Giri Menang (Global FM Lombok) – Setelah sebelumnya muncul pernikahan dengan maskawin unik berupa 107 butir telur di desa Buwun Mas, Kecamatan Sekotong, Jumat (24/7) sore lalu pria asal Dusun Tongkek Desa Kuripan bernama Lalu Pahrurrozi (24) mempersunting seorang gadis pujaan hatinya bernama Widya Wati umur (22) dari Lingkungan Montong Are Kelurahan Mandalika Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Rozi sapaan akrab mempelai pria memberikan mahar atau maskawin uang 1000 rupiah kepada Widya. Sangat menyentuh hati, justru pihak perempuan yang ingin diberikan mahar Rp 1000 karena dengan alasan tak ingin saling memberatkan.
Pernikahan antara dua insan yang telah menjalin asmara sekitar dua tahun ini berlangsung Jumat Sore disaksikan keluarga kedua mempelai dan warga sekitar.
Sebelum akad, kedua mempelai ditanya oleh petugas KUA di depan saksi serta tamu undangan dan merekapun menjawab dengan kompak bahwa mahar itu benar adanya “Benar maskawin anda 1000 rupiah?tanya petugas KUA. “Ya benar pak ustadz ini maskwain kami” tutur pengantin laki-laki dan perempuan.
Prosesi Ijab Qabul pernikahan dengan maskawin masing 1000 rupiah berlangsung semarak. “Saya terima nikahnya Widya Wati dengan maskawin seribu rupiah dibayar tunai”demikian ucapan suci ijab yang disampaikan Rozi.
Usai acara berlangsung, kedua mempelai yang diwawancaraipun menjawab dengan jujur dan sesekali tersipu malu . Rupanya pemilihan mahar tersebut berdasarkan permintaan istrinya.
“Ini permintaan istri saya, jadi sebelum nikah dia berikrar siapapun suaminya, baik kaya ataupun miskin saya akan minta mahar 1000 rupiah” kata Rozi
Sementara itu, mempelai perempuan membenarkan ungkapan suaminya itu. Bahwa mahar yang dimintanya tidaklah banyak apalagi menyusahkan.“Ya, saya yang minta mahar segitu (Rp 1000), saya ikhlas kok, karena tidak ingin nyusahin calon suami saya aja sih ” ujar sang istri.
Acara yang berakhir dengan doa bersama dan pemberian ucapan slamat kepda kedua mempelai terebut berlangsung khidmat walaupun tetangga serta warga sedikit heran dengan pemberian mahar yang tidak biasa itu.
Kadus Tongkek Zulkarnain membenarkan warganya menikah dengan Mahar Rp 1000. Proses pernikahan berlangsung Jumat sore sekitar pukul 16.00. “Mempelai perempuan yang meminta maskawin segitu,dan orang tuanya setuju,”tutur dia. Mempelai laki-laki dan perempuan tutur dia tergolong kurang mampu. Laki-laki bekerja sebagai peladen (buruh bangunan) dan terkadang bekerja di bidang yang lainnya.
Kedua mempelai menjalin asmara hampir dua tahun. Ia berharap agar pernikahan mereka langgeng. Menurutnya ketentuan awik-awik terkait maskawin tidak ada di desa setempat, sebab calon mempelai perempuan yang meminta besaran dan jenis maskawin.
Bahkan pihak dusun meminta maskawin ditambah namun pihak perempuan hanya ingin Rp 1000. Sebab pihak perempuan tidak mau memberatkan. Sedangkan untuk uang pesuke, mempelai perempuan belum menyebutkan, karena mereka ingin menyelesaikan masalah hukum pernikahan dulu.
“Selesaikan hukumnya saja dulu,”imbuh dia. Selama masa pandemi ini baru kali ini pernikahan berlangsung di dusunnya, karena berhubung sudah masuk masa transisi new normal. “Ini pun tidak melakukan kegiatan adat nyongkolan,”ujar dia.
Kepala Desa Kuripan Hasbi mengatakan, pihak desa memberikan ruang kepada warga agar pernikahan tidak sampai dijadikan ajang untuk memberatkan pihak laki-laki begitu pula perempuan.
Menurutnya luar biasa pemikiran warga yang mulai maju. “Jadi keikhlasan di sini satu sama lain, apalagi keadaan perempuan melihat kondisi pria, begitu pula antara orang tua satu sama lain saling tahu keadaan, jadi dia tidak memaksakan apa yang menjadi kebiasaan seperti orang yang lebih mampu dari keadaannya sekarang, ini menjadi pemikiran yang lebih maju”imbuh dia. (her)
No Comments