Mendorong Pemanfaatan Biodiversity Indonesia Untuk Kemandirian Farmasi

Global FM
12 Apr 2016 16:54
4 minutes reading

Oleh : Zainudin Syafari

Wokshop inergi Farmasi Nasional untuk Kemandirian

Wokshop inergi Farmasi Nasional untuk Kemandirian

Hingga saat ini sebanyak 95 persen bahan baku farmasi di Indonesia masih di impor dari luar negeri, padahal kekayaan biodiversity yang di miliki Indonesia sangat kaya. Karena itu PT Bio Farma selaku BUMN dalam bidang farmasi khusunya vaksin, mengajak para pihak untuk menginventarisir kekayaan biodiversity dalam negeri untuk selanjutnya dikembangkan menjadi bahan baku obat.

Corporate Secretary Bio Farma M Rahman Roestan di acara workshop dan media gathering di Mataram Minggu (11/4) kemarin mengatakan, perguruan tinggi dan lembaga riset memiliki potensi yang bagus untuk melakukan riset dan selanjutnya dikerjasamakan dengan perusahaan farmasi. Pihak perusahaan farmasi menurutnya siap memproduksi obat berdasarkan hasil riset tersebut.

“Banyak sekali yang bisa dimanfaatkan dari sekitar kita juga untuk pengobatan. Selama ini 95 persen ketergantungan import karena kita hanya menunggu paten semua produk baru itu habis atau off paten. Setelah peten habis, formula itu kemudian diambil dan diproduksi oleh industry farmasi nasional. Ini membuat ketergantungan inmport bahan baku dan tidak ompimalnya biodiversity kita” ujar Rahman.

Rahman Roestan mengatakan, biodiversity yang melimpah di dalam negeri diantaranya jahe, kapulaga, temulawak, adas, kencur, kunyit, jati belanda, lempuyang dan lain-lain. Semua jenis tumbuhan tadi telah digunakan sebagai bahan obat-obatan herbal sejak dahulu kala. Dari aspek ekonomi, pemanfaatan biodiversity ini untuk menghemat devisa negara yang selama ini banyak lari keluar negeri.

Dia tidak membantah bahwa kebanyakan hasil penelitian di kampus hanya parkir di rak-rak buku dan jurnal ilmiah. Karena itu dia mendorong agar perguruan tinggi dan lembaga riset membuat hasil riset yang arahnya produksi untuk kemanfaatan kepada masyarakat.

Selam ini untuk menggiatkan penelitian terkait dengan vaksin dilakukan melalui forum riset vaksin nasional yang sudah terbentuk sejak tahun 2011 lalu. Forum ini bertujuan untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sector-sektor strategis ekonomi domestik sesuai dengan nawacita pemerintah.

“Menyamakan paradigma teman-teman peneliti di perguruan tinggi itu awalnya tidak mudah karena tadinya untuk paper, sekarang harus jadi produk. Di forum riset vaksin nasional ini sudah lima tahun berjalan sudah terbentuk beberapa konsorsium dan working group. Jadi kedepan untuk vaksin malaria sama-sama kita keroyokan” katanya.

Dari data yang disodorkan Bio Farma, Industri farmasi di Indonesia memiliki nilai transaksi sebanyak Rp 61 triliun per tahun. Namun nilai impornya sangat tinggi yaitu mencapai Rp 21 triliun, sementara ekspornya masih kecil yaitu sebesar 2 triliun. Sehingga neraca ekspor impor untuk produk farmasi di Indonesia sangat tidak seimbang. Vaksin hasil produksi PT Bio Farma selama ini telah diekspor ke 130 negara di dunia dan 49 diantaranya dalah Negara-negara Islam. Industri farmasi di Indonesia berjumlah sebanyak 206 yang terdiri dari empat milik BUMN, 178 lokal dan 24 milik MNC.

Kegiatan workshop media dan media gathering dihadiri oleh puluhan wartawan dari Bandung, Jakarta dan Kota Mataram. Sejumlah pemateri hadir dengan membawakan materi-materi yang edukatif seperti dr Pimpim Basarah Yanuarso selaku sekjen Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Christian Budisutejdo dan Pimred Bisnis Indonesia Arif Budisusilo. Sedang pada saat pembukaan kegiatan, hadir Kadis Pudpar NTB Lalu M Fauzal yang mewakili gubernur NTB.

Seorang wartawan senior di Mataram menerima suntikan vaksin influenza dari dokter

Seorang wartawan senior di Mataram menerima suntikan vaksin influenza dari dokter

Dalam kesempatan itu PT Bio Farma memberikan suntikan vaksin influenza secara gratis kepada seluruh peserta. Pemberian vaksin dilakukan oleh dr Christian. Menurutnya vaksin influenza ini untuk menguatkan antibody seseorang agar kebal terhadap virus influenza selama satu tahun kedepan.

“ Virus influenza ini cepat sekali menular misalnya melalui bicara. Selain itu sekali bersin bisa mengeluarkan sebanyak 40 ribu droplet atau tetesan bakteri” kata dokter Christian.

Head Corporate Communication Bio Farma N Nurlela mengatakan, “Media gathering dan Workshop ini merupakan batch ke lima, setelah tahun sebelumnya dilaksanakan di Bandung, Jakarta, Yogya, dan Manado. Adapun tema workshop kali ini adalah “Sinergi Farmasi Nasional untuk Kemandirian” yang berlangsung di Hotel Lombok Raya, Mataram.

CSR Bio Farma

Untuk urusan CSR, Komisaris PT Bio farma Ihsan Setiadi Latief menekankan bahwa dana sosial perusahaan atau CRS PT Bio Farma dengan menganut empat prinsip meliputi keberlanjutan, kedaulatan, eksistensi dan kemandirian. Adapun rujukan Bio Farma dalam menjalankan CSR adalah ISO 26000 yang secara internasional menjadi pegangan paling mutakhir dan komprehensif. Adapun dari sisi pelaporan merujuk pada GRI atau Global Reporting Index.

“Semua standar internasional ini dijadikan pegangan karena Bio Farma percaya bahwa CSR bisa berkesinambungan, maka selain memperhatikan keseimbangan triple P (profit, people, planet-red), Bio Farma juga harus menjalankannya sesuai “P” yang lain yaitu prosedur” ujarnya.

Beberapa contoh CSR Bio Farma antara lain di Life Science Park di Jasinga Kabupaten Bogor dengan luas areal 500 hektar. Selain itu di geodiversitas Ciletuh Sukabumi. Ada juga dana sosial yang mengalir ke kelompok tani ikan koi mizumi, pemuliaan domba Garut, sapi rancah Ciamis, penyu, bandeng, papaya California di Bogor dan lain-lain.

No Comments

Leave a Reply