Harga Ayam Melambung, Diduga Permainan Pasar

Global FM
23 Jul 2018 17:32
4 minutes reading

pedagang sedang menawarkan daging ayam kepada pengunjung pasar

Mataram ( Global FM lombok)- Harga daging ayam yang melambung tinggi setelah lebaran ini benar-benar telah mengganggu konsumen, terutama pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku ayam. Stok daging ayam diyakini tidak memiliki masalah yang serius. Namun permainan pasarlah yang membuat harga komoditas ini merangkak naik. Mafia perdagangan kebutuhan pokok diduga kuat berada dibalik kelangkaan dan mahalnya daging ayam di NTB saat ini.

Anggota Komisi II Bidang Perdagangan, Pertanian dan Peternakan DPRD NTB Raihan Anwar, SE, M.Si kepada Global FM Lombok mengatakan, secara umum Indonesia belum swasembada daging ayam dan telur sehingga pasar komoditas bahan pokok ini rentan dipermaikan oleh pelaku usaha asing.

Menurutnya, permainan harga pasar adalah factor yang paling besar pengaruhnya terhadap kelangkaan stok ayam di pasaran. Jika stok masih tetap stabil, namun harga di pasaran tetap mahal, maka kuat dugaan terjadi permainan harga di mata rantai perdagangan ayam ini.

“Saya kira mafia bahan pokok kali ini menyasar daging ayam termasuk telur. Kalau dikaitkan dengan melemahnya rupiah terhadap dollar ya tidak terlalu signifikan juga karena naiknya kan pelan. Sekarang itu 14 ribuan, belum sampai tembus 15 ribu. Ini tidak berpengaruh signifikan terhadap harga kebutuhan pokok,” kata Raihan.

Politisi Nasdem ini mengatakan, Satgas Pangan Provinsi NTB sebenarnya bisa melakukan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi kenaikan harga daging ayam ini. Terutama Dinas Perdagangan diminta mengambil tindakan pengendalian pangan yang lebih kongkrit, misalnya dengan menggelar operasi pasar. Selanjutnya Satgas Pangan mengawasi perdagangan mata rantai ayam di daerah ini.

Raihan juga mengomentari adanya program kampung unggas yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB. Menurutnya, program tersebut
belum bisa berbicara banyak ditengah kelangkaan stok daging ayam lantaran program itu masih bersifat stimulus. Terlebih jumlah kelompok masyarakat yang diberikan bantuan bibit ayam oleh pemerintah daerah masih terbatas, sehingga tak mampu berbicara banyak ditengah melambungnya harga daging ayam ini.

Ia juga meminta pemerintah daerah mendorong agar masyarakat lebih banyak lagi mendirikan usaha-usaha peternakan ayam untuk mengimbangi usaha peternak ayam yang cenderung menguasai pasar dalam daerah. Semakin banyak pelaku usaha baru di bidang peternakan akan semakin baik untuk kemandirian bahan pangan. Ditambah lagi dengan upaya yang strategis untuk menyediakan pakan ayam yang terjangkau, tentulah akan memberi efek positif bagi mata rantai penjualan ayam di NTB.

“Bukan melalui subsidi pemerintah, karena kemampuan pemerintah masih terbatas. Namun murni mendorong masyarakat agar bergerak di bidang usaha peternakan ayam. Mereka hidup dan mendapat keuntungan yang besar di bidang ternak ini. Artinya pemerintah melakukan pembinaan dan pemberdayaan terhadap wirausaha ini,” katanya.

Bagaimana solusi jangka pendek untuk menjawab mahalnya harga ayam di pasaran? Menurutnya, pemerintah segera melakukan intervensi pasar terutama oleh dinas-dinas terkait. Sementara itu Satgas Pangan yang didalamnya terdapat unsur kepolisian diharapkan melacak mafia perdagangan ayam tersebut, sehingga bisa dipotong mata rantai yang cenderung merugikan konsumen.

Mahalnya komoditas daging ayam ini sebenarnya paling dirasakan oleh masyarakat di perkotaan, lantaran hotel, restoran dan UMKM semakin menjamur disini. Jika dibanding dengan pedesaan, mahalnya harga ayam broiler tak terlalu berpengaruh lantaran masih banyak komoditas ayam kampung yang dipelihara di desa.

“Di kota menjadi masalah, karena ayam bukan saja masalah kebutuhan rumah tangga, karena disana menjadi kebutuhan industri seperti hotel dan restoran serta kebutuhan UMKM yang bergerak di bidang kuliner,” terangnya.

Untuk melawan dominasi pengusaha besar dalam mata rantai perdagangan ayam ini, sebaiknya pemerintah daerah membuat gerakan di masyarakat seperti gerakan memelihara ayam di kandang. Program ini mirip seperti ajakan warga untuk menanam cabai di pekarangan guna melawan mahalnya harga cabai di periode tertentu.

“Ayo ternak ayam masing-masing lima ekor, mungkin ayam dari para pengusaha besar menurun permintaannya. Kenapa masyarakat tidak dihimbau seperti itu untuk memehini kebutuhan masyarakat dan mengurangi ketergantungan ayam dari pengusaha besar,” sarannya.(ris)

No Comments

Leave a Reply