsel Regional Bali Nusra sendiri telah menggelar lebih dari 2.000 BTS, termasuk BTS 3G & 4G di NTB. Lokasinya berada lingkungan tempat tinggal dan aktivitas masyarakat. Layanan Telkomsel ini digelar demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam hal komunikasi dan informasi di era digital lifestyle.(ris)

 

No Comments

Leave a Reply