Jagung Mahal, Butuh Titik Keseimbangan Harga Agar Tak Beratkan Peternak

Global FM
14 Nov 2021 20:55
4 minutes reading
Harga jagung masih mahal, butuh penyesuaian harga agar tak memberatkam peternak

Mataram ( Global FM Lombok)- PETANI masih menikmati harga jagung yang tinggi yaitu sekitar Rp 5.300 per Kg dengan kadar air 14 persen. Padahal Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.150 per Kg. Dengan harga yang tinggi tersebut, petani sangat diuntungkan. Bahkan sebagian petani jagung di Pulau Sumbawa sudah menanam jagung untuk musim yang ketiga tahun ini.

“Petani kita sedang menikmati harga yang tinggi. Sekarang petani jagung kita sedang happy. Malah ada yang di Sumbawa itu sudah nanam yang ketiga, karena dia senang sekali dengan harga jagungnya,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB Muhammad Riadi pekan kemarin.

Meski demikian, idealnya tidak bisa hanya satu pihak saja yang menikmati keuntungan, sebab para peternak juga harus mendapat atensi bersama. Sebab dengan harga jagung yang tinggi, para peternak akan mengeluarkan biaya yang lebih tinggi untuk pembelian pakan ternaknya, mengingat jagung adalah bahan utama pakan ternak.

“Mudahan nanti ketemu titik keseimbangannya, sehingga petani tetap untung dan peternak juga tidak dirugikan. Sebab dengan harga yang sekarang, berat di pihak peternak ,” tegasnya.

Untuk mengatasi persoalan ini secara nasional, Bulog sudah diperintah oleh pemerintah pusat untuk menyalurkan jagung yang sebelumnya telah diserap oleh Bulog kepada para peternak. Melalui pola ini, biaya pakan ternak sedikit bisa diketekan.

Namun naiknya harga jagung ini salah satunya dipengaruhi oleh harga pasar dunia yang sedang naik. Meski demikian diperkirakan, harga komoditas ini akan akan kembali normal seiring dengan produktivitas dan pasokan jagung dari negara-negara produsen di dunia.

Kepala dinas mengatakan, secara nasional seperti yang disampaikan Menteri Pertanian bahwa stok jagung masih aman. Bahkan ada kelebihan produksi jika dibanding dengan total kebutuhan di dalam negeri. “Tidak mengkhawatirkan, namun harus diingat jagung ini musiman. Pada saat panen banyak stoknya dan harga akan bergerak turun. Bisa jadi petani giliran yang akan teriak nanti. Dilema di komoditas pertanian itu ya begitu,” ujarnya.

Adapun angka produksi jagung di Provinsi NTB sudah mencapai 1,6 juta ton lebih seperti yang disampaikan Muhammad Riadi di sela-sela mengikuti panen serentak nasional bersama Menteri Pertanian RI tanggal  29 September 2021 lalu.

Riadi mengatakan, produksi jagung di NTB terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2021 ini, ia meyakini target produksi akan tercapai, bahkan melampaui. Pada Bulan September 2021 ini, luas areal panen jagung di NTB mencapai 12.462 hektare, atau setara dengan angka produksi 58.368 ton. Kemudian Bulan Oktober 2021, areal yang akan dipanen rencananya seluas 8.281 hektare, atau setara dengan produksi 38.785 ton. Kemudian pada November 2021 sekitar 53.926 ton produksi.

Panen paling luas, lanjut kepala dinas terjadi pada Bulan November dan Desember. Karena bersamaan dengan musim hujan, dimana hampir semua lahan tadah hujan dapat dimanfaatkan.

Hadirkan Industri Pakan Ternak

Mahalnya komoditas jagung saat ini berimbas pada naiknya harga pakan ternak di dalam daerah. Di satu sisi naiknya harga jagung ini menguntungkan petani, namun di sisi lain akan memberatkan para peternak. Karena itulah, salah satu solusi yang sudah ditunggu sejak lama yaitu industri pakan ternak harus segera hadir di NTB.

Anggota Komisi II DPRD NTB Ir.Made Slamet, M.M., mengatakan, industri pakan ternak di dalam daerah akan member keuntungan yang besar bagi peternak lokal. Salah satu keuntungannya yaitu harga pakan bisa ditekan, lantaran biaya distribusi barang menjadi rendah. Terlebih bahan baku pakan ternak sebenarnya sudah banyak yang tersedia di sini, seperti jagung, dedak dan lainnya.

“Dari dulu saya sangat tertarik dengan program Gubernur agar ada pabrik pakan ternak. Program ini jangan sampai hilang,” katanya.

Ia mengatakan, bahan baku jagung dan dedak banyak dikirim ke Bali dan Jawa untuk dijadikan bahan baku pakan ternak. Selanjutnya pakan ternak industri tersebut didistribusi kembali ke NTB untuk memenuhi kebutuhan pelaku usaha peternakan.”Sehingga agar harga pakan bisa ditekan, harus ada industri pakan di sini,” terangnya.

Politisi PDIP ini mengatakan, sebenarnya harga jagung yang tinggi dan memberi keuntungan ke petani menjadi kabar yang menggembirakan. Namun di sisi lain, para peternak yang mengeluhkan soal naiknya harga pakan juga harus menjadi atensi bersama.”Kita ingin semua diuntungkan, bukan hanya petani jagung saja, para peternak juga agar untung,” ujarnya.

Sehingga produk-produk hasil pertanian di dalam daerah harus dikelola dengan baik. Artinya tidak melulu dijual dalam bentuk mentah. Sehingga konsep industrialisasi yang menjadi program unggulan Pemprov NTB harus terus dikawal agar terealisasi. Sebab industrialisasi akan memberi nilai tambah bagi para petani.

“Harga komoditas pertanian itu cenderung fluktuatif, kadang naik kadang turun, karena itu butuh industri pengolahan agar harga relatif lebih stabil,” tambahnya.

Terkait dengan harga pakan ternak yang cenderung terus merangkak naik akhir-akhir ini, ia menduga ada faktor lain, misalnya terkait dengan persaingan usaha. Misalnya adanya dugaan peternak yang melakukan monopoli usaha. “Ada indikasi ke arah sana. Karena itulah pemerintah harus turun tangan untuk memberi solusi bagi petani dan peternak,” tutupnya.(ris)

No Comments

Leave a Reply