Mataram (Global FM Lombok) – Pemerintah telah mencabut minyak tanah subsidi di Pulau Sumbawa. Subsidi difokuskan untuk pengguna elpiji. “Sudah 100 persen dicabut (minyak tanah subsidi). Minyak tanah sudah resmi ditarik setelah elpiji subsidi dibagikan,” kata Sigit Wicaksono, Sales Branch Manajer NTB II PT. Pertamina (Persero).
Di Kabupaten Bima dan Dompu, harga jual minyak tanah sudah tak wajar dikeluhkan oleh masyarakat. Harga dalam 1,5 liternya mencapai Rp35.000. Sigit mengatakan, bisa saja ada oknum yang ingin mengambil keuntungan dengan menawarkan harga tinggi. “Bisa saja buka harga sampai Rp100 ribu seliter untuk minyak tanah non subsidi. Tapi pertanyaannya, laku gak,” katanya dikonfirmasi Global FM Lombok, Senin (6/1) kemarin.
Sigit menjelaskan, tingginya harga minyak tanah di pasaran, memungkinkan berlaku sebelum tanggal 31 Desember 2019. Sebab minyak tanah subsidi maksimal disediakan sampai akhir tahun, sampai kuota tersebut belum terserap habis, Pertamina tidak diperbolehkan menyalurkan minyak tanah non susbidi. Khawatirnya, Pertamina menyalurkan minyak tanah non subsidi, demikian juga minyak tanah subsidi, di sisi lain Pertamina juga menyalurkan elpiji subsidi.
Dikhawatirkan, masyarakat yang membeli minyak tanah subsidi, mengoplos kemudian menjualnya menjadi minyak tanah dengan harga non subsidi. “Makanya sebelum akhir tahun, minyak tanah subsidi menjadi langka. Kemungkinan di situ diambil kesempatan. Kalau sekarang, kita gelontorkan non subsidi,” imbuhnya.
Non subsidi ini, harganya sesuai ketentuan pemerintah dikisaran Rp11.600 perliter. Hingga ke pengecer, kata Sigit maksimal Rp13.000/liter. Itupun jumlah minyak tanah non subsidi tersedia cukup banyak. Tidak ada alasan harganya melambung sampai puluhan ribu seliter. “Sebetulnya kalau harganya tinggi, itu motifnya apa. Karena barang sudah ada, sangat cukup,” jelas Sigit.
Pemerintah juga tidak serta merta menarik minyak tanah subsidi dari peredaran. Konversi penuh telah dilakukan di Pulau Sumbawa. Sebanyak 257.000 KK mendapatkan bantuan paket elpiji subsidi 3 Kg. dari tabung gas, hingga kompornya. Masyarakat telah memiliki alternatif bahan bakar yang sangat efisien. Dan lebih praktis dari minyak tanah.
Untuk memastikan distribusinya lancar dan tersedia, Pertamina telah membentuk jaringan distribusi melalui pangkalan-pangkalan. Dari sebelumnya pangkalan minyak tanah, beralih menjadi pangkalan elpiji. Infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan elpiji masyarakat juga telah dipenuhi. “Ketersediaan elpiji tidak ada masalah, sebelumnya ada krodit sedikit, tapi sekarang sudah recovery. Tidak ada masalah kebutuhan masyarakat,” demikian Sigit. (bul)
No Comments