Rinjani Setahun Pascagempa, Ketika Wisatawan Asing Hilang Rasa Khawatir

Global FM
28 Aug 2019 12:32
4 minutes reading

Wisatawan asing saat istirahat di pos saat mendaki Rinjani

Para wisatawan mancanegara datang ke Gunung Rinjani untuk mengobati kerinduan setelah setahun ditutup. Mereka penanda kebangkitan kembali pariwisata Rinjani, khususnya NTB pascagempa. Bagaimana kesan mereka?, Berikut catatan Suara NTB  yang menyusuri jalur Senaru – Pelawangan Jumat (16/8) hingga Sabtu (17/8) lalu.

WAKTU menunjukkan pukul 07.15 Wita, 100 meter melewati gapura Geopark Rinjani jalan tak lagi aspal.  Sepasang wisatawan asing berjalan menyusuri jalur  yang mulai menanjak. Beberapa meter di depannya, seorang warga lokal memanggul beban barang bawaan wisatawan.

Mobil Mitsubishi Strada warna merah milik petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang sedang patroli  melaju pelan melewati jalan yang sama, terjal, sesekali melintas di jalur yang dibeton.

Tiba di ujung jalan, aroma hutan tropis dan suhu dingin mulai terasa. Sebuah tenda mirip barak tentara jadi tempat paling sibuk pagi itu, selain kantin satu-satunya di depan barak dan aktivitas tukang bangunan.

Barak itu jadi loket darurat sekaligus tempat  berteduh petugas  Balai TNGR. Mereka melayani registrasi tiket online sekaligus jadi loket pelayanan pihak ketiga yang mengelola asuransi pendaki.

Maklum, gempa Juli dan Agustus 2018 lalu, memporakporandakan pos TNGR dan gapura  dengan kalimat banner melengkung “Taman Nasional Gunung Rinjani, Pintu Senaru”. Peristiwa menyebabkan sembilan titik longsor sepanjang jalur pendakian Senaru menuju Pelawangan yang jaraknya 9,5 Km.

Peristiwa setahun lalu itu memicu penutupan total pintu masuk menuju Pelawangan lewat jalur Utara di Senaru Kecamatan Bayan Lombok Utara dan jalur Bawak Nao Kecamatan Sembalun Lombok Timur. Dua jalur Selatan lainnya yang ditutup adalah Timbanuh di Kecamatan Pringgasela dan jalur Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara Lombok Tengah yang baru dibuka ditutup lagi. Rinjani lumpuh dan kehilangan kunjungan ribuan pendaki.

Setahun peristiwa itu berlalu. Wisatawan minat khusus yang ke Rinjani mulai berdatangan setelah dibuka. Gapura Senaru sudah terpasang.

Dua backpacker asal Perancis merapikan barang bawaannya dipandu Khairul Hamzah, guide asal Senaru. Di wajah mereka tergambar rasa antusias ingin segera menjajal trek Senaru – Pelawangan. Tak tersirat wajah khawatir. Perjalanan dimulai dari pintu masuk hutan yang disebut warga Jebak Gawah menuju pos bayangan pada jarak 500 meter.

Seperempat dari perjalanan sebelum tiba di pos 1 pada jarak 1 kilometer, Suara NTB mengamati pendaki dari kalangan WNA tak putus. Mereka berkelompok hingga 10 orang, sebagian dengan pasangan masing masing.  Suhu terasa semakin dingin saat tiba di pos 1. Dua turis asal Perancis mengatur nafas di gardu pos 1 bersama porter dan guide lainnya. “Tidak, terima kasih. Itu tradisi yang bagus,” jawab wisatawan itu ketika ditawari sarapan nasi bungkus oleh pendaki domestik, Alfian Hidayat.

Laurance, juga datang dari Perancis untuk mengisi liburan. Ia bersama temannya mengambil trip khusus Rinjani tanpa ada rasa khawatir lagi. “Di negara kami, Agustus ini masuk masa liburan. Kami pilih Rinjani. Sudah tidak khawatir,” tutur gadis 22 tahun ini. Laurance mendengar kabar bahwa Rinjani sempat ditutup  karena  banyak jalur rusak akibat gempa.  Kesempatan mendaki akhirnya tiba setelah dibuka secara resmi, tanggal 14 Juni 2019 lalu.

Perjalanan berlanjut  ke pos II pada jarak 2,7 kilometer. Keringat yang tadinya hanya menetes terasa bercucur setelah menempuh waktu selama 1 jam 30 menit. Situasi di pos II lebih mirip suasana pantai yang disesaki wisatawan asing. Mereka istirahat dengan cara masing masing. Guide dan porter sibuk menyiapkan makanan dan minuman. Meja dan  kursi mini serta tikar digelar, menjadikan lereng gunung itu bak suasana restoran. Mereka terlihat memberikan servis senyaman mungkin kepada wisatawan.

Mr. Adam dan Sam, dua diantara puluhan pengunjung yang menikmati rasa lelah dan peluh ketika mendaki gunung dengan ketinggian total 3.726 Mdpl itu.  Eksepektasi mereka sama soal wisata minat khusus di Rinjani. Belum lengkap  rasanya tanpa menginjakkan kaki di spot paling menantang di Danau Segara Anak dan puncak.

Namun keduanya memahami aturan larangan, sehingga tidak memaksakan kehendak. Trip dari Jebak Gawah sampai the crater rim atau bibir kawah yang disebut Pelawangan tetap menarik. “Lombok, pulau yang bagus. Rinjani ini nomor satu. Orangnya ramah-ramah,” ujar Sam tentang alasannya datang ke Lombok.

Perjalanan menuju pos III menempuh jarak 2,4 kilometer. Medannya cukup berat, selain terus menanjak, akar pohon berumur puluhan bahkan ratusan tahun menjalar di permukaan jalan membentuk tangga. Cukup menguras energi karena jalan menapak seperti melewati anak tangga.

Perjalanan terakhir menuju crater of rim masih tersisa 1,8 kilometer. Cukup pendek, tapi inilah perjalanan paling melelahkan selepas menempuh waktu sekitar enam sampai tujuh jam. Pendaki harus ekstra hati-hati karena permukaan tanah gembur sisa endapan erupsi gunung api.

Setelah melewati pos III ekstra, adrenalin benar- benar diuji dengan sisa- sisa tenaga, karena pada jarak 800 kilometer melewati bebatuan hasil  endapan piroklastik yang membeku di permukaan tanah. Sampailah pada titik akhir perjuangan panjang dengan waktu tercepat 8  hingga 10 jam.

Matahari sore mulai semakin dekat dengan gugus awan yang berjajar menutupi Lombok bagian Utara. Inilah saat- saat ditunggu wisatawan.  Memandangi sunset pada ketinggian 2.513 Mdpl. Serasa berada di negeri di atas awan. (ars) BERSAMBUNG

No Comments

Leave a Reply