Menengok RPH Kota Malang, RPH Dengan Penyertaan Modal 25 Miliar

Global FM
27 Oct 2015 15:05
2 minutes reading
PD RPH Kota Malang yang cukup bersih

PD RPH Kota Malang yang cukup bersih

Malang (Global FM Lombok)- Keberadaan Rumah Potong Hewan(RPH) sering dianggap tidak terlalu penting dalam hal investasi atau penyertaan modal pemerintah daerah. Padahal RPH adalah bagian hulu dari layak atau tidaknya kualitas daging yang dikonsumsi masyarakat. Jika pemotongan ternak dan pengelolaan daging tidak dilakukan secara higienis, kemungkinan besar daging yang beredar di masyarakat tidak layak konsumsi.

Awal pekan ini, Provinsi NTB menengok RPH Kota Malang dengan penyertaan modal Rp 25 miliar setahun untuk revitalisasi dan pengembangan. Di RPH ini semua proses pemotongaan ternak dilakukan secara professional, higienis dan menggunakan standar sesuai dengan aturan. Tidak mudah memang mengelola sebuah RPH karena cenderung dikendalikan oleh system yang tidak beres. Namun jika ada perhatian dari pemerintah daerah, keberadaan RPH bisa berkontribusi besar bagi masyarakat dan daerah.

Direktur PD RPH Kota Malang Djoko Sudadi mengatakan, RPH identik dengan kotor dan bau. Perhatian pemerintah daeraha juga cenderung kurang sehingga dana investasi yang mengalir ke RPH sangat minim. Sebelum dia memegang kendali di RPH Malang tahun 2009 lalu, dana investasi RPH hanya Rp 25 juta. Namun kini dana investasi daerah sebesar Rp 25 miliar. Salah satu cara mendapatkan dana investasi jumbo itu adalah dengan meyakinkan kepala daerah dan anggota dewan bahwa RPH sangat penting untuk pelayanan kesehatan masyarakat.

Menurut Djoko, setiap hari di RPH Kota Malang sebanyak 40 ekor sapi yang dipotong. Sapi-sapi tersebut adalah pejantan dan sebagian lainnya betina yang sudah tidak produktif lagi. Dia menjamin di RPHnya tidak ada pemotongan ternak betina yang masih produktif.

“ Sampai sekarang, sapi betina produktif itu satupun tidak ada yang dipotong alias nol persen. Kalaupun yang ngotot itu, tidak saya tindak namun langsung diancam di kantor polisi. Diberikan penjelasan ini lho” kata Djoko.

Sementara itu Kabid Kesmavet Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB drh Aminurrahman mengatakan, sapi dan kerbau yang dipotong di RPH di NTB sebagian besar adalah pejantan. Jumlah sapi betina yang dipotong sebanyak 14 persen dari jumlah pemotongan. Hanya 3 persen saja sapi dan kerbau betina produktif yang masih dipotong. Namun demikian pentingnya study komparasi ke RPH Kota Malang karena di RPH tersebut sudah melaksanakan program RPH secara baik dan professional.(ris)-

No Comments

Leave a Reply