Peneliti Unram Paparkan Skenario Pengendalian Covid-19 di NTB, Ini Penjelasannya

Global FM
7 May 2020 04:50
3 minutes reading
pertemuan langsung sejumlah peneliti dari Universitas Mataram (Unram) dengan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah di ruang kerja Gubernur NTB, Rabu, 6 Mei 2020. (Global FM Lombok/ist)

Mataram (Global FM Lombok) – Skenario Intervensi kebijakan pemerintah sangat diperlukan dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 di NTB. Tidak hanya itu, efektivitas kebijakan juga sangat tergantung dari komitmen masyarakat untuk mengendalikan penyebaran pandemi ini. Kolaborasi semua pihak akan sangat menentukan cepat atau lambatnya pemutusan mata rantai Covid-19 ini.

Hal tersebut mencuat dari pertemuan langsung sejumlah peneliti dari Universitas Mataram (Unram) dengan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah di ruang kerja Gubernur NTB, Rabu, 6 Mei 2020. Dalam kesempatan tersebut, para peneliti memaparkan sejumlah skenario penanganan Covid-19 di NTB.

Para peneliti mencoba memaparkan simulasi penanganan melalui permodelan pengendalian penyebaran Covid-19 dengan pendekatan sistem dinamik. Tujuannya, agar langkah-langkah antisipatif bisa dimaksimalkan oleh Pemerintah.

Salah seorang peneliti, Dr. Haeril memaparkan simulasi ini menggunakan Pendekatan Model SEIR (Susceptibles, Exposed, Infected, Recovered). SEIR menggunakan pendekatan kepada kelompok individu yang rentan, kelompok terkena Covid-19 namun tidak tampak gejalanya, kelompok individu yang terinfeksi Covid-19 dan terakhir kelompok yang sembuh dari Covid-19.

Haeril menjelaskan bahwa di NTB, skenario Intervensi kebijakan sangat diperlukan dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. “Efektivitas kebijakan sangat tergantung dari komitmen masyarakat dan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19. Masyarakat merupakan garda terdepan dalam upaya pengendalian penyebaran Covid-19,” tegasnya.

Para peneliti mengelompokkan tiga skenario, yakni Skenario Longgar dengan efektivitas implementasi intervensi 25 %, skenario moderat dengan efektivitas implementasi intervensi 50 % dan Skenario ketat/wajib dengan efektivitas implementasi intervensi >75 %.

“2000 an warga ( NTB) bisa terinfeksi jika intervensi longgar pada hari ke 145. Namun jika kita gunakan skenario moderat, terjadi terjadi perubahan yang sangat signifikan. Sebanyak 560-an warga yang akan terinfeksi di hari ke- 145,” ulas Dr. Haeril ketika menggunakan skenario moderat.

Menurutnya, upaya pencegahan perlu lebih diprioritaskan ketimbang upaya penyembuhan dan pendeteksian. “Bagaimana mengendalikan OTG dan PPTG, bagaimana mengedukasi masyarakat, sosialisasi besar-besaran. Kita akan mengatur rekayasa sosial masyarakat,” tutup Haeril.

Sementara itu, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah memberikan apresiasi kepada para peneliti yang telah berpartisipasi dengan membantu Pemerintah dalam menangani penyebaran pendemi Covid-19 di NTB.

“Teman-teman sudah punya pengalaman. Simulasi ini menarik, karena mencoba mengubah cara pandang kita menangani Covid-19. Sistem dinamik ini hanya tools, alat untuk mengubah pikiran sehingga kebijakan yang kita ambil tepat,” ujar Gubernur.

Gubernur juga menyampaikan bahwa penanganan Covid-19 di setiap kabupaten /Kota di NTB bisa berbeda dikarenakan kondisi di lapangan berbeda atau tidak sama persis. “Kita konsen pada penyebaran, namun juga kita konsen pada pada dampak sosial ekonomi nya. Masalahnya kini, kondisi di setiap Kabupaten /kota berbeda, secara objektif berbeda-beda, sehingga kita harus hati-hati,” jelasnya.

Gubernur juga berharap simulasi yang dipaparkan bisa lebih komprehensif dan lebih variarif lagi. Misalnya, simulasi bagaimana jika semua pasar di NTB berbasis online. “Impact-nya seperti apa. Jika akses jalan dibatasi seperti apa. Jika ada pendekatan yang bisa mengorek secara keseluruhan, tentu sangat baik sekali,” harap Gubernur. (ris/r)

No Comments

Leave a Reply