Penulis : Zainudin Syafari
Dongeng putri Mandalika yang menceburkan diri ke tengah laut karena bingung memilih cinta dari para pangeran di selatan pulau Lombok menjadi pengantar tidur anak-anak selama berabad-abad. Putri yang elok itu sama cantiknya dengan hamparan pesisir pantai di wilayah Lombok bagian selatan. Mulai dari Mawun, Kuta, Aan, Gerupuk hingga Selong Belanak memiliki daya pikat yang tinggi.
Selama 25 tahun, masyarakat Lombok bermimpi memiliki destinasi wisata yang berkelas dunia di wilayah ini. Pemerintah NTB bersama pemerintah pusat ingin mengakhiri mimpi itu menjadi realitas yang mampu dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Desember 2015 kemarin, Wakil presiden Jusuf Kalla datang ke Lombok untuk meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok Tengah. Didampingi gubernur NTB TGH.M.Zainul Majdi dan sejumlah menteri, Wapres mendengarkan pemaparan dari Direktur Utama PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M.Mansoer terkait rencana pengembangan kawasan tersebut.
Kata Abdulbar ada empat hotel kelas dunia yang rencananya akan dibangun di KEK Mandalika mulai tahun 2016 hingga akhir tahun 2018 mendatang, yakni Pullman hotel, Med Club, Lee’s hotel dan Jiva Samudera Biru. Biaya investasi infrastruktur dasar tahap pertama di KEK Mandalika diperkirakan Rp250 miliar.
“Kami optimistis dengan dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah pusat dan Pemprov NTB, pengembanganan KEK Pariwisata Mandalika akan berjalan sesuai rencana dan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian masyarakat NTB pada khususnya dan juga pendorong perekonomian nasional,” kata Abdulbar.
Wakil presiden Jusuf Kalla meminta agar pembangunan KEK Mandalika dipercepat. Mengingat perencanaan pembanguannya sudah sangat lama. Apalagi, sekarang ini kondisi ekonomi Indonesia sudah mulai membaik sehingga pembangunan harus segera dilakukan. Menurut Wapres, dibandingkan dengan Nusa Dua Bali ketika awal pembangunannya, kesiapan KEK Mandalika lebih matang. Selain itu, antara konsep dan pembangunan infrastruktur juga harus berjalan beriringan untuk menarik minat investor.
“Dipercepat tentu, dulu (investor) mereka cuma minta tiga hal, airport kita sudah punya, jalan bagus dan listrik ini memang sudah cukup tapi akan lebih banyak dibutuhkan. Air, mereka hanya butuh itu dan semuanya sudah siap semuanya.” Katanya.
Wapres juga menyinggung fasilitas bandara yang sudah sangat mendukung terbangunnya kawasan Mandalika di Lombok selatan. “Dulu kan agak lama karena bandaranya di Mataram, sejam lebih kesini sekarang bisa 30 menit lebih dekat. Jadi semuanya sudah jauh lebih lengkap yang ini dibanding Bali zaman dulu waktu di Nusa Dua itu karena rencana sudah 25 tahun lalu dimulai” ujarnya.
KEK Mandalika ini kata Wapres adalah adalah salah satu destinasi yang akan menjadi salah satu andalan, selain untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan namun juga untuk meratakan pertumbuhan ekonomi bangsa.
Guna mendukung pengembangan kawasan Mandalika, wapres juga menjanjikan akan segera memperpanjang runway Bandara International Lombok (BIL) menjadi 3000 meter dari panjang saat ini 2.750 meter. Dengan demikian, pesawat berbadan jumbo bisa mendarat di BIL. Ia mengatakan, wisatawan yang masuk ke Indonesia sekarang ini baru 10 juta orang, tak sebanding dengan Negara-negara lain yang sudah mencapai belasan juta wisatawan, sehingga perlu fasilitas bandara yang memadai.
Kawasan Mandalika ditetapkan menjadi KEK pada tanggal 30 Juni 2014 lalu ditandai dengan disahkannya PP No 52 tentang penetapan kawasan Mandalika menjadi KEK. KEK Mandalika dalam PP tersebut memiliki luas 1.035 hektar yang terletak di kecamatan Pujut kabupaten Lombok Tengah. Terdapat lahan seluas 135 hektar yang masih dikuasai oleh masyarakat hingga kini. Itulah yang dikalim menjadi salah satu penghambat mega proyek tersebut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan pengembangan KEK Pariwisata Mandalika di Lombok Tengah, membutuhkan investasi sekitar Rp37 triliun. Pengembangan kawasan pariwisata Mandalika diproyeksikan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara sampai satu juta per tahun dan mendatangkan keuntungan hingga Rp14 triliun per tahun.
Sebelumnya pada tanggal 10 April 2015 lalu presiden Jokowi berjanji akan mendukung pembangunan KEK Mandalika dengan dukungan APBN sebesar Rp 1,8 triliun. “Kebutuhan untuk infrastruktur dasar kira-kira Rp 2,1 triliun lebih. Tahun ini (2015) sudah kita berikan Rp 250 miliar, tahun depan (2016) Insya Allah akan kita selesaikan dengan Rp 1,8 triliun,” kata Presiden saat memberikan sambutan pada peresmian IPDN Kampus NTB di Praya waktu itu.
Namun sayangnya di APBN 2016 untuk pengembangan KEK Mandalika masih nihil. Realitas ini memicu kritik dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat yang mengabaikan direktif pemimpin Negara. Tak terkecuali saling lempar kesalahan antara legislative daerah dengan anggota dewan pusat daerah pemilihan NTB karena gagalnya pengawalan dana tersebut.
Di istana Bogor bulan Agustus 2015 lalu, Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi bertanya langsung kepada presiden perihal nihilnya anggaran untuk KEK Mandalika. Dihadapan rapat koordinasi kepala daerah, pernyataannya mengejutkan Presiden Jokowi yang memimpin forum.
“Saya sampaikan, arahan bapak (Presiden) itu, Rp 1,8 triliun ternyata dalam perencanaan PMN 2016 tidak ada. Beliau terkejut dan akan segera menyampaikan ke Menteri (BUMN),” cerita gubernur.
Gubernur meminta agar Presiden mengawal janji yang telah disampaikan kepada masyarakat NTB. Seperti yang dilakukan Presiden dengan mengawal daerah-daerah lainnya. Presiden Jokowi telah beberapa kali ke daerah yang telah dikunjungi sebelumnya untuk memastikan perintah yang disampaikan terlaksana dengan baik.
Lagu Klasik ITDC
Jika diulang kembali, hal yang membuat pengembangan kawasan Mandalika tersendat, persoalannya memang klasik yaitu masih terkait pembebasan lahan yang 135 hektar.Direktur Pengembangan ITDC, Edwin Darma Setiawan mengakui masih ada pihak pihak yang dianggap menunggangi warga, sehingga penyelesaian Hak Pengelolaan Lahan (HPL) alot khusus di areal yang 135 hektar yang belum clear and clean.
Edwin mengatakan, dari 31 titik pada lahan 135 hektar masih ada warga yang melawan karena mengklaim sebagai pemilik lahan. Meski jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi akan tetap dilakukan pendekatan. “Masih ada encleave (hak kepemilikan) dari warga, karena itu pendekatannya bisa kita kerjasama dengan warga. Sepanjang mereka (warga) mau bangun sesuai dengan master plan kita,” kara Edwin.
Kerjasama itu menurutnya bisa saling menguntungkan, tanpa harus pihaknya mengeluarkan anggaran baru untuk pembebasan lahan karena sudah tidak mungkin dilakukan. Akan tetapi dia meyakini, secara bertahap persoalan ini akan segera selesai, dibuktikan dengan beberapa titik yang sudah terbit HPL nya. “Jadi jumlah yang 31 titik tadi semakin mengerucut,” katanya.
Jalan Berliku Kawasan Mandalika
Tanggal 21 Oktober 2011 silam, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga telah meresmikan dimulainya pembangunan kawasan Mandalika. Media nasional dan media lokal banyak mengulas masa depan kawasan yang elok ini setelah diresmikan Presiden. Namun setelah itu kembali mati suri karena lambannya progress pembangunan.
Saat itu Rajawali Group telah menandatangani nota kesepahaman kerja sama pengembangan kawasan Mandalika dengan manajemen BTDC yang sekarang bernama ITDC. Saat itu Rajawali Group ingin membangun hotel dan vila, serta “hight end resort” di Tanjung Aan. PT Walnut Capital yang berencana membangun hotel di kawasan pantai Seger, PT Aquo Energy yang akan membangun PLTS.
Di area Mandalika juga, investor besar Gobel Internasional berencana membangun fasilitas ramah lingkungan untuk pengelolahan air minum dan limbah, membangun resort mewah dan hotel berbintang.Ada juga investor lokal yang juga akan membangun hotel berbintang di kawasan Mandalika yakni Novotel, yang sudah memiliki lahan dan hotel representatif di kawasan pantai Kuta.
Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi pernah melakukan pertemuan dengan jajaran ITDC dan Islamic Development Bank (IDB) akhir tahun kemarin. Pada kesempatan tersebut, gubernur menawarkan peluang dan potensi investasi di KEK Mandalika kepada IDB dan jaringan bisnis Timur Tengah.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTB Yusron Hadi, menyebutkan, gubernur memaparkan potensi dan peluang investasi di NTB. Dimana NTB tidak saja potensial dari sisi pariwisata, namun juga menyimpan potensi sumberdaya alam yang melimpah.
Gubernur juga menekankan halal tourism menjadi branded baru pariwisata NTB yang amat diminati para wisatawan Timur Tengah. Dalam hal ini, Pemprov NTB mensuport penuh pembangunan NTB khususnya di kawasan-kawasan pusat pertumbuhan seperti KEK Mandalika yang didukung keberadaan Bandara Internasional Lombok (BIL). “Jualan” gubernur itu mendapat sambutan positif dari IDB sehingga pengembangan wilayah selatan Lombok bisa terealisasi.
Energi Percepatan Tahun Ini
Untuk memuluskan jalan terwujudnya Mandalika Resort, gubernur pada pertengahan Januari ini bertemu dengan pejabat Kementerian Pariwisata, Direktur ITDC, BPN dan para pihak yang terkait.
Deputi Kelembagaan Kementerian Pariwisata HM Ahman Syah mengatakan, pengembangan KEK Mandalika sejalan dengan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), sehingga pemerintah pusat penyiapkan sekolah tinggi pariwisata atau Politeknik Pariwisata untuk pengambangan wisata yang berkelanjutan. Namun pembangunan politeknik negeri pariwisata yang akan dibangun di Lombok Tengah masih terkendala lahan.
Pemprov NTB telah menyatakan akan menghibahkan lahan seluas 5 hektar di desa Sade namun masih kurang. Lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan salah satu sekolah pariwisata di Indonesia itu seluas 20 hektar.
Lahan tersebut, harus dihibahkan kepada Kemenpar dan disertifikatkan atas nama Menteri Pariwisata. Sertifikat itu akan digunakan untuk mengajukan anggaran pembangunan kampus pariwisata dalam APBDP 2016.
“Ada hal yang sangat mendesak,ketika proses ini disandingkan dengan provinsi lain yang mendirikan politenik negeri yakni provinsi Sumsel. Itu karena lahannya milik Pemda jadi hibahnya sudah selesai dan minggu depan sertifikatnya Insya Allah selesai. Dan kami akan ajukan APNP untuk persiapan pembangunan fisik tahun ini. “ katanya.
Pihaknya berharap ketika proses tersebut sudah selesai maka secara keseluruhan kampus negeri politeknik pariwisata tuntas seluruhnya pada tahun 2019 mendatang. Ia mengatakan, proses belajar mengajar di politeknik negeri pariwisata NTB akan dimulai tahun ini. Dimana, sekitar 250 mahasiswa akan diterima di tahun pertama yang dimana 50 persen diantaranya adalah putra daerah dan 50 persen melalui seleksi umum.
Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi tidak ingin berlama-lama menangani kendala pengembangan KEK Mandalika. Gubernur segera menemui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno untuk merealisasikan pembangunan politeknik negeri pariwisata dengan kebutuhan lahan seluas 20 hektar dan termasuk ke dalam 995 hektar lahan yang dikuasai oleh PT ITDC. Segala upaya dilakukan sebagai ikhtiar untuk membangunkan Mandalika dari tidur panjangnya.
No Comments