Mataram ( Global FM Lombok)- Pertumbuhan ekonomi NTB sangat ditopang oleh sektor pariwisata. Provinsi NTB yang tidak memiliki industri besar seperti di daerah lainnya hanya mengandalkan pertanian dan pariwisata. Dalam postur PDRB NTB, sektor wisata diklaim memiliki andil terbesar.
“ PDRB dari tahun 2010 sampai tahun 2016 yang tumbuh positif itu sektor pariwisata. Itu bisa dilihat dari investasi yang masuk. Kebanyakan yang masuk adalah investasi hotel dan restoran” Wakil Ketua DPRD NTB Mori Hanafi dalam acar pertemuan dengan pelaku usaha wisata di Mataram Kamis ( 17/6) lalu.
Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi NTB dari sektor wisata yaitu banyaknya serapan tenaga kerja dari hotel, restoran, travel agent, toko souvenir, UKM wisata dan lain-lain.” Karena itu pemerintah sangat konsen untuk pengembangan wisata ini” kata politisi Partai Gerindra ini.
Jika dilihat dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BKPMPT) Provinsi NTB, tahun 2015 lalu, realisasi investasi hampir mencapai Rp 10 triliun. Artinya, dengan target laju pertumbuhan sebesar 8,5 persen, maka realisasi investasi di NTB tahun ini didorong mampu tercapai sampai pada angka Rp 10,85 triliun.
Kontribusi sektor pariwisata dan sektor pertambangan mendominasi realisasi investasi di NTB. Januari – Desember 2015, sektor pertambangan atau energi listrik mencatat realisasi tertinggi sebesar Rp 5,051 triliun atau 50,51 persen, disusul sektor jasa lainnya sebesar Rp 2,302 triliun atau 23,02 persen dan pariwisata sebesar Rp 2,301 triliun atau 23,01 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Wahyudin mengatakan, angka kunjungan wisatawan baik manacnegara maupun domestik ke NTB menunjukkan adanya tren peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2015 lalu misalnya provinsi NTB didatangi oleh 876 ribu lebih wisatawan domestik dan 752 ribu lebih wisatawan macanegara.
“Trend kunjungan wisatawan ke Provinsi NTB menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun dengan YoY tahun 2014-2015 sebesar 271,520 Wisatawan dengan kenaikan 19,99 persen” ujarnya. Kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Provinsi NTB menyumbang 8,79% adari total wisatawan mancanegara se-Indonesia.
Bukti tumbuhnya sektor wisata bisa terlihat dari bersemangatnya investasi dalam bidang ini. Owner CV. KAUL yang mengoperasikan gerai Garuda Indonesia di Lombok City Center (LCC) Narmada, Lombok Barat Ikhsan Gemala Putra mengatakan, pertumbuhan wisata NTB cukup cepat. Faktor itu pula yang membuka banyak peluang usaha bermunculan di daerah ini.
“ Lombok semakin booming dalam beberapa tahun kedepan, sehingga permintaan penerbangan akan semakin tinggi. Karena itu, Garuda melakukan ekspansi bisnis di daerah ini.” Kata Manager Marketing Garuda Indonesia Kantor Cabang Lombok, Herry Darmawan awal Juni kemarin.
Direktur PT Golden Palace Teddy Sanyoto menilai prospek wisata NTB sangat cerah. Investasi hotel yang dilakukannya tidak terlepas dari sektor pariwisata yang terus berkembang didaerah ini. “ Namun ada beberapa investor takut masuk ke NTB karena image keamanan, itu yang utama. Orang mau investasi, masalah keamanan yang dpertama. Karena itu saya sudah ngomong ke pak Gubernur, pak Danrem, Kapolda “ kata Teddy.
Untuk memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM bidang wisata memasukkan produknya di hotel, Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Reza Bovier membuka pintu yang cukup lebar. Menurutnya, ada banyak pelaku UMKM yang sudah memasukkan produknya di hotel.” Kalau saya di Hotel Santika, mereka gratis memajang produknya di hotel” katanya.
Hanya saja ada beberapa tantangan UMKM di NTB yang menjadi kendala masuknya produk mereka di hotel. Diantaranya terkait suplay produk dan permintaan. Pelaku UMKM diminta bisa mengatasi tantangan ini karena pihak hotel biasanya tidak akan membeli dalam bentuk eceran, melainkan dalam jumlah besar.
Selain itu, hotel dan UMKM harus bisa sepakat terkait system pembayaran produk karena hotel paling singkat akan membayar kepada UMKM pemasok dua minggu sekali. Yang tidak kalah pentingnya yaitu sertifikasi laik dari Dinas Kesehatan, kehalalan dari MUI serta tanggal kadaluarsa harus tercantum di produk tersebut.
Reza Bovier mengatakan, produk-produk aminitas atau produk habis pakai seperti sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, shampoo, sisir, sandal hotel dan lain-lain semuanya masih dipasok dari luar NTB. “ Karena itu, kami terus dorong UMKM untuk tingkatkan kualitas” katanya.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB, Yusri mengatakan, tidak mengejutkan jika pertumbuhan ekonomi NTB terbaik di Indonesia, salah satunya dipengaruhi oleh sektor pariwisata yang menjadi magnet bagi industri jasa keuangan melakukan ekspansi bisnis.
Tumbuhnya usaha baru inilah yang dijadikan peluang oleh layanan perbankan dan non bank seperti asuransi, perusahaan multifinance dan pegadaian. Tahun ini saja beberapa bank di NTB telah mengembangkan usahanya dengan membuka beberapa jaringan kantor baru.
Pihak perbankan sebenarnya sudah lama melihat peluang menggeliatnya sektor pariwisata di daerah ini. Data dari Bank Mandiri Mataram tahun 2015 terlihat bahwa bank tersebut ikut adil dalam pengembangan pariwisata. Penyaluran Kredit Bank Mandiri hingga Desember 2015 dalam mendukung infrastruktur sektor pariwisata di Provinsi NTB mencapai Rp 355 miliar kepada hotel, restoran, angkutan umum dan sarana lainnya.
Namun, Ismi salah seorang warga kota Mataram mengatakan persoalan- persoalan yang harus dibenahi adalah sampah yang menumpuk di daerah wisata, infrastuktur di daerah yang masih cukup minim, menyebabkan akses wisatawan yang menuju daerah wisata menjadi sulit. “ Masalah sampah kadang sangat mengganggu sektor pariwisata kita” ujarnya.(ris)-
No Comments