Mataram (Global FM Lombok)- Di masa pandemi Covid-19 ini, proses belajar siswa lebih banyak dilakukan secara daring. Sehingga banyak mempengaruhi psikologi belajar dan kecepatan mereka dalam menerima pelajaran yang diberikan para guru.
Dengan demikian sangat diperlukan formula baru dalam dunia pendidikan di masa pandemi ini. Sebab sistem daring sesungguhnya berbeda dengan pembelajaran tatap muka.
“Pasalnya terdapat nuansa yang berbeda dari para pelajar, dimana mereka seperti burung yang kembali dalam sangkar ketika masuk kelas lagi,” kata anggota Komisi V DPRD Provinsi NTB Dr. TGH Hazmi Hamzar, Sabtu (19/2).
Ia menegaskan, pembelajaran secara daring lebih santai bila dibandingkan dengan belajar di kelas yang penuh dengan aturan. Karena itu formula yang baik harus dicarikan untuk mengatasi hambatan belajar ini.
“Ternyata anak-anak selama daring ini, begitu dimasukkan kembali ke dalam kelas mereka sangat lamban atau tidak cepat lagi. Kemarin saya ngomong bersama salah seorang pengajar di Unram mengakui jika anak itu sangat sulit dan jauh bedanya dari tatap muka ke daring dan sekarang kembali tatap muka, jauh sekali bedanya,” kata Ketua JKSN NTB ini.
Hal ini lanjutnya, membuat para pengajar seperti memulai dari awal mendidik para peserta didik. Sehingga harus dicari satu metode dalam rangka percepatan kembali pemulihan psikologis anak-anak yang selama ini dididik secara daring kemudian kembali belajar tatap muka.
“Dan tidak menutup kemungkinan ini nanti kembali ke daring jika terjadi lonjakan kasus Covid-19. Nah memang harus ada formula sendiri yang mengatur itu sehingga anak-anak tidak kaget. Dia akan menjadi terbiasa dalam belajar baik itu daring maupun tatap muka sebab ini akan menjadi sesuatu yang dianggap biasa,” ujarnya.
Pembelajaran secara daring dan tatap muka ini kata Politisi PPP NTB ini sama pentingnya sehingga disiplinnya juga harus sama agar pendidikan tetap berjalan seperti biasa.
“Pendidikan secara daring dan tatap muka ini sangat-sangat jauh bedanya. Dimana kalau tatap muka dengan aturan-aturan begitu ketat sementara dengan sistem daring, anak dilepas begitu saja. Karenanya harus ada pemikiran dalam mencari formula baru untuk sistem pendidikan kita,” tandasnya.
Ia mengatakan, di momentum pelantikan Persatuan Guru NU (Pergunu) Provinsi NTB yang saat ini sedang berlangsung di Kota Mataram bisa nanti menyuarakan kepada pemerintah untuk bagaimana mencari formula baru dalam proses pendidikan.
“Jadi melalui Pergunu di tingkat nasional yang saat ini kebetulan sedang hadir di Lombok untuk pelantikan Pergunu NTB diharapkan bisa menyuarakan hal ini kepada pemerintah,” tutupnya. (ris)
No Comments