Nelayan Gelar Bersih-bersih Pesisir untuk Ekonomi dan Kelestarian Laut

Global FM
27 Nov 2022 21:49
3 minutes reading
Foto : Warga Dusun Baran Tapen Asri di Kecamatan Pringgabaya sedang membersihkan sampah di pesisir pantai Jumat (25/11) kemarin (Global FM Lombok/ris)

Selong (Global FM Lombok)- Sampah plastik di perairan laut akan menganggu ekologi dan ekonomi masyarakat. Jika terus dibiarkan, sampah plastik dapat membahayakan hewan atau biota laut. Menyadari hal itu, kelompok nelayan di Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur (Lotim) berupaya membersihkan sampah di pesisir dan rutin menaikkan sampah plastik di atas perahu saat melaut untuk dibawa ke darat.

Kegiatan ini juga dalam rangka merayakan Hari Ikan Nasional dan World Fisheries Day 2022 #WorldFishheriesDay.

Muslimin, nelayan di Padat Sia Dusun Baran Tapen Asri, Desa Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Lotim menuturkan, sampah di laut benar-benar mengganggu nelayan saat mencari ikan. Sampah di laut makin banyak, terlebih di musim hujan seperti sekarang ini, karena aliran sungai yang menuju ke laut sering membawa sampah plastik. 

Sampah plastik yang berhasil dinaikkan di perahu kemudian dikumpulkan di Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) setempat yang dikelola oleh Koperasi. Anggota Koperasi di dusun ini memang mengumpulkan sampah plastik untuk usaha jual beli. Tak hanya sampah yang berasal dari laut, namun sampah yang dihasilkan rumah tangga juga dikumpulkan di sini.

“Kalau ada sampah yang hanyut dan bisa menjadi uang kita pungut,” kata Muslimin Jumat (25/11) kemarin.

Sampah plastik dijual ke pengepul dengan harga Rp 2 ribu per Kg. Dalam satu bulan biasanya sampah bisa terjual sampai Rp 150 ribu. Memang nilai itu tidak besar, namun yang terpenting bagaimana agar lingkungan tempat tinggal dan laut yang menjadi tempat mencari rizki bisa terbebas dari sampah yang mengganggu.

Jumadil, nelayan lainnya mengatakan sampah dibawa dari kawasan hulu dan bermuara di laut. Bagi dia, sampah merusak pemandangan dan menyulitkan aktivitas nelayan. Belum lagi jika mesin perahu yang tersangkut sampah.

“Harapan saya agar pemerintah memperbaiki sungai di sini agar airnya lancar saat bajir. Sekarang belum lancar, apalagi sampah dari arah atas masih banyak. Setiap musim hujan banyak sampah, kita yang repot membersihkannya,” tuturnya.

Nelayan yang lainnya Badri menuturkan, dirinya sering menemukan sampah plastik maupun kantong plastik di tengah laut. Terkadang, baling-baling perahu nelayan penangkap ikan tuna copot karena tersangkut sampah plastik.

“Kadang baling-baling perahu kena sampah plastik, dan sangat mengganggu. Sampai daerah 100 mil,masih ada sampah plastik ini. Kadang baling-baling jatuh. Kita turun menyelam cari baling-baling kapal yang jatuh karena tersangkut sampah,” tuturnya.

Persoalan sampah masih menjadi perhatian serius. Selain itu, adanya nelayan luar yang menggunakan potasium menangkap ikan, juga berpengaruh terhadap rusaknya terumbu karang dan matinya ikan-ikan kecil.

“Kalau pakai potasium, terumbu karang rusak, dan menjadi hitam semua. Ikan-ikan kecil juga akan mati. Penggunaan potasium yang membahayakan. Makanya kita melawan aksi pemboman ikan dan penggunaan potasium. Karena kalau dibiarkan akan merusak ekosistem,” katanya.

Soal penggunaan potas ini, Muslimin mengatakan, semenjak pemerintah turun tangan, penangkapan dengan menggunakan bahan-bahan berbahaya nyaris sudah tak lagi. Dulu memang cukup sering dilakukan penangkapan dengan menggnakan potas untuk meracun ikan serta menggunakan bom.

“Namun sekarang sudah dirasakan dampaknya oleh pengebom-pengebom dulu itu. Sudah ada satu tahunan tidak ada yang tangkap ikan pakai bom,” katanya.

Dia mengatakan, penggunaan potas dalam aktivitas penangkapan ikan harus terus diawasi karena telah merusak karang. Jika karang rusak, jumlah pasokan ikan juga akan semakin berkurang.(ris)

No Comments

Leave a Reply