Mataram (Global FM Lombok)- Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTB paling banyak bekerja di negara jiran Malaysia, terutama di sektor perkebunan. Namun sejak pandemi melanda Indonesia dan Malaysia awal tahun 2020 lalu, pengiriman PMI asal NTB ke negara tersebut terhenti. Kini Asosiasi Pengusaha Pekerja Migran Indonesia (APPMI) NTB mengharapkan agar kedua negara segera berdialog soal pembukaan kembali pengiriman PMI lantaran sektor ketenagakerjaan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
Ketua APPMI NTB H. Muazzim Akbar mengatakan, lebih dari 50 negara penempatan sudah terbuka untuk pengiriman PMI. Namun justru Malaysia yang paling banyak diminati oleh tenaga kerja asal NTB hingga kini belum dibuka. Salah satu dampaknya, kata Muazzim yaitu maraknya pemberangkatan PMI secara ilegal atau tanpa prosedur. Sebab jalur pemberangkatan yang legal belum dibuka kembali.
“Karena memang peluangnya belum dibuka, banyak sekarang TKI gelap. Artinya banyak yang pergi melalui Batam, Tanjung Pinang sehingga berdampak pada program pemerintah daerah yaitu zero non prosedural itu,” kata Muazzim Akbar, Rabu (8/9)
Pengurus APPMI NTB lainnya Datuk Fetra Ezimon mengatakan, rata-rata dalam setahun sebanyak 60 ribu PMI asal NTB yang berangkat bekerja ke Malaysia. Namun selama pandemi ini belum ada pemberangkatan baru lagi secara legal. Jika pemerintah sudah membuka kembali pengiriman PMI ini, setidaknya ada 4 ribu PMI yang siap berangkat. Sebab mereka sudah siap dari segi kelengkapan dokumen.
“Yang empat ribu ini waktu kita ketemu Wagub kita diminta vaksin, diber jatah vaksin 4 ribu. Hari Sabtu kemarin kita sudah mulai vaksin sebanyak 700 orang. Syarat lainnya sudah lengkap seperti calling visa , tinggal buka saja langsung berangkat orang-orang ini,” ujarnya.
Ia mengatakan, remitansi atau kiriman uang dari PMI asal NTB ke dalam negeri jumlahnya sangat besar setiap tahun, yaitu lebih dari Rp 1 triliun. Karena itu ia berharap pemerintah segera membuka keran pemberangkatan tenaga kerja agar ekonomi kembali bergerak.
DPD RI Sudah Bertemu dengan Menaker
Banyak pihak yang menyuarakan agar kerjasama Indonesia dan Malaysia dalam bidang ketenagkerjaan kembali berjalan dengan baik. Bahkan pimpinan DPD RI sudah bertemu dengan Menteri Tenage Kerja (Manaker) Ida Fauziah untuk membicarakan hal tersebut.
Pimpinan Komite III DPD RI Evi Apita Maya mengatakan, ekonomi masyarakat NTB banyak disumbang oleh remitansi atau kiriman uang dari PMI yang bekerja di negeri jiran Malaysia. Namun selama pandemi ini, tidak ada pengiriman PMI dan hal ini dikhawatirkan bisa menimbulkan dampak sosial ekonomi. Saat bertemu dengan Menaker akhir Agutus kemarin, ia menyampaikan agar keran pengiriman PMI ke Malaysia segera dibuka. Dan tanggapan Manteri saat itu sangat positif.
“Bu Menteri bilang Jangan berpikir saya menghalangi pemberangkatan ini, justru saya juga berusaha mencari jalan keluar. Beliau sudah melakukan komunikasi dengan pihak Malaysia dan ini terus berjalan. Insya Allah mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa membuahkan hasil, itu yang kita inginkan,” ujarnya.
Senator dari Dapil NTB ini mengatakan, sesungguhnya Malaysia masih sangat membutuhkan PMI, terlebih asal NTB yang dikenal sebagai pekerja keras. Ia menyakini mengirim PMI ke Malaysia di masa pandemi ini tak jadi masalah asalkan semua dilakukan dengan mengedepankan prokotol kesehatan. Seperti sudah ada lima orang PMI yang berhasil kembali ke Malaysia setelah menjalani masa cuti, mereka datang ke Malaysia dengan protokol kesehatan yang ketat seperti melakukan tes PCR, sudah melakukan vaksinasi hingga karantina terlebih dahulu sebelum memulai kerja. (ris)
No Comments