Mataram (Global FM Lombok)- PT Pamor Sapta Dharma, salah satu Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) di Provinsi NTB sedang gencar melakukan sosialisasi terkait dengan kebijakan “zero cost” atau pemberangkatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) tanpa biaya.
Direktur Operasional PT Pamor Sapta Dharma, Tri Sukma Hariadi mengatakan, pihaknya masih menemukan kesalahpahaman atau misperspsi terkait dengan kebijakan “zero cost” tersebut, sehingga harus diluruskan.
Menurutnya, pembiayaan yang ditanggung oleh perusahaan di Malaysia meliputi biaya medical, passport, biaya pelatihan, asuransi, tiket pesawat serta uang transport sekitar Rp500 ribu per orang. Sementara pengeluaran pribadi seperti biaya jati diri yang meliputi perbaikan berkas KTP, Akta Kelahiran, Kartu Keluarga dan item lainnya tetap menjadi tanggungan calon PMI.
“Kalau berkas jati diri semacam itu menjadi tanggung jawab PMI,”kata Tri Sukma Hariadi di sela memberikan bantuan sosial kepada masyarakat nelayan di Kampung Bugis Ampenan, Kota Matraam Minggu (4/6/2023).
PT. Pamor sendiri berencana akan memberangkatkan antara 1000 – 1500 orang tahun 2023 ini ke ladang yang dikelola oleh FGV Holding Berhard. Ia mengajak masyarakat agar berangkat smelalui prosedur yang legal agar hak-hal sebagai pekerja di luar negeri diberikan secara penuh.
Tri mengatakan, pihaknya menduga masih adanya masyarakat yang pergi bekerja ke Malaysia melalui jalur yang ilegal atau unprosedural lantaran ada riwayat orang tersebut tertolak oleh sistem di Malaysia. Mislanya karena pernah melakukan pelanggaran hukum di negara jiran tersebut.
“Karena ada catatan buruk atau black list di Malaysia. Jadi yang punya masalah ini yang mengajak teman-temannya untuk berangkat secara unprosedural. Namun bagi pekerja yang tak ada masalah, pasti mereka akan memililih jalur yang resmi,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, pihaknya mendorong perusahaan di Malaysia seperti FGV Holding Berhard agar PMI yang sudah berada di Malaysia bisa dijaga dan keluaganya juga di kampung halaman dijaga melalui program sosial.
“Paling tidak kita bisa memberikan bantuan sosial seperti beras, sumbangan ke masjid atau sumbangan ke Pondok pesantren yang ada di wilayah NTB,” kata Tri.(ris)
No Comments