Haul ke II TGH Ahmad Taqiyuddin Manshur dan Spirit Memajukan Pendidikan

Global FM
11 Oct 2020 20:21
4 minutes reading
Suasana Haul ke II TGH Ahmad Taqiyuddin Manshur (ist)

Praya (Global FM Lombok) – Dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19, ratusan jamaah, santri para tuan guru, alim ulama dan masyarakat dari berbagai penjuru melangsungkan doa dan istigasah dalam Haul II Almarhum TGH Ahmad Taqiyuddin Manshur, M.Pd.I, Sabtu (10/10) malam yang berlangsung di Pondok Pesantren NU Al-Manshuriyah Ta’limusshibyan, Sangkong, Desa Bonder, Lombok Tengah.

Kegiatan tahlil dan doa bersama ini tidak hanya difokuskan di pondok pusat saja, melainkan tersebar juga di penjuru madrasah cabang maupun masjid yang tersebar paling banyak di tiga kecamatan Praya Barat, Praya Barat Daya dan Pujut.

Sebelum kegiatan Istigasah dimulai, ditayangkan puluhan testimoni dari sejumlah tokoh masyarakat, birokrat, politisi, unsur organisasi maupun tokoh masyarakat terkait sosok beliau semasa hidup.

Ketua Yayasan Pondok Pesantren NU Almansyuriah Ta’limusshibiyan, Dr. Baiq Mulianah, M.Pd.I mengucapkan rasa syukur atas terselenggaranya acara tersebut. Keluarga besar Al-Manshuriyah bisa bersama-sama mengadakan doa bersama pada tanggal 10 Oktober ini meski di tengah kondisi pandemi Covid-19

Tidak terasa almagfullah telah meninggalkan keluarga besar pondok pesantren. Apa yang ia telah rintis telah wariskan berupa sistem pendidikan tatanan kehidupan perilaku ajaran tentu saja menjadi spirit bagi keluarga besar.

“Kami tentu sangat kehilangan. Kami yakin kami percaya beliau tidak pergi tinggalkan kami beliau masih tetap membimbing dan membina kami,”ungkap Mulianah.

“Terbukti malam ini ketika keluarga besar melangsungkan Haul II dan Harlah Pondok Pesantren ke 57 tidak disangka sangka antusias jamaah meski ditengah Covid-19. Namun kami  sudah sangat meminimalisir kehadiran para jamaah,” tambahnya.

Sejak Sabtu (09/10) pagi hingga sore jamaah yang sudah terdata berziarah ke makam almagfurlah secara bergiliran mencapai 9000 orang baik dari masyarakat umum maupun dari 20 lebih lembaga pendidikan yang dikelola di Ponpes Al-Manshuriyah sendiri. Sabtu (09/10) malam doa dan istigasah juga berlangsung di 30 titik diluar pondok secara virtual dengan jumlah jamaah sekitar 7000 an orang.

“Terimakasih kepada Bapak Ibu yang telah berkenan hadir memberikan doa tulis ikhlas mendoakan beliau,” ucap rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Mataram itu.

Dengan nada sedih, Mulianah mengingatkan pesan-pesan penting yang sangat berharga sejak mendampingi almagfurlah 23 tahun, baik dalam mengelola sistem pendidikan di Pondok Pesantren maupun dalam pengembangan ekonomi masyarakat yang diwariskan kepada semua jamaah. Ia selalu hadir memberikan semangat ketika dalam suasana kegaualan putus asa didlaam perjuangan.

Satu kalimat yang selalu dipegang teguh dalam mengelola lembaga pendidikan baik di Ponpes maupun di kampus UNU.

“Apa bedanya anak yang kamu harapkan terjadi baik di anakmu, maka itu pula yang harus terjadi baik kepada anak orang lain. Apa bedanya anak kamu dengan anak orang lain yang dititipkan ke kita semuanya merupakan titipan Allah. Kalau kamu memimpikan anak mu menempuh pendidikan tinggi maka itu juga yang harus kamu pikirkan untuk orang lain karana sama sama tanggungjawab amanah Allah,” sebutnya.

Ketua Tanfidziah PWNU NTB, TGH Masnun Tahir mengatakan banyak hal yang diajarkan diwariskan oleh almagfurlah. Almagfurlah orang pemikir, pejuang, penulis maupun khatib. Itu terbukti karya berupa tulisan dipamerkan di acara Haul tersebut.

Dalam prinsip hidupnya ia mengingatkan agar selalu menyebarkan kebaikan kebaikan meski dalam satu tulisan, sebab hal itu akan menjadi saksi meski orang itu sudah meninggal.

Almagfurlah pun mengajarkan ilmu bagaimana memperjuangkan NU dan kemanusiaan. Konsep kemanusiaan almagfurlah melampaui batas. Pergaulan dalam hidup tidak hanya sesama hamba Allah melainkan juga sesama hamba Tuhan.

“Meski kita berbeda dalam hidup tapi ada prinsip kemanusiaan persaudaraan diatas segala galanya,” ucap Masnun menyampaikan prinsip hidup almagfurlah.

NU begitu kehilangan almagfurlah. Namun demikian NU meyakini meski secara fisik tidak ada tetapi ruh hadir bersama jamaah semuanya.

“Atas nama NU kami tetap merasa kehilangan. Wapualun secara fisik tidak ada tetapi secara ruh beliau hadir,” pungkasnya.

Dalam acara tersebut ceramah diisi  putra bungsu almagfurlah langsung dari Maroko. Di Ceramah terakhir disii oleh Kakanwil NTB, KH Zaidi Abdad. Diakhir acara dilakukan pelantikan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Almansyuriah NU Bonder.

Diketahui dalam acara itu dihadiri oleh sisten III Pemrov NTB, HL Syafi’i, Rais Syuriah PCNU dan ketua Tanfiziah PCNU Lombok Tengah dan para Banom NU. (ris/*) rRJ7�L�/D�

No Comments

Leave a Reply