Mataram (Global FM Lombok) – Pemprov NTB melalui tim Gugus Tugas Covid – 19 terus membuat analisis perkembangan pandemi Covid-19 dengan melibatkan para ahli. Yang paling diwaspadai adalah kemungkinan wabah memasuki gelombang kedua atau second wave Coronavirus.
Analisis akademisi dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Mataram, dengan grafik peningkatan kasus positif Covid – 19 saat ini, second wave diperkirakan akan terjadi pada akhir Juni mendatang. Skenario antisipasi harus segera disiapkan agar tidak terjadi ledakan kasus dari sebelumnya.
Dalam gambaran Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, yaang paling diantisipasi adalah pemulangan 4.200 Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang habis kontrak. Jika semuanya pulang, maka akan jadi gelombang kedatangan cukup besar. Gambaran lain yang harus diantisipasi adalah dibukanya Bandara dan Pelabuhan, berarti meningkatnya mobilitas penduduk dan rawan virus berkembang biak.
Soal antisipasi, Gubernur mengaku sudah dimulai sejak kebijakan. “Dalam hal penanganan virus dan dampak kesehatan, kewenangan penuh ada di Bu Wagub, saya fokus pada impact ekonominya. Jadi kami sudah kompak dalam hal antisipasi gelombang kedua nanti,” kata Gubernur kepada Suara NTB, Senin (18/5) malam lalu.
Langkah awal nanti, ia akan memanggil ahli Unram untuk membahas skenario penanganan Covid – 19. Hasilnya akan disampaikan untuk kewaspadaan dini masyarakat. Sebab dikhawatirkan Gubernur, ketika jumlah kasus positif menurun, angka kesembuhan meningkat lantas masyarakat euforia.
“ Saat kita euforia, kasusnya meledak. Nah. Ini yang kita khawatirkan dan harus diantisipasi dengan membuat skenario penanggulangan,” tegas Gubernur.
Skenario yang sudah tergambar dan telah dilaksanakan adalah menekankan disiplin masyarakat. Terutama di tempat umum dan keramaian lainnya. Sebab menekan jumlah kasus positif Covid – 19 menurut Gubernur kendalinya ada di masyarakat. Karena itu tetap disiplin jaga jarak dan pakai masker, kurangi interaksi dan jangan keluar untuk hal hal tidak perlu.
“Maka kita siapkan skenario antisipasi gelombang kedua, mudah mudahan kita terus disiplin. Sebab ini tergantung kita. Maka jangan sampai gelombang kedua ini ledakan kasusnya cukup tinggi,” harap Gubernur.
Jika diperlukan, sejumlah fasilitas harus ditutup meski termasuk objek vital. Seperti penutupan Bandara dan Dermaga dengan berkoordinasi ke pemerintah pusat.
“Kita coba panggil Unram dan tim yang kemarin, kita bikin skenario antisipasi second wave pertengahan atau akhir Juni. Ini penting kita sampaikan, tujuannya kita siapkan mental masyarakat,” tandas Gubernur.
Kasus Covid-19 di NTB berpotensi akan meledak di atas 5.800 orang pada Agustus mendatang sebagaimana hasil analisis . Pemprov NTB sepakat dengan analisis FK Unram.
Jika intervensi pencegahan yang dilakukan Pemda minim, maka kasus Corona di NTB bisa menembus angka di atas 5 ribu kasus. Pemda masih optimis dengan upaya yang dilakukan Pemda kabupaten/kota melalui Pembatasan Sosial Berskala Lingkungan (PSBL), ditambah gerakan wajib menggunakan masker, optimis menekan jumlah kasus positif Corona di NTB.
Apalagi menurut Kepala Dikes NTB, dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH, jumlah kasus Corona bisa ditekan hingga 2.500 orang apabila dilakukan intervensi maksimal, bahkan grafiknya hanya sampai 500 orang.
Pada puncak peningkatan kasus nanti, variable ukuran upaya maksimal itu adalah dengan menyiapkan rumah sakit darurat Covid-19 yang dikhususkan bagi pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala.
Sedangkan untuk pasien positif Corona dengan gejala berat tetap dilakukan perawatan di 18 rumah sakit rujukan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di NTB.Sebanyak 18 rumah sakit rujukan Corona yang tersebar di 10 kabupaten/kota dengan kapasitas ruang isolasi 315 tempat tidur.
Pemodelan FK Unram
Pemodelan pun dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Awalnya, prediksi puncak Covid-19 terjadi pada Agustus 2020 dengan perkiraan sekitar 5.800 kasus positif. Namun prediksi berubah ketika keluar kebijakan penutupan bandara dan pelabuhan dan akses pergerakan orang termasuk melarang mudik.
Kebijakan penutupan pintu masuk ke daerah mempengaruhi penurunan drastis Pelaku Perjalanan Tanpa Gejala (PPTG). Rata-rata dalam sehari bisa mencapai 2.000 orang berubah menjadi nol.
Ditambah lagi dengan beberapa langkah lainnya yang sudah dilakukan pemerintah daerah turut mempengaruhi perubahan prediksi. “Setelah dikalkulasi, prediksi jumlah kasus positif Covid-19 saat puncak kasus menurun menjadi sekitar 1900. Puncak Covid-19 yang diprediksi terjadi bulan Agustus 2020 juga bisa lebih awal menjadi pertengahan Juli 2019,” sebut Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (Unram) dr. Hamsu Kadriyan, M.Kes, Sp.THT.
Aturan itu kemudian tiba tiba berubah dengan keluarnya kebijakan melonggarkan transportasi. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kemudian mengeluarkan kebijakan melalui Surat Edaran (SE) melonggarkan transportasi massal, diklaim turunan dari Permenhub Nomor 25 tahun 2020.
Terlepas dari itu, ia menjelaskan dari beberapa literatur yang penting dipelajari, bahwa satu orang positif bisa menulari lebih dari dua orang, antara 2,2 sampai 2,4 orang yang ditulari.
“Katakanlah sekarang yang terinfeksi 300 orang, kalau masing-masing orang menginfeksi dua orang lagi, berarti sudah 900 orang. Kalau tidak dikendalikan dengan baik, tidak dilacak dengan baik, dan orang yang positif tidak ditangani dengan baik, maka (kasus positif akan) melonjak terus ini,” ujarnya mencontohkan.
Maka, kata Hamsu, tidak heran kalau diperkirakan kasus positif menjadi ribuan orang. Namun, jika pemerintah daerah bisa melakukan pelacakan kepada orang yang berisiko menularkan ke orang lain, akan bisa menurunkan jumlah kasus. (ars)
No Comments