Kasus ABH Meningkat, Didominasi Kejahatan Seksual

Global FM
10 Jan 2020 09:33
2 minutes reading
Abdul Rahman Hidayat (Global FM Lombok/Uki)

Bima (Global FM Lombok) – Kasus Anak Berhadapan Hukum (ABH) di wilayah Kabupaten Bima mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Kasusnya didominasi anak sebagai korban persetubuhan (kejahatan seksual).

Sejak tahun 2017 hingga 2019, tercatat sebanyak 327 kasus anak. Dengan rincian tahun 2017 sebanyak 106 kasus, tahun 2018 sebanyak 116 kasus dan tahun 2019 sebanyak 105 kasus.

Hal itu disampaikan Pekerja Sosial Perlindungan anak Kementerian Sosial yang bertugas di Kabupaten Bima, Abdul Rahman Hidayat, S.ST, Kamis (9/1). Kata dia kebanyakan kasus ABH ini didominasi anak sebagai korban persetubuhan dan pelaku pencurian.

“Tingginya kasus anak tersebut, berdasarkan hasil asesmen yang dilakukan oleh dirinya dan rekannya Baiq Dian Hurriati, S. Sos,” katanya.

Baca Juga : Beri Efek Jera, Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak Akan Disuntik Kebiri

Berdasarkan asesmen tersebut lanjutnya, faktor penyebabnya akibat pola asuh yang buruk. Ditemukan banyak orangtua yang cenderung mengabaikan anaknya dengan tidak memberikan perhatian dan pengawasan yang tepat. “Kondisi ini anak mudah menjadi korban dan pelaku ABH,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, akibat kurangnya pemahaman orangtua tentang media sosial (medsos) memperburuk pengawasan terhadap anak. Karena kebanyakan kasus persetubuhan berawal dari media sosial dengan menggunakan android.

“Sementara kasus pencurian berawal dari anak-anak yang suka keluar malam dan tidak menginap di rumah. Orangtua tidak memberikan pengawasan dan perhatian yang tepat,” katanya.

Dengan tingginya permasalahan ABH tersebut, Hidayat mengaku pihaknya tetap konsisten dalam melakukan upaya pencegahan. Baik di masyarakat ataupun di lingkungan sekolah.

Baca Juga : Selama Empat Tahun Terakhir, Kekerasan Terhadap Anak di NTB Capai 471 Kasus

“Kita akan melakukan sosialisasi berupa kegiatan peksos goes to school dan kegiatan temu penguatan kapasitas anak dan keluarga,” katanya.

Hal itu lanjutnya, bertujuan memberikan informasi tentang bagaimana mencegah agar tidak menjadi korban kekerasan seksual dan kekerasan fisik serta memberikan pemahaman terhadap orangtua bagaimana mengasuh anak yang tepat dan baik.

“Kepada semua pihak agar peduli terhadap anak. Memberikan perhatian dan pengawasan yang tepat agar anak terhindar dari korban ataupun pelaku kejahatan,” pungkasnya. (uki)

1 Comment

Leave a Reply