Mataram (Global FM Lombok)- Pemprov NTB menyarankan kepada petani agar secara perlahan beralih ke pupuk alternatif. Tidak seratus persen mengandalkan pupuk kimia. Hal ini berkaitan dengan semakin berkurangnya subsidi pemerintah untuk pupuk.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, Dr. H. Fathul Gani, M. Si mengatakan, ketersediaan pupuk subsidi memang sangat terbatas, namun tidak langka. Sementara pupuk non subsidi, menurut kepala dinas sangat tersedia.
Di tengah keterbatasan ketersediaan pupuk subsidi ini, Fathul Gani mengatakan, petani harus menggunakan alternatif lain, yaitu pupuk non subsidi. Yang mudah didapat oleh petani dan mudah dijual. Jikapun ada yang menjual, harganya relatif cukup rendah.
“Kita menyarankan petani jangan mengandalkan pupuk kimia. Gunakan pupuk berimbang. Komposisi pupuk kimia dengan pupuk organik harus disesuaikan. Pupuk organik bisa dibuat sendiri bisa juga berkelompok,” ujarnya.
Dalam dua tahun terakhir, kata kepala dinas, NTB sudah mulai mengembangkan pupuk organik, atau disebut elisitor bioasaka.
Biosaka merupakan hasil inovasi dan percobaan berulang-ulang selama 10 tahun lebih oleh penemunya, Muhammad Ansar di Blitar. Biosaka diramu dengan diremas secara manual menggunakan tangan.
Terdiri dari bahan minimal 5 jenis rumput/daun (jenis rumput apa saja) yang sehat, bersih, dan tentu daunnya harus segar. Hanya dicampur air, tanpa campuran apapun, tidak menggunakan mesin blender. Komposisinya, 1 genggam rumput/daun campuran 5 jenis rumput/daun diremas dengan dicampur air 5 liter, air remasannya cukup untuk menyemprot 3-4 hektar.
Sasarannya tanaman semusim seperti padi, jagung, kedelai, singkong sorgum, ubi, kacang, sayuran buah dan lainnya. Biosaka sebagai elisitor berperan sebagai sinyal bagi tanaman tumbuh dan berproduksi lebih bagus, hemat pupuk kimia sintetis, meminimalisir hama penyakit, lahan menjadi lebih subur.
Di lokasi ujicoba demplot, produksi hasil pertanian menjadi lebih tinggi dan hemat 50% pupuk kimia. Lanjut Ibrahim, hasil ujicoba laboratorium, Biosaka mengandung hara makro-mikro rendah.
Manfaatnya, ramuan biosaka berbiaya nol rupiah, gratis karena buatan sendiri, tidak ada risiko kerugian bagi petani, dan menghemat biaya pupuk kimia 50-90%. Pada petani normal yang menggunakan pupuk biasanya harus merogoh Rp 3 juta/ hektar/musim. Dengan Biosaka, biaya menjadi Rp0,3 – Rp1,5 juta/ hektar/ musim. Meminimalisir/ mengurangi serangan hama penyakit, lahan menjadi subur dan produksi lebih bagus.
“Biosaka ini bisa dibuat oleh siapa saja, bisa diaplikasikan oleh petani sendiri. Penggunaannya 20-30 ml atau 1 sampai 2 tutup botol per tangki ukuran 14 sampai 15 liter. Biosaka ini sedang diperkenalkan dimana-mana karena efektivitasnya menekan biaya dan hasil produksi petani meningkat,” demikian kepala dinas. (ris/bul)
No Comments