Mataram (Global FM Lombok)-Ombusman RI Perwakilan NTB menangkap basah praktek menggunakan lembar jawaban UN SMP di dua sekolah yang berbeda di Kota Mataram Selasa (6/5) pagi. Ada dua lembar barang bukti jawaban UN yang diamankan oleh Ombusaman. Dua bukti tersebut diambil langsung dari tangan siswa ketika sedang mencontek. Dua lembar jawaban itu adalah mata pelajaran Matematika yang berisi jawaban semua paket. Dalam lembaran itu ada yang telah diketik dan ada juga yang ditulis tangan.
Demikian dikatakan Kepala Ombusaman RI Perwakilan NTB Adhar Hakim kepada sejumlah wartawan Selasa (06/05) dikantornya. Ia mengatakan dalam proses pengawasan UN, selain menggunakan mekanisme yang ada dalam Ombusman RI, juga menggunakan mekanisme yang diterbitkan oleh pemerintah yakni Prosedur Operasional Standar (POS) yang dikeluarkan oleh Badan Standar Pendidikan Nasional RI. Untuk semenatara, berdasarakan hasil temuan Ombusman di lapangan, terdapat banyak fakta bahwa POS ini tidak berjalan.
“Yang dilaksanakan oleh siswa untuk mengambil ini adalah cermin dari system pendidikan kita yang selama ini kurang bagus. Mereka menempuh jalan-jalan yang tidak jujur. Kita tahu kan UN itu salah satu alat ukur kejujuran siswa. Inilah bukti bahwa pendidikan kita dibangun dengan cara-cara yang tidak jujur. Oleh sebab itu tolong dilihat siswa sebagai sebuah korban dari sebuah system” kataAdhar.
Dikatakannya salah satu hal yang sangat mengkhawatirakan adalah kuatnya indikasi pembiaran dalam pelaksanaan UN yang tidak patut dilakukan oleh siswa. Praktek yang tidak patut itu seperti contek mencontek, kerjasama, tidak tertib dan berkembangnya isu adanya kebocoran soal. Menurutnya, keadaan ini menyebabkan pelaksanaan UN seperti pelanggaran yang dilakukan secara rutin.
Pihaknya telah mencatat nama siswa yang melakukan pelanggaran, pengawas di ruangan, nama sekolah, dan tentunya barang bukti yang ada. Namun untuk sementara ini, Ombudsman NTB belum mengembangkan pemeriksaan lebih lanjut. Hal itu untuk menjaga suasana pelaksanaan UN tetap berjalan tenang dan diharapkan UN yang dua hari lagi bisa lebih baik .
Adhar Hakim memandang peserta UN yang melanggar aturan tersebut sebagai korban dari sistem pendidikan yang selama ini berjalan tidak obyektif , tidak fair dan korup.”Yang dilakukan siswa seperti hari ini adalah cermin dari sistem pendidikan kita yang tidak bagus, mereka menempuh jalan yang tidak jujur, kita tau UN adalah satu alat ukur kejujuran siswa, tapi inilah bukti akibat dari sitem pendidikan kita yang tidak terbangun secara jujur”, ujarnya. (Irs/ris)-
No Comments