Hasil Ngojek untuk Modal Jual Terompet

Global FM
30 Dec 2019 12:27
2 minutes reading
Seorang penjual terompet sedang menunggu calon pembeli di perempatan Babakan Mataram, Sabtu, 28 Desember 2019. Ia menjual terompet sambil ngojek demi biaya anak sekolah. (Global FM Lombok/viq)

Mataram (Global FM Lombok) – Hiruk-pikuk perayaan pergantian tahun di Kota Mataram mulai terasa. Para penjual terompet mulai bermunculan di beberapa sudut kota. Seperti pak Agus, penjual terompet asal Babakan ini, menjual terompet. Modalnya yakni hasil ngojek dikumpulkan untuk memodali membeli terompet. Demi biaya sekolah anaknya.

Pada Sabtu siang (28/12), hujan hendak turun. Pak Agus (43) bergegas merapikan terompet yang dijualnya. Sambil menunggu penumpang, Pak Agus membawa semua terompetnya pulang.

“Hari ini baru laku tiga. Alhamdulillah, lakunya terompet yang ukuran besar,” katanya sembari menunggu hujan reda.

Selain sebagai penjual terompet, ia juga menghabiskan waktunya di jalan sebagai ojek konvensional. Setiap hari Agus mangkal di perempatan Babakan menanti penumpang.

“Biasanya sambil nunggu penumpang di situ saya manfaatkan waktu untuk jual terompet. Nanti kalau ada penumpang, dagangan saya biasanya dititip sama teman-teman di sini,” ujarnya.

Agus menjual terompet yang bervariasi. Untuk terompet berukuran besar, dijualnya dengan Rp15.000, dan untuk terompet berukuran kecil dijualnya dengan harga Rp10.000. “Itu pun terompetnya kita ngambil di Pajang dengan harga untuk ukuran besar itu Rp10.000. Dan untuk yang kecil saya ambil dengan harga Rp6.000,” ungkap Agus.

Ia menuturkan, penghasilan dari ngojek dan hasil jual terompet itu untuk membiayai anaknya yang masih duduk di bangku sekolah menegah pertama (SMP). “Alhamdulillah, ada pemasukan dan ada untuk biaya anak sekolah. Sehari saja bisa laku sampai 3-5 terompet,” paparnya.

Untuk modal awal kata Agus, ia berani mengeluarkan Rp1 juta lebih untuk memborong terompet dari salah satu perajin di Pajang, Mataram. Ayah dua anak ini sejak tahun 2016 sudah menjual terompet sambil ngojek di perempatan Babakan. “Saya sudah berjualan hampir tiga tahun di sini saja, sambil ngojek. Lumayan buat tambah penghasilan,” imbuh Agus.

“Untuk modal awalnya Rp1,3 juta. Saya sudah mulai berjualan terompet tahun ini sejak 15 Desember lalu. Sampai hari ini, sudah hampir balik modalnya. Biasanya puncaknya pada malam finish, di malam tahun baru nanti,” katanya.

Selama menjual terompet ini tegas Agus, tidak ada izin yang harus dilengkapi. Biasanya ia hanya menggelar dagangannya begitu saja.

“Biasanya juga pembeli tergantung kemampuannya. Yang paling laris ialah terompet jenis Boboy, itu yang banyak disukai anak-anak. Hari ini, Sabtu (28/12) saja sudah laku 3 terompet, dengan harga Rp45.000,” katanya. Untuk yang besar biasanya dibuat dari bahan  plastik. Sedangkan untuk terompet ukuran kecil, biasanya berbahan dari kertas. (viq)

No Comments

Leave a Reply