Kerjasama Bilateral Indonesia – Jerman Sempurnakan Pendekatan Bisnis Inklusif pada Pariwisata Berkelanjutan di Lombok

Saeful Huna
11 Nov 2020 09:52
3 minutes reading
Warga Bilebante, Loteng menjalani pelatihan pijat kebugaran/Global FM Lombok

Mataram (Global FM Lombok) – Untuk memupuk keberlanjutan manfaat kerja sama antara seluruh mitra proyek melalui pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata berkelanjutan di Lombok, Investasi untuk Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan yang Inklusif (ISED) menyelenggarakan program Dialogue Forum 2020. Dimana proyek ISED yang dilaksanakan di Lombok memasuki tahun keempat pada Juni 2021 mendatang.

Direktur Industri, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Bappenas, Leonardo Adypurnama alias Teguh Sambodo menjelaskan, ISED Dialogue Forum 2020 digelar sebagai kegiatan tahunan terakhir proyek.

“Melalui forum diskusi ini, keberlanjutan manfaat kerja sama antara seluruh mitra dalam implementasi proyek melalui pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata di Lombok perlu dipupuk dan ditingkatkan ke skala nasional dan kebijakan. Sebab, pariwisata menjadi salah satu sektor pilihan dan andalan dalam pembangunan ekonomi yang paling layak dan berkelanjutan,” ujarnya, Senin, 9 November 2020.

Berdasarkan hasil dialog dalam forum tersebut, tercatat dua hal yang paling menonjol terkait ketenagakerjaan di Indonesia. Antara lain kurangnya jumlah pekerja terampil dan ketidakcocokan antara permintaan dan pasokan tenaga kerja.

Baca Juga:
Peringati Hari Pahlawan, Wagub Ziarah di Makam Maulana Syaikh

Bisnis inklusif merupakan suatu pendekatan di mana masyarakat yang berada di piramida ekonomi yang paling dasar, turut diikutsertakan dalam satu mata rantai usaha suatu perusahaan atau entitas usaha, baik sebagai pemasok, distributor, retailer dan konsumen yang bertujuan pada perubahan dan peningkatan ekonomi bagi kedua belah pihak.

Karenanya, proyek ISED ditujukan untuk membantu mengatasi promosi ketenagakerjaan dengan melakukan pendekatan dengan sektor swasta dan publik, mengimplementasikan pendekatan bisnis inklusif dan pelatihan guna meningkatan keterampilan dan peluang kerja bagi penerima manfaat.

“Seluruh kerja sama dalam proyek ISED diimplementasikan dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan yang datang dari sektor swasta, publik serta akademisi guna memastikan hasil capaian yang maksimal. Proyek ISED berupaya menghadapi tantangan dari sisi permintaan (demand side) dengan berkerja secara erat dengan mitra dari sektor swasta,” ujar Principal Advisor Project ISED, Ruly Marianti.

Beberapa implementasi proyek ISED diarusutamakan dalam bentuk pengembangan keterampilan. Salah satunya menggunakan implementasi pendekatan bisnis inklusif kepada penerima manfaat, seperti karyawan mitra proyek dan juga masyarakat desa.

Kegiatan tersebut dikerjasamakan dengan mitra pariwisata, antara lain seperti wisata kebugaran bersama Martha Tilaar Group, membuka peluang kegiatan wisata dan tujuan wisata bersama Panorama Group dan Wise Steps Travel.

Dalam hal pengembangan potensi kopi bersama Indonesia Coffee Academy (ICA) di bawah naungan Anomali Group, pembelajaran praktik pertanian kopi yang baik bersama Sustainable Coffee Platform Indonesia (SCOPI), mengembangkan potensi lokal kuliner Lombok bersama Generasi Baru Dapur Indonesia (GBDI), serta mengembangkan potensi tujuan wisata yang ramah lingkungan bersama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika bersama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).

Baca Juga:
Surat Permintaan Dana Pilkada Yang Mengatasnamakan Gubernur Adalah Hoaks

“Kami sangat bangga dapat turut berkontribusi bersama proyek ISED mengembangkan potensi masyarakat menjadi lebih baik lagi melalui pendekatan bisnis inklusif. ujar Perwakilan mitra sektor swasta, Head of Corporate Communications Martha Tilaar Group, Palupi Candra.

Hal serupa disampaikan Ketua Desa Wisata Hijau Bilebante, Pahrul Azim, yang menyebut Desa Bilebante sangat terbantu dengan implementasi proyek-proyek kerja sama bilateral Indonesia-Jerman. Dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan dapat dirasakan oleh masyarakat desa, antara lain pengembangan keterampilan yang berujung pada perbaikan pendapatan keluarga.
“Masih banyak pekerjaan rumah yang menanti Desa Bilebante agar lebih berkembang lagi, tapi kami optimis dengan keberlanjutan kerja sama yang sudah terjalin,” ujarnya.

Melalui ISED Dialogue Forum 2020, partisipasi para pemangku kepentingan dalam proyek ISED dapat diperluas. Hal ini sangat penting mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang mengakibatkan penurunan yang signifikan pada sektor pariwisata. Padahal, sebelum pandemi Covid-19, kegiatan pariwisata terus meningkat dan menyumbang pendapatan devisa tertinggi dari keseluruhan sektor jasa, dan pemerintah telah menetapkan pengembangan sepuluh destinasi pariwisata prioritas termasuk di dalamnya Nusa Tenggara Barat. (azm)

No Comments

Leave a Reply