Mataram (Global FM Lombok)-
Dinas Kesehatan Provinsi NTB ingin memastikan kasus Tuberkulosis atau TBC di daerah ini bisa tereliminasi tahun 2030 seperti target nasional. Karena itulah penemuan kasus TBC sangat penting dilakukan untuk selanjutnya diberikan pengobatan sampai penderita sembuh.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Dr.dr H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan, temuan kasus TBC masih menjadi tantangan yang cukup besar bagi daerah, sebab paling tidak temuan kasus TBC di masyarakat di atas 70 persen.
“Kalau dari sisi pengobatan Tuberkulosisnya bagus ya. Kalau dari sisi penemuan kasus ini yang masih menjadi tantangan terbesar kita,” kata Lalu Hamzi Fikri kepada Global FM Lombok kemarin.
Adapun estimasi kasus TBC di NTB berdasarkan data tahun 2021 – 2024 sebanyak 19.215 kasus. Jumlah inilah yang terus dilakukan evaluasi, baik dari sisi penemuan kasus maupun pengobatannya. Hingga Juli 2024, penemuan kasus TBC di daerah ini baru 28,25 persen dan ini terus akan berproses hingga akhir tahun.
“Kita maksimalkan edukasi dan penemuan kasus bisa lakukan di level hulu melalui media Posyandu kita. Target kita 2030 eleminasi tuberculosis,” katanya.
Adapun penanganan pengobatan TBC di NTB tahun ini targetnya 90 persen. Sementara di tahun 2023 realisasi penanganan pengobatan sebesar 80,77 persen, sehingga hal ini masih menjadi tantangan Dinkes NTB.
“Alhamdulillah kita sudah menyiapkan fasilitas Puskesmas dan Rumah Sakit. Kalau penderita TBC berobat kemudian tidak tuntas, maka itu akan terjadi resisten obat. Kan pengobatan 6 bulan, makanya butuh kesabaran dan pendampingan,” katanya.
Sebelumnya Plt. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri Tomsi Tohir meminta seluruh kepala daerah untuk serius dan cepat dalam menangani kasus tuberkulosis (TBC) dan polio. Berdasarkan informasi dari Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Pembangunan Daerah (Bangda), Tomsi menyebut baru 47 kepala daerah dari 514 kabupaten/kota yang menandatangani Surat Keputusan (SK) tentang Penanganan TBC dan Polio. Padahal SK tersebut penting untuk mendukung penanganan TBC dan polio secara lebih lanjut.
“Tidak hanya gubernurnya, kepala dinasnya provinsi juga mengoordinir teman-teman kepala dinas di kabupaten dan kota, dicek, diingatkan,” jelasnya saat Rakor Pengendalian Inflasi Daerah yang Dirangkaikan dengan Penanggulangan TBC dan Polio di Senin (8/7) lalu.
Tomsi juga menyoroti kinerja pengobatan TBC dan polio di berbagai provinsi. Ia berharap, kepala daerah dapat terus meningkatkan kinerja. “Oleh sebab itu, kepala daerah dan teman-teman Dinas Kesehatan, tolong kita berusaha sekeras-kerasnya,” ujarnya.
Tomsi menekankan pentingnya pemutakhiran stok obat TBC dan polio di berbagai daerah yang berdampak terhadap efektivitas penanganan kesehatan. “Kalau kita melihat tidak melaksanakan pengkinian data, maka orang akan berpikir apa obatnya disuntikkan atau tidak, digunakan apa tidak, dicek apa tidak, kekurangannya berapa,” jelasnya.(ris)
No Comments