Mataram (Global FM Lombok)-Dewan Anak Mataram (DAM) cukup aktif melakukan kegiatan yang terkait dengan merawat keberagaman dan melawan paham kekerasan berlatar agama, baik sebelum pandemi maupun setelah pandemi Covid-19.
Dewan Anak Mataram yang pengurusnya adalah anak-anak sekolah SMA sederajat dan remaja yang sedang duduk di bangku kuliah ini begitu peduli dengan persoalan tersebut. Bersama Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, DAM pernah turun ke sejumlah sekolah SMA, SMK dan SMP untuk melihat kondisi tersebut tahun 2019 lalu.
Gaung Alif, mantan Ketua Dewan Anak Mataram menuturkan, pihaknya menggali informasi dari para siswa terkait dengan paham kekerasan berlatar agama di Kota Mataram. Hasilnya memang demikian bahwa ada sebagian siswa yang sudah terpapar paham tersebut.
“Yang di sekolah masing-masing memberikan informasi begitu, ada lho yang begini-begini di sekolah begitu. Nah kami akhirnya ke sekolah mereka untuk melakukan sosialisasi-sosialisasi soal itu, menanyakan pendapat mereka juga dan ternyata memang ada,” kata Gaung Alif kepada Global FM Lombok saat ditemui beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, salah kegiatan Dewan Anak Mataram yang pernah dibuat untuk melawan paham kekerasan berlatar agama dan sekaligus untuk merawat keberagaman tersebut antara lain kegiatan lomba film pendek.
“Kami pernah mengadakan lomba film pendek untuk radikalisme dan toleransi. Kami juga buat film-film pendek dan iklan, sosialisasi, lalu ada beberapa pelatihan atau training di lingkungan sekolah terkait radikalisme. Pesertanya antusias,” tuturnya.
Dia menilai, lomba film pendek akan memberi edukasi yang bagus terkait dengan pentingnya menjaga toleransi, menghargai keberagaman dan menghilangkan paham kekerasan berlatar agama yang sudah mulai menjangkiti kaum muda.
Sementara itu Redinda Raysyah Rahmika selaku Ketua Dewan Anak Mataram yang saat ini menjabat mengatakan, pihaknya memang terkejut karena ternyata ada siswa SMA yang memiliki paham berlatar agama tersebut. Sehingga sejumlah program Dewan Anak Mataram kemudian lahir untuk menjawab hasil temuan itu.
“Saya tanya-tanya ternyata ada. Saya pikir tidak ada paham seperti itu, ternyata ada gitu. Malahan katanya mereka membuat kayak organisasi tempat diskusi. Tidak disangka sih, ternyata ada gitu loh,” tutur Redinda.
Komunikasi antar remaja memang dinilai lebih tepat untuk menghindari paham kekerasan berlatar agama dan merawat toleransi. Melalui film yang digarap oleh remaja dengan sasaran penonton para remaja, diharapkan mampu menciptakan pemahaman yang baik soal menghargai keberagaman.
“Yang menyampaikan opini ini kan sesama remaja, biasanya remaja itu lebih ngerti sama apa yang dikasi tahu sama temannya begitu daripada orang dewasa,” kata Redinda.
LPA Kota Mataram mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Dewan Anak Mataram terkait dengan upaya merawat keberagaman dan menghentikan pemahaman kekerasan berlatar agama di kalangan siswa.
Ketua LPA Kota Mataram Joko Jumadi mengaku program Dewan Anak Mataram diharapkan mampu memberikan kontribusi positif melalui konten-konten yang edukatif bagi teman-teman sebayanya. Sebab masa SMP dan SMA yang masih labil cukup rentan dipengaruhi oleh paham-paham yang belum tentu benar.
“Ada dampak negatif, karena anak SMP-SMA ini masa-masa paling labil ya. Kemudian mereka dari pemahaman yang nol, kemudian masuk pemahaman yang belum tentu benar, tidak konfrehensip,ini bisa jadi masalah,” ujarnya. Karena itulah, melalui salah satu sarana berupa lomba film pendek, sikap menghargai keberagaman itu bisa dirawat.(ris)
No Comments