Istri-Istri Nelayan di Desa Seruni Mumbul Berupaya Perbaiki Ekonomi Melalui Koperasi

Global FM
27 Nov 2022 21:42
3 minutes reading
Foto : Seorang istri nelayan sedang membersihkan gurita yang berhasil ditangkap sebelum nantinya dijual ke suplayer.(Global FM Lombok/ris)

Selong (Global FM Lombok)- Istri-istri nelayan di Dusun Baran Tapen Asri, Desa Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur (Lotim) ikut serta membantu usaha suaminya dengan melakukan aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan hasil laut. Mereka mendirikan Koperasi agar lebih berdaya dan mandiri untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Koperasi yang didikan itu bernama “Segare Harapan Jaya” yang dibentuk tahun 2021. Usaha yang dijalankan yaitu penyediaan kebutuhan memancing, jual beli hasil laut serta jual beli barang daur ulang. Jumlah anggota Koperasi ini sebanyak 33 orang yang sebagian besar anggotanya adalah istri-istri nelayan.

Ketua Pengelola Koperasi Segare Harapan Jaya Dina Rukmana mengatakan, hadirnya Koperasi ini memudahkan aktivitas jual beli dan membantu perekonomian nelayan. Sebelum didirikan Koperasi, jual beli barang dan hasil tangkapan nelayan dilakukan sendiri-sendiri. Setelah koperasi berdiri, menjual hasil tangkapan menjadi lebih mudah dan transportasi menjadi beban kelompok.

“Usaha kita di sini jual beli sampah, jual beli hasil tangkapan ikan, jual beli alat tangkap juga jasa pembuatan dokumen kapal. Intinya sejak ada Koperasi, kita lebih mudah” kata  Dina Rukmana Jumat 25 November 2022.

Banyak jenis ikan yang dihasilkan oleh nelayan di dusun ini. Mulai dari ikan tuna hingga gurita. Usaha gurita ini dinilai menjanjikan karena harga pasarnya cukup bagus. Dalam sehari, rata-rata nelayan bisa menghasilkan 10 – 20 Kg gurita. Bahkan jika beruntung, seorang nelayan bisa menangkap sampai 60 Kg sehari.

“Gurita juga punya musim. Kalau di tahun ini sejak bulan Oktober kemarin musimnya. Kita menjualnya ke suplayer,” tuturnya.

Adapun harga gurita di tempat ini yaitu gurita dengan berat 0,5 Kg nelayan menjual ke Koperasi sebesar Rp28 ribu, selanjutnya Koperasi menjual ke suplayer Rp30 ribu. Gurita dengan berat 1 Kg dibeli dari nelayan Rp49 ribu dan Koperasi menjualnya ke suplayer Rp31 ribu. Sementara gurita dengan berat 2 Kg ke atas, nelayan menjual ke Koperasi Rp62 ribu dan Koperasi menjual ke suplayer sebesar Rp64 ribu.

Ketua Koperasi Segare Harapan Jaya Muslimin mengatakan, sebelum hadirnya Koperasi, pengeluarannya saat akan turun melaut  terasa sangat besar. Sebab ketika membeli alat tangkap harus pergi sendiri ke penyedia alat pancingan. Begitu juga harganya lebih mahal. Termasuk saat menjual hasil tangkapannya, nelayan biasanya menyewa jasa ojek untuk mengantarkan ikan-ikan yang berhasil ditangkap.

“Namun sekarang, setelah pulang dari laut langsung ke sini (Koperasi-red) dan lebih mudah,” ujarnya.

Dari segi penghasilan, keberadaan Koperasi dirasakan memberi keuntungan yang lebih besar. Misalnya nelayan yang biasa menangkap gurita akan mendapatkan rata-rata sekitar Rp 100 ribu per hari, namun setelah dikelola oleh Koperasi pendapatan bisa meningkat sampai Rp 150 per hari per nelayan.

Yayasan Masyarakat dan Perikanan Indonesia (MDPI) Nusa Tenggara ikut memberikan edukasi kepada para nelayan terkait pentingnya Koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Di samping memang kehadiran lembaga ini untuk mengajak nelayan agar sama-sama melakukan perbaikan terhadap ekosistem laut untuk menciptakan perikanan yang berkelanjutan.

Staf lapangan MDPI Site Lombok M. Taeran menuturkan, selain jual beli ikan, Koperasi ini menampung sampah plastik yang terjaring di tengah laut. Sampah yang berhasil dikumpulkan dijual ke pengepul dengan harga yang sudah ditentukan.

“Sampah-sampah yang diambil oleh teman-teman nelayan dari laut bisa dimanfaatkan oleh komunitas sendiri. Koperasi yang beli, nanti Koperasi kerjasama dengan pengepulanya,” katanya.

Pihaknya juga tetap melakukan sosialisasi terkait alat tangkap yang boleh digunakan saat melaut. Nelayan tidak boleh menggunakan alat tangkap yang dilarang seperti potas, bom dan alat berbahaya lainnya karena bisa merusak ekosistem dan menurunkan cadangan ikan di masa depan.

Saat Suara NTB mendatangi kampung nelayan ini, terlihat sejumlah ibu-ibu sedang membersihkan gurita yang baru naik ditutunkan dari perahu. Mereka menimbang berat gurita serta mengukur panjang tentakelnya. Dengan cermat istri-istri nelayan ini mencatat data-data itu sebelum dibawa ke suplayer yang sudah menunggu.

#World Fisheries Day 2022 (ris)

No Comments

Leave a Reply