Korban Gempa Sebaiknya Direlokasi, Wilayah Yang Terdampak Gempa Lombok Disarankan Jadi Objek Wisata

Global FM
31 Aug 2018 16:19
3 minutes reading

Dr TGH Hazmi Hamzar

Mataram (Global FM lombok)-  Jumlah daerah yang terdampak gempa bumi di Lombok dan Sumbawa sejak tanggal 29 Juli lalu sangat banyak. Lebih dari 83 ribu rumah rusak akibat gempa beruntun yang melanda NTB. Saat ini pemerintah sedang membersihkan puing-puing bangunan yang nyaris rata dengan tanah. Namun ada usulan agar sebagian daerah terdampak gempa bumi di Lombok  tidak diutak-atik untuk selanjutnya dijadikan destinasi wisata.

Anggota Komisi II bidang Pariwisata DPRD NTB Dr. TGH Hazmi Hamzar kepada Global FM Lombok di Mataram, Jumat (31/8) mengatakan, puing-puing bekas bangunan rumah dan fasilitas umum yang sudah hancur sebaiknya dibiarkan dengan kondisi yang ada sekarang ini. Masyarakat yang sudah kehilangan tempat tinggal kemudian direlokasi ke tempat lain dengan bangunan baru dan desain tahan gempa.

Menurutnya, ada sejumlah daerah di Indonesia yang membiarkan sebagian wilayah yang terdampak bencana alam menjadi destinasi pariwisata. Misalnya di Aceh terdapat kapal PLTD Apung yang berada di daratan setelah terhempas tsunami hebat tahun 2004 silam. Di lokasi itu sebagian rumah warga yang terdampak gempa dan tsunami dibiarkan menjadi monumen hidup untuk dijadikan destinasi wisata.

Bencana gempa bumi Lombok-Sumbawa kata Hazmi akan mengundang beragam kajian dari berbagai kalangan, mulai dari sejarawan, geolog, teolog, sosiolog, ekonom, psikolog dan lainnya. Mereka akan mencermati bencana dahsyat ini dari dimensi yang berbeda-beda, tergantung disiplin ilmunya.

“ Jadi kehancuran rumah, masjid dan lainnya dibiarkan saja itu. Nanti pemerintah bangun masjid di tempat lain. Biarkan lokasi sekarang menjadi objek wisata, jadi wisata nurani, wisata renungan. Bisa juga wisata sejarah, geologi dan jenis wisata lainnya, tergantung minat orang,” kata Hazmi.

Ia mengatakan, membangun wisata tidak hanya sekedar menata pantai, membangun hotel, mempercantik destinasi dan sejenisnya. Namun dari sebuah peristiwa besar seperti bencana gempa bumi ini, bisa dijadikan daya tarik baru bagi wisatawan domestik dan mancanegara. “ Saya kemarin di pesawat dari Jakarta ke Lombok, penumpang sangat ramai. Ternyata banyak yang ingin lihat lebih dekat dengan lokasi bencana,” katanya.

Ia menginginkan agar gempa bumi tidak hanya dimaknai sebagai sebuah peristiwa belaka, namun disana terkandung banyak hikmah yang menarik untuk dikaji lebih dalam.

Berdasarkan hasil serapannya di lapangan, banyak masyarakat korban gempa yang rumahnya sudah hancur tidak ingin kembali ke kampungnya. Mereka menginginkan tinggal di tempat yang baru dan memulai hidup yang baru pula. Sehingga opsi untuk relokasi sebagian korban gempa patut dipertimbangkan, terlebih harga lahan di Lombok Utara maupun di Lombok Timur masih tergolong murah.

Beberapa daerah di Sambelia dan Belanting Lombok Timur, terdapat desa yang sering terdampak banjir bandang. Pada saat gempa bumi kemarin, mereka juga terkena dampaknya. Sehingga agar mereka tidak lagi menjadi korban bencana alam, penduduk setempat harus direlokasi ke tempat lain yang lebih aman.

“ Di kampung yang baru itu disana harus dibangun masjid, pasar, sekolah dan fasilitas publik lainnya. Di KLU sangat memungkinkan, tanah lapang masih sangat luas. Di Sambelia yang sering jadi  sasaran banjir juga sebaiknya direlokasi. Ini momentum untuk menata kehidupan yang baru. Jangan ada di aliran sungai. Karena setiap tahun akan kena lagi,” terangnya.(ris)

No Comments

Leave a Reply