Mataram (Global FM Lombok)- Proses pemilihan jenis kayu untuk bahan baku kerajinan cukli memang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Tanpa menggunakan kayu yang bagus, kerajinan cukli tidak akan mampu bersaing di pasar dunia. Terlebih sudah ada produk sejenis yang dibuat oleh negara lain, sehingga tidak ada pilihan bagi pengerajin cukli di Lombok selain terus meningkatkan kualitas produk dan inovasi tanpa henti.
Pemerhati kerajinan atau desainer akar di Mataram Bing Gianto kepada Global FM Lombok mengatakan, cukli itu sebenarnya tidak diterima di beberapa wilayah Eropa karena ada aturan yang tidak memperbolehkan. Namun tentu sebuah keberuntungan jika beberapa negara disana masih mau menerima produk tersebut. Dengan demikian, pemilihan kayu yang berkualitas haruslah menjadi perhatian yang utama agar pasar tetap menerima cukli.
“Jadi harus memilih kayu yang bagus ya, kalau kayu jati di Eropa itu tidak akan pecah ya karena memiliki elastisitas, kalau tidak punya elastisitas gampang retak terus pecah. Jadi butuh kayu yang memiliki elastisitas, sehingga pada saat kena cuaca dingin, dia mengembang namun tidak pecah,” sarannya.
Menurutnya, kayu yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh proses pengeringan, namun tergantung dari kualitas kayu itu sendiri. Bing Gianto mengaku memiliki buku langka tentang nama-nama dan jenis kayu se Indonesia. Isi buku itu penting untuk diketahui oleh pengerajin kayu termasuk cukli agar produk yang dihasilkan diterima di pasar dunia.“Saya punya bukunya, kalau digunakan untuk kepentingan umum boleh dicopy,”ujarnya.
Ia menilai salah satu tantangan pengerajin cukli di daerah ini adalah masih kesulitan mencari kayu yang berkualitas bagus dan masih ada keterbatasan pemahaman terkait dengan kayu yang bagus. Bing sendiri selama ini tidak pernah mendapat komplain dari konsumen di Amerika terkait produk kerajinan akar kayu jati yang digeluti selama ini.
Bing Gianto menyarankan agar desainer dan pendamping kerajinan memahami lebih dalam tentang kayu yang menjadi bahan baku cukli, selanjutnya mereka tidak hanya asal mengeringkan. Karena itu perlu rekomendasi dari pemerintah daerah terkait dengan penggunaan kayu ini. Disamping itu pengerajin juga butuh pembinaan agar program peningkatan kualitas ini memiliki dampak yang signifikan terhadap penjualan.
Program pelatihan terhadap pengerajin cukli di daerah ini jika dilakukan oleh pemerintah daerah tidak akan memakan waktu yang lama, hanya butuh pengenalan nama-nama kayu, pemilihan kayu yang berkualitas serta proses pengeringan agar tidak gampang berubah bentuk ditengah cuaca yang ekstrem.
Pasar Eropa selama ini ada kendala oleh aturan larangan di beberapa negara terkait dengan penggunaan kulit biota laut untuk kerajinan semacam cukli ini. Namun untuk pasar di negara-negara Asia masih sangat longgar. Negara Asia kurang peduli dengan regulasi tersebut, sehingga pasar cukli di negara Asia sangat terbuka lebar.
“ Setahu saya di Eropa dilarang, kalau dikirim kesana khawatir dikompalin sama Eropa. Kalau negara Asia sering melanggar aturan. Pasarnya masih besar,” katanya.
Ia mengatakan, pasar bebas ASEAN semakin menuntut pengerajin lokal untuk terus berbenah dan berinovasi. Pemerintah daerah membutuhkan database tentang data UKM yang memenuhi syarat untuk didukung produknya untuk selanjutnya di eskpor. Namun persoalannya instansi terkait terkadang tidak turun ke lapangan
“Tidak ada koordinasi antar instansi, misalnya kehutanan, kayu mana yang boleh mana yang tidak boleh untuk digunakan sebagai kerajinan,”tambahnya.
Yang terakhir, Bing Gianto menyarankan agar perajin cukli membuat inovasi terkait dengan desain grafis cukli. Artinya mereka tidak hanya membuat cukli dengan desain yang klasik, namun butuh desain yang berbeda misalnya desain tradisi peresean, putri Anjani dan desain yang menggambarkan khazanah lokal.
“ Saya lihat belum pernah ada inovasi. Kalau saya diminta saya siap membina, hanya butuh ahli desain grafis, pemotong cukli beragam bentuk untuk membuat desain yang semi modern. Intinya jangan cepat puas”, tutup Bing.(ris)
No Comments