Mataram (Global FM Lombok) -Pemerintah memangkas alokasi belanja negara untuk subsidi pupuk, di tengah terbatasnya kemampuan finansial negara. Saat ini hanya dua jenis pupuk yang masih disubsidi pemerintah, yaitu Urea dan NPK. Sementara pupuk SP-36, ZA, dan Organik Granul tidak lagi disubsidi negara. Pemangkasan subsidi pupuk ini dirasa tidak mengganggu sektor pertanian, khsususnya di wilayah Provinsi NTB.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB, Dr. H. Fathul Gani, M.Si mengatakan, pemangkasan pupuk subsidi bukan menjadi persoalan bagi pertanian sebagai sektor unggulan di NTB. Pemerintah daerah sendiri sudah mengkreasikan dan menginstruksikan kepada seluruh petani dan penyuluh pertanian yang ada di lapangan untuk menggunakan pupuk berimbang, mengoptimalkan pemanfaatan pupuk organik dengan unorganik.
“Sekarang pupuk organik terus kita gencarkan. Trennya satu dua tahun ini adalah elisitor biosaka yang sangat mudah membuatnya, hanya menggunakan tumbuh-tumbuhan di sekitaran area pertanian yang bisa di manfaatkan,” ujar Fathul Gani, Rabu (17/5). Dari demplot-demplot yang sudah dibuat, elisitor biosaka ini sudah terbukti dapat mengurangi serangan hama penyakit, membantu pertumbuhan tanaman padi serta tanaman lainnya.
Selain itu, sudah uji coba dan hasilnya sudah cukup baik menurut Mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB ini. Ketika subsidi pupuk kimia dikurangi, maka salah satu strategi yang dilakukan adalah mengencarkan mensosialisasi penggunaan pupuk organik. Dengan adanya pemangkasan subsidi pupuk ini, menurutnya tidak ada keraguan dengan capaian produksi sektor pertanian di NTB.
“Iya (tidak ragu, red) dan itu sudah terbukti dengan rilis BPS triwulan I produksi padi kita masih surplus, kita sangat optimis. Kepada penyuluh kita untuk berkreasi di lapangan memberikan inovasi kepada petani kita untuk tidak terlalu tergantung pada pupuk anorganik atau kimia,” terangnya. Penggunaan pupuk organik di petani sejauh ini sudah diterima petani. Karena pemerintah melalui para penyuluh mengarahkan untuk mengkreasi dan menggunakan pupuk organik. Bahkan sudah di praktikan di seluruh kabupaten kota sekarang ini.
“Mereka sudah mengurangi penggunaan pupuk kimia dalam kondisi sama bisa juga menggunakan pupuk organik. Kalau pupuk organik kan seperti biasa bisa diakses dengan membeli atau dibuat sendiri. Nanti penyuluh kita yang akan melakukan pembimbingan dalam membuat pupuk organik,” bebernya.
Fathul mengatakan, kondisi saat ini produksi pertanian tanaman pangan khususnya padi di NTB sesuai dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa triwulan I 2023 produksi di gabah kering giling 629 ribu ton. Jika dibanding triwulan yang sama ditahun sebelumnya hanya 546 ribu ton, jadi ada surplus produksi pertanian NTB.
“Bila dibandingkan triwulan I di tahun sebelumnya dengan sekarang itu ada surplus 83 ribu ton. Dengan indikator seperti ini, kita sangat yakin akan tercapai target 1,35 juta ton gabah kering giling (GKG) tahun ini,” tegasnya. “Kalau target produksi, alhamdulillah produksi kita di triwulan I meningkat. Bahkan target keseluruhan di 2022 itu terlampaui target 1,2 juta gabah kering giling. Realisasi kita 1,47 juta ton. Kalau tahun ini target kit 1,35 juta ton, kami sangat optimis bisa terlampaui meski pupuk kimia subsidi jatahnya berkurang,” demikian kepala dinas. (ris)
No Comments