Mataram (Global FM Lombok)-Indek Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi NTB kembali berada pada urutan buncit yaitu berada para posisi 33 dari 34 provinsi di Indonesia. Tahun 2012 lalu, posisi IPM NTB berada di peringkat 32, namun setelah adanya pemekaran provinsi baru di Kalimantan, posisi NTB melorot ke peringkat 33. Masih rendahnya mutu pendidikan dan kesehatan masih menjadi penyebab utamnya.
Kasi Analisis Lintas Sektor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB, Dra. Ni Nyoman Sri Suyani Pura dalam acara workshop media di Mataram, Senin (22/12) mengatakan, perkembangan IPM NTB sebenarnya cukup bagus yaitu dari 66,89 pada tahun 2012 menjadi 67,73 tahun 2013.
Dalam hal kesehatan misalnya, warga NTB yang masih buang air besar sembarangan hampir 50 persen. Sementara rumah tangga yang mendiami rumah kurang sekhat yaitu sekitar 80 persen.
“ Kita masih bisa melihat ya BAB tanpa tangki septic yang masih sembarangan. Kita termasuk masih sangat tinggi dalam BAB tanpa tangki septic ini 50 persen masih BAB sembarangan. Kita masih lebih jelek dari Maluku sama Papua Barat. Kemudian rumah tidak sehat, kita hampir 80 persen ”
Data yang disampaikannya adalah update terakhir pada Agustus 2013 lalu. Dari sisi ekonomi yang disebutkan, investasi yang telah masuk, baik dalam bentuk perhotelan maupun perusahaan-perusahaan lainnya telah membrikan multiflier efek yang besar kepada masyarakat. Sehingga daya beli masyarakat membak, dari Rp 645 ribuan pengeluaran perkapita pertahun pada tahun 2012, naik menjadi Rp 648 ribuan pada 2013. Untuk daya beli ini, rata-rata semua kabupaten/kota mengalami perbaikan dari tahun 2012 ke 2013.
Sementara untuk angka harapan hidup, pertahun 2012 masyarakat di NTB rata-rata angka harapan hidupnya 62,73 tahun. Tahun 2013 membaik menjadi 63,21 tahun. Demikian juga untuk kabupaten/kotanya rata-rata mengalami peningkatan harapan hidup setiap tahunnya. Untuk angka melek huruf, tahun 2012 provinsi ini nilainya pada 83,68 pada tahun 2012, naik menjadi 85,19 pada 2013. Rata-rata lama sekolah adalah 7,19 tahun pada 2012 lalu, naik cukup kecil menjadi 7,20 pada tahun 2013.
Namun yang menjadi persoalan, untuk status pendidikan, 50 persen lebih ibu-ibu di NTB status pendidikannya tidak tamat SD. Tentu banyak keterbatasan yang dimiliki akibat rendahnya status pendidikan tersebut. Demikian juga dengan kesehatan, angka kematian ibu dan bayi masih tinggi. Sehingga untuk menekan kelemahan-kelemahan tersebut dibutuhkan kekuatan lebih dari pemerintah untuk memperbanyak infrastruktur, baik fasilitas dan sarana-sarana pendidikan pada masyarakat, maupun fasilitas penunjang kesehatan bagi masyarakat.
Dijelaskan lagi secara rinci, indikator kesehatan lingkungan masih kurang baik, diantaranya cara BAB sembarangan di NTB relatif tinggi, hampir 50 persen. Rumah tangga yang mendiami rumah kurang sehat juga masih cukup besar, hampir 80 persen.
Kesehatan ibu yakni akibat pengetahuan dan kesadaran perempuan terhadap kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan masih kurang. Rendahnya persentase pemeriksaan awal kehamilan pada bulan pertama, masih cukup besarnya persentase ibu hamil yang tidak melaksanakan kehamilan ditenaga kesehatan.
Selain itu, banyak perempuan di NTB yang menikah muda dan berpendidikan SD atau tidak tamat SD, sehingga pengetahuan mereka tentang kesehatan juga rendah. Tantangan yang tak kalah besar adalah persentase penduduk usia 15 tahun yang buta huruf masih tinggi. Persentase drop out penduduk usia 15 relatif tinggi, terutama pada jenjang SD. Penduduk usian 15 tahun yang berijazah minimal SD relatif rendah dibanding wilayah lain.
“Kita masih kalah dengan Papua Barat yang IPM-nya diurutan 32, bukan tidak bekerja sebenarnya pemerintah daerah, kita berlari tetapi provinsi lain terbang,” demikian dikemukakan.(ris)-
No Comments